Hancur

"Apa yang terjadi padamu. Beberapa saat lalu kau dengan percaya diri mengeklaim dirimu sebagai istri dan kau tidak tahu apa yang seharusnya seorang istri lakukan hah."

Arka menarik tangan Vira menghempaskan tubuh yang masih berbalut gaun itu pada ranjang yang sudah terhias. Gambar hati di tengah ranjang yang tercipta dari kelopak mawar merah hancur ketika Vira terbaring di sana. Vira cukup terkejut dengan apa yang baru dialaminya sehingga perlu beberapa detik untuk memprosesnya.

Vira bangkit ketika ia sadar di mana ia berbaring dengan gerakan kilat Vira bangkit. Namun, karena gaun yang dikenakan mempersulit ruang geraknya sehingga ia tidak dapat bergerak dengan bebas. Belum sempat Vira menjauh Arka sudah mendorongnya kembali terjatuh pada ranjang.

Vira melawan ia melempar bantal menghentikan gerakan Arka. Ia menggulingkan tubuhnya ke samping hingga jatuh ke lantai. Karena perhitungannya salah sikutnya lebih dulu menghantam lantai meski tidak terluka tapi dapat dipastikan akan membiru. Karena Vira terjatuh cukup keras bahkan pekikannya terdengar.

"Kau berbicara menjadi istri, 'kan. Kenapa menghindar kemarilah." Vira hanya mampu menggeleng. Firasatnya berkata untuk menjauh dari Arka sejauh mungkin.

Arka benar-benar tidak melepas Vira dengan mudah. Ia tersenyum miring menghampiri Vira yang belum bangkit dari lantai. Arka dapat melihat ketakutan di manik mata Vira dan itu terlihat dengan jelas.

"Riwayatmu tamat malam ini."

Vira menggeleng keras ia hendak meraih sesuatu tapi digagalkan oleh  Arka. Pria itu menghempaskan tubuh Vira di atas kasur yang cukup empuk sehingga tidak Vira tidak terluka.

Vira sudah banyak melawan tapi kekuatannya tak sebanding dengan Arka. Sungguh ketakutan terbesarnya mengalami hal yang tak diinginkan.

"Aku mohon jangan. Aku minta maaf jangan lakukan ini padaku. Ampuni aku."

"Ini kan yang kau inginkan dariku, maka terimalah." Arka melepas dasi yang terasa mencekik di lehernya.

Arka meraih kedua tangan Vira meletakkan di atas kepala, kemudian melilitkan dasi di tangannya. Cukup kencang sehingga Vira tidak bisa melepasnya.

"Apa yang kau lakukan. Lepaskan tanganku."

"Tidat semudah itu. Kau harus menerima sesuatu yang akan menghancurkan mu hingga dasar." Arka menyeringai.

Ia mengambil sesuatu dibalik jasnya. Sebuah sapu tangan yang terlipat rapi. Arka membentangkan sapu tangan itu melipatnya menjadi garis lurus. Seringai mengerikan itu kembali muncul. Vira dapat melihatnya dengan jelas. Ia menggerakkan kepalanya kesana kemari saat Arka mendekatkan sapu tangan yang sudah dibentuk ke hadapan Vira.

"Tidak ku mohon jangan." Terlambat sudah karena Arka sudah mengikat sapu tangan itu ke mulut Vira. Vira mengerang tidak dapat bersuara. Situasi tidak sedang berpihak padanya.

"Aku akan menghancurkan mu."

"Emm emm." Hanya itu yang diucapkan Vira.

Sreet

Tes!

Air mata Vira menetes saat Arka merobek gaun yang melekat di tubuh Vira. Pria itu tidak mengenal belas kasih. Dia sudah menindih tubuh Vira hingga gadis itu tidak dapat bergerak. Vira juga tidak dapat menggerakkan kakinya. Ia tidak dapat melakukan apapun haruskah ia diam saja di saat hidupnya dipertaruhkan.

Vira terus menggeleng dengan air mata yang semakin merebak keluar tanpa bisa dibendung. Apakah Vira akan hancur dengan cara seperti ini.

Arka bebas melakukan apapun pada tubuh Vira. Pria itu pemegang kendali penuh atas tubuh Vira. Tangannya melepas gaun yang melekat di tubuh Vira meski harus merusaknya.

"Ku mohon jangan," batin Vira melihat aksi bejat sang suami.

Ia memekik sakit bergerak tak nyaman di bawah kukungan Arka. Telah terjadi sesuatu padanya sebuah kejadian yang tidak dapat dijelaskan oleh kata-kata.

Vira merasakan sesuatu yang mengganjal di bawah tubuhnya. Ia menggigit sapu tangan yang berada di mulutnya saat Arka bergerak perlahan di atasnya. Tangan pria itu beralih pada leher putih Vira. Mencengkeram dengan terus bergerak menghantam hingga batas.

Hanya rasa sakit yang Vira dapatkan. Tidak ada hal indah yang dapat ia nikmati di pengalaman pertamanya. Ia terus menangis di bawah Arka. Tubuhnya yang mula letih kini bertambah remuk dan tidak dapat dipikirkan seberapa lelahnya Vira.

Arka semakin menyentak kasar menghiraukan jeritan Vira. Pria itu seakan menikmati kesakitan yang dialami Vira. Tak sekalipun Arka berhenti memberi istirahat untuk Vira.

Sampai keduanya terkulai lemas dengan Arka yang menjatuhkan dirinya tepat di samping Vira yang memejamkan mata. Entah karena Vira tidur atau pingsan. Arka tidak terlalu memperhatikannya.

