Kelancangan

Apa yang barusan terjadi. Dalam keadaan dirinya yang masih shock Vira terpaku pada seorang pria yang tidak lagi terlihat muda. Bersandar pada ranjang yang tidak terlihat rapi. Matanya sayu dengan tubuh yang terlihat kurus.

"Saya tidak mengenalmu. Keluar!" Meski begitu suaranya keras menggelegar menggema dalam ruangan. Vira tersentak mendengarnya. Apa teriakan pria selalu menakutkan. Tidak ayah, Arka dan kakek mereka semua sangat suka berteriak pada Vira.

"K-kakek ... aku Elvira Perlita istri Arka cucumu," ucap Vira takut-takut.

Apa ia sudah salah mengambil tindakan. Apa ia sudah membangunkan singa yang tidur.

"Pergi! Aku tidak ingin melihat orang yang berkaitan dengan keluarga menjijikkan ini." Kakek terlihat sangat marah saat Vira mengatakan nama Arka. Oh ya Tuhan cobaan apa lagi ini orang yang Vira kira dekat dengan Arka justru membenci cucunya sendiri dan sekarang pun Vira menjadi orang berikutnya yang akan dibenci. Apa tidak ada tempat yang bebas dari kebencian untuk Vira.

"Makanlah dulu, Kek. Aku membawakan makanan."

Brak

Beberapa barang yang ada di dekat ranjang jatuh seketika menimbulkan bunyi nyaring yang saling bersahutan. Vira menulikan telinga mengambil nampan dan mendekati kakek. Jarak yang tinggal beberapa langkah lagi. Tidak menyurutkan langkah Vira, tapi sebuah tongkat mengacung telah di hadapannya menumpahkan makanan yang dibawa.

Lantai yang bersih kini berhias makanan yang berserakan. Mengotori lantai yang putih tadinya putih bersih. Pecahan gelas pun tak luput menghiasi lantai.

"Pergi kau! Pergi!" Amarah menguasai kakek, ia mengayunkan tongkat memukul Vira yang berjarak tidak jauh.

Vira tidak sempat menghindar. Ia hanya berbalik mengorbankan punggungnya yang terkena tongkat.

"Pergi, uhuk ... pergi kau." Pukulannya melemah memukul dada yang terasa sakit. Vira berbalik mengulurkan tangan ingin menyentuh, tapi ditepis oleh kakek dengan sorot mata tak suka.

Uhuk

Batuknya belum juga reda dan Vira kebingungan karena kakek menolak bantuannya. Vira berlari keluar kamar. Berteriak meminta tolong pada siapapun. Bi Murni tergopoh-gopoh menghampiri Vira yang sangat panik.

"Tolong kakek dia batuk," melas Vira dengan suara bergetar. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi pada kakek karena kelancangannya.

Killa yang mendengar suara Vira meminta tolong pun keluar kamar. Menghampiri asal suara. Kegaduhan terjadi ketika Killa sampai dan ia melihat sang kakek dibawa keluar kamar. Dirinya hanya mampu melihat semuanya tanpa mendekat.

Mobil membawa kakek meninggalkan rumah bersama Vira yang juga ikut. Perempuan itu merasa bertanggungjawab karena sudah menyebabkan kondisi kakek menjadi seperti itu.

Para dokter dan suster berdatangan ketika mobil sampai di rumah sakit seakan mereka sudah diberitahu sebelumnya. Vira berlari menyamai langkah perawat yang mendorong brankar.

Vira bergerak gelisah berbolak balik bak setrika dengan tangannya saling bertautan gemetar. Hatinya berdenyut sakit. Apa yang akan keluarga Zerion pikirkan jika tahu kakek berada di rumah sakit karena ulahnya.

"Apa yang sudah kau lakukan." Lydia menyentak tangan Vira mencengkeram kuat lengannya. Kemarahan jelas ada. Di belakangnya ada Faras yang menatap Vira kecewa terdapat pula Killa yang hanya memandang tanpa niat melerai.

"A-aku, aku hanya mengantarkan makanan. Aku tidak tahu jika kakek akan semarah itu. "

"Kami semua sudah melarangmu, tapi kamu tidak mengindahkan larangan kami. Sekarang setelah semua terjadi kamu menyesalinya. Bila terjadi sesuatu yang buruk kau yang pertama kali aku salahkan." Lydia mengurai cengkramannya berjalan menuju bangku tunggu. Menutup wajah dengan tangan.

"Tenanglah, Nak. Semua akan baik-baik saja. Do'akan saja yang terbaik untuk kakek." Faras menyentuh bahu Vira tersenyum melihat wajah penuh penyesalan Vira.

"Killa pulanglah bersama kakak iparmu. Papa dan mama akan tetap di sini menemani kakek." Gadis itu tidak membantah, berjalan meninggalkan mereka semua.