"Aku akan menghancurkan mu, Vira," gumam Arka dalam tidurnya.

Jarum jam terus berjalan tak terasa waktu begitu cepat berlalu. Kelopak mata Vira perlahan bergerak terbuka. Ia menyesuaikan cahaya kamar yang sangat terang.

Ingatan mengenai semalam terekam bak kaset rusak. Ia melirik jam dinding yang baru menunjukkan pukul 3 dini hari. Melihat keadaan yang tampak kacau. Ia termenung mengingat semuanya. Ia sudah hancur oleh pria biadap di sampingnya.

Ikatan pada tangan tidak lagi kencang sehingga Vira bisa melepasnya ia juga melepas sapu tangan di mulutnya. Menyentuh lehernya yang terasa sakit.

Vira bangkit begitu pelan, sayangnya ia terjatuh karena kakinya yang mati rasa. Menyeret tubuhnya memasuki kamar mandi. Ia bersender di tepian bak mandi. Menyalakan air untuk mengisi bak, lalu merendam diri berharap rasa sakit yang ia derita dapat berkurang meski sedikit saja.

Pria yang sudah menghancurkan dan merenggut harta berharga milik Vira masih terlelap dalam tidurnya. Nafasnya tenang teratur tapi tak lama dahinya mengerut dan bola matanya bergerak tak lama kelopak mata itu bergerak terbuka. Arka menghalau cahaya lampu yang dengan tangannya.

Menyeret tubuhnya untuk bersandar di kepala ranjang berusaha mengumpulkan kesadaran. Pandangan mengedar tak kala melihat kamar yang kacau balau dengan baju yang berserakan. Arka memijit pelipis pelan. Kepalanya terasa berat.

Arka terdiam mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Tidak, lebih tepatnya apa yang sudah dirinya lakukan. Menghirup oksigen sebanyak mungkin untuk meredakan sesak di dada. Arka mengacak-acak rambutnya merutuki tindakan bodoh yang ia ambil. Karena emosi ia tidak dapat berpikir panjang.

Penyesalan hinggap di hati Arka. Namun, hanya sedikit ia hanya menyesal telah merusak seorang gadis. Mulai saat ini Arka sudah memutuskan bahwa Vira tidak akan pernah bahagia dalam pernikahan mereka. Rasa benci lebih mendominasi dibandingkan rasa iba. Bagi Arka, Vira tidak lebih dari seorang perusak. Akan Arka buat hidup Vira penuh dengan penderitaan.

"Hah, apa dia kabur," katanya mencemooh tak mendapati Vira dalam kamar.

Jam dinding sudah menunjukkan hampir pagi dan Vira belum juga kembali dari kamar mandi. Arka tak ambil pusing atas ketidakhadiran Vira. Ia lebih memilih untuk membersihkan diri.

Memasuki kamar mandi bukan membersihkan diri Arka justru melotot melihat tubuh Vira yang tenggelam di bak mandi. Warna air pun sudah keruh tanda jika Vira sudah lama berada di sana.

"Shiit... kalau mau bunuh diri gak usah di sini. Menyusahkan," gerutu Arka mengeluarkan tubuh Vira dari dalam air. Arka bisa saja membiarkan Vira tetap dalam kondisi semula, tapi ia masih memiliki hati nurani terlepas ia membenci Vira.

Arka meraih bathrobe yang tergantung. Membungkus tubuh putih pucat Vira yang masih basah. Saat kulit mereka bergesekan Arka dapat merasakan betapa dinginnya kulit Vira. Bibirnya juga membiru dengan mata yang tertutup rapat.

"Kau mudah sekali menyerah dengan hidup, tapi aku tidak bisa melepas mu begitu saja." Arka meletakkan Vira. Mengotak atik ponsel lalu menempelkan di telinga. Beberapa menit Arka terlihat berbicara sebelum menutup panggilan dan kembali masuk kamar mandi meninggalkan Vira dalam kondisi mengenaskan.

"Ekhm... begini istrimu tidak dalam kondisi yang baik. Aku tahu kalian masih dalam mode pengantin baru yang sedang berbunga-bunga, tapi aku sarankan agar kau bermain lebih lembut. Lihat istrimu, dia kelelahan setelah kau gempur semalam," cerocos Dokter Tama, teman Arka semasa sekolah.

"Kapan dia akan bangun." Tama hanya bisa menghela nafas karena sikap dingin Arka kembali lagi, padahal ia melihat beberapa hari lalu Arka tertawa lepas.

"Entahlah aku tidak tidak dapat memastikannya. Dia kelihatan tidak memiliki tenaga."

"Kau bisa pergi."

"Waah parah kamu membangunkanku di pagi buta. Memaksaku untuk datang dan sekarang dengan begitu mudahnya kamu memintaku pergi. Rubah sikap menyebalkan itu atau istrimu tidak akan tahan menghadapi sikapmu."

"Pintu keluar ada di sebelah sana. Turun dengan tenang jangan sampai menimbulkan masalah. Tidak boleh ada yang tahu kau kemari terutama papa dan mama." Arka beralih menuju lemari. Tama tidak dapat berbuat banyak sehingga ia pun pergi seperti perintah Arka.

***

Happy reading

Part ini panjang loh. Jangan lupa like and komen yah ☺

Salam sayang dari aku.

Terpopuler

Comments

Yuli Yanti

Yuli Yanti

nyesek thor bca nya😭😭😭

2024-04-15

0

Patrish

Patrish

kita tunggu penyesalannya.....

2024-01-23

0

Isli Herlina

Isli Herlina

sadis... belum tau faktanya,, membabi buta,, tragis thor.

2024-01-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!