"Pulanglah kami akan tetap di sini." Vira menatap ragu.

"Tidak apa." Faras kembali menyakinkan Vira.

Perempuan itu berjalan pelan meninggalkan rumah sakit. Memasuki mobil dengan kebisuan yang terpatri. Hatinya gundah pikirannya kacau.

Namun, Killa terlihat tenang mendengarkan musik dari headset yang terhubung ke ponsel gadis itu.

Vira tidak jadi menanyakan perihal kakek saat Killa sudah memejamkan mata.

Matanya melihat bangun yang tampak bergerak dari balik kaca mobil. Memiringkan kepala merenungi kesalahannya hari ini. Dewi fortuna tidak sedang berpihak padanya. Menghembuskan nafas panjang Vira menatap pantulan wajahnya yang terlihat berantakan.

Vira merasakan ada seseorang yang tengah mengguncang bahunya cukup keras disertai suara berdecak kesal. Ahh Vira ketiduran, membuka mata hal pertama yang ia lihat adalah Killa yang memasang wajah kesal.

"Pindah kamar jika ingin tidur. Di mobil tidak ada kasur," ucap Killa turun dari mobil berlari masuk rumah.

Kesadaran yang belum kumpul sepenuhnya membuat Vira sedikit lemas. Ia membuka pintu mobil turun dan menutupnya. Namun, sebelum masuk rumah pandangannya melihat pada mobil yang sangat dikenalnya. Mobil Arka terparkir di garasi dan Vira yakin jika pria itu sudah kembali.

Setelah mendapat amarah dari kakek dan mama. Apa Vira juga akan mendapatkan amukan dari Arka karena telah berbuat lancang. Kenapa hari ini masalah datang bertubi-tubi tanpa adanya penjelasan.

Langkahnya terasa berat saat memasuki rumah. Tangannya memilin ujung kaosnya merasakan kegugupan yang melanda.

Lindungi dirimu sendiri sebelum melindungiku. Perkataan Killa menghantui pikiran Vira. Sekarang ia tahu kalau Killa memberi sindiran halus. Sekarang Vira harus melakukan apa untuk melindungi diri dari Arka.

Vira berusaha menghindar masuk kamar dengan berlama-lama di dapur. Walaupun hanya duduk diam memandang meja pantry. Vira takut jika Arka bertindak di luar kendali. Terakhir kali Vira dilarikan ke rumah sakit, apa sekarang Vira akan langsung di masukkan ke liang kubur. Tidak, tidak Vira menggeleng dengan pikiran sesatnya.

Jam sudah menunjukkan jika hari sudah semakin larut. Vira masih berada dalam kebingungan. Di satu sisi Vira takut bertemu Arka, tapi di sisi lain ia butuh istirahat karena besok ia harus berangkat pagi mengunjungi ibunya.

Kamar tamu sempat terlintas dibenaknya. Lagi-lagi Vira harus menelan kecewa karena setahunya seluruh kunci dipegang Lydia.

Masih berperang dengan pikirannya tiba-tiba sebuah tangan menariknya keluar dapur. Langkah yang lebar dan terburu-buru membuat Vira sulit menyamai langkahnya. Vira berbelit-belit melangkah. Berkali-kali salah mengambil pijakan. Andai ia tidak berpegangan pada pembatas tangga bisa saja Vira jatuh.

Tubuh Vira terdorong memasuki kamar dan baru Vira  sadari jika kakinya terluka karena pecahan vas bunga. Darahnya sudah mengering, tapi rasa perih itu amat terasa.

"Maaf," cicit Vira karena Arka menatapnya dengan tatapan yang sangat mengerikan.

"Mudah sekali meminta maaf setelah apa yang kau lakukan. Berulang kali aku katakan untuk tidak mendekati keluargaku dan membuat ruang di hati mereka. Aku membencinya." Arka mendorong Vira hingga terjatuh pada ranjang. Vira merasakan jika punggungnya kini juga sakit.

"Maaf aku tidak akan melakukannya."

"Bulshit! Perkataan dan tindakanmu tidak dapat dipercaya."

Sebegitu tidak inginkah Arka jika Vira memiliki kenangan pada keluarganya.

***

Happy reading.

Kakek kenapa ya kaya gak suka gitu sama keluarganya sendiri.

Salam sayang dari aku

Terpopuler

Comments

Afternoon Honey

Afternoon Honey

pegel hati bacanya, terlalu banyak kekerasan fisik & mental untuk Vira...
tapi penasaran kelanjutannya... ah bikin emosi jiwa jadinya

2024-01-01

0

EndRu

EndRu

penuh misteri..

2023-12-01

1

handa_seokjin🥀

handa_seokjin🥀

bahkan mertua yg kelihatan y baik jgn2 seorang iblis y haduhhh

2023-09-22

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!