Demi Kebaikan

Keesokan harinya saat Vira sudah diperbolehkan untuk pulang. Ia menyempatkan menjenguk kakek walaupun hanya memandangnya dari kaca penghubung. Selama kakek dirawat tidak ada yang diperbolehkan masuk kecuai Killa. Hanya gadis itu yang diperbolehkan keluar masuk dengan leluasa. Vira mengetahui jika kakek sudah diperbolehkan pulang sama seperti dirinya, tapi harus diawasi oleh dokter. Di dalam sana Killa terlihat sangat bahagia bisa berbincang banyak hal dengan kakek. Wajahnya sangat ceria tidak seperti hari-hari biasanya. Puas memandang Killa dan kakek, Vira pun pulang.

Ia menggunakan taksi untuk bisa tiba di rumah. Jangan mencari Arka karena pria itu datang hanya untuk marah-marah saja. Di saat istrinya baru pulang dari rumah sakit bukannya menjemput dia justru tidak peduli dengan Vira.

Untuk saat ini Vira tidak ingin memikirkan hal yang hanya akan membuat sakit hati saja. Sampai di rumah Vira menuju kamar dengan menenteng tas berisi keperluannya selama di rumah sakit. Telinganya mendengar suara yang tak asing lagi baginya. Vira tak jadi menaiki tangga, ia meletakkan tasnya didekat tangga dan melangkah menuju dapur di mana kegaduhan terjadi.

Vira melihat Bi Murni dengan wajah tertekuknya dan juga Lydia yang sedang memegang spatula dan penutup panci. Teriakan memekikkan telinga terdengar tak kala Lydia meletakkan ikan pada minyak yang panas. Bi Murni yang berada di sampingnya sampai menutup telinga. Vira tersenyum kecil dengan tingkah mama mertuanya.

"Apa yang kamu lakukan di sana!" seru Lydia tak suka melihat Vira yang tersenyum saat dirinya kesulitan.

"Maaf, Ma. Aku cuma penasaran karena teriakan mama sampai depan," ucap Vira memasuki dapur.

"Aduh, Nya. Ikannya dibalik ntar gosong," rusuh Bi Murni dengan panik, mengambil spatula di tangan Lydia dan membalik ikan di penggorengan.

"Nih terusin masaknya. Saya lebih baik berkutat dengan berkas-berkas perusahaan." Lydia memberikan tutup panci, melepas apron dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci tangan.

Vira mengikuti Lydia kemana wanita itu melangkah. Lydia berbalik melihat Vira dengan kesal.

"Berhenti mengikutiku," perintahnya.

"Aku mau membicarakan beberapa hal dengan mama." Lydia berkacak pinggang mendengarnya.

"Bicaralah aku tidak mempunyai banyak waktu."

"Di sini?" Vira rasa membicarakan perihal Killa tidak mungkin di tempat terbuka karena dinding memiliki telinga ya meskipun masalah keluarga Zeroin sudah menjadi rahasia umum di kalangan pekerja di rumah Zeroin.

Lydia memicingkan mata mendengarnya, ia mengedarkan pandangan pada beberapa pelayan yang sedang membersihkan rumah. Tahu apa yang dipikirkan Vira, Lydia pun membawa Killa memasuki ruang kerjanya.

Mereka berdua duduk di sofa kecil yang tersedia di sana. Untuk sekejap Vira mengagumi interior ruang kerja tersebuut sangat bagus dan rapi.

"Cepat katakan." Vira tersadar dari keterkagumannya

"Mengenai Killa...."

"Sudah aku urus dan Killa tetap akan diskors, masalah selesai dan jangan diperpanjang lagi." Lydia menyela perkataan Vira. Wanita itu mulai sibuk dengan kertas-kertas yang tak Vira pahami.

"Killa kesepian, dia sendirian meski kalian bersamanya tapi kehadiran kalian bukan sebagai pelipur lara melainkan pencipta luka.

Luangkan waktu sebentar saja untuk bersama Killa. Dia sangat merindukanmu, merindukan kedua orang tuanya. Tidakkah mama terlalu jahat pada Killa."

"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk hal tidak berguna."

Hah, apa katanya tadi. Tak berguna bagaimana bisa dia bicara tentang hal tersebut. Menghabiskan waktu bersama anak bukan hal yang buruk.

"Anda tidak bisa membeli kebahagiaan Killa dengan uang. Simpan saja uang itu karena Killa tak membutuhkannya, dia membutuhkan kasih sayang kedua orang tuanya."

"Diam! Jangan ikut campur." Vira cukup tersentak karena ucapan Lydia.

"Jangan mempertanyakan caraku mendidik anak. Apa dan bagaimana yang harus aku lakukan. Sejauh ini aku melakukannya demi kebaikan Killa. Dia anak perempuanku dan seorang perempuan harus memiliki tempat agar tidak mudah disingkirkan. Dia harus menjadi pribadi yang kuat." Lydia berkata panjang lebar.

"Tidakkah Anda terlalu keras pada Killa. Dia masih membutuhkan bimbinganmu."

"Killa harus mandiri," lirih Lydia fokus pada berkas di tangannya.

"Apa definisi mandiri menurutmu. Melakukan semuanya sendiri? Tidak boleh tergantung pada orang lain? Apa begitu." Vira menatap Lydia yang fokus pada berkasnya. Ia menarik nafas panjang.

"Keluarlah," pintanya.

"Tidak, sebelum mama menjawabnya. Killa sudah menceritakan semuanya bagaimana kalian menelantarkan dia. Killa sering berbuat ulah agar mama dan papa sedikit menaruh perhatian, tapi ternyata tidak sama sekali." Vira tertawa kecil di akhir perkataannya.

Mentertawakan bagaimana kedua mertuanya sangat tidak peduli terhadap anak mereka sendiri. Sekarang Vira jadi berpikir apa Arka juga mendapat perlakuan yang sama atau justru banding terbalik.

"Aku tidak pernah menelantarkan anak-anakku, camkan itu. Sekarang keluar! Kubilang keluar!" Vira memejamkan mata mendengar suara menggelegar Lydia.

Kenapa keluarga Zerion sangat suka sekali berteriak. Apa tenggorokan mereka tidak sakit. Sekarang Vira tahu berasal dari mana sikap Arka yang suka berteriak.

"Aku akan kembali lagi," ucap Vira. Ia tidak ingin memperbesar masalah dan lebih baik Vira mengalah untuk saat ini.

Membuka pintu hal pertama yang Vira lihat adalah Killa yang berdiri diambang pintu menatapnya dengan mata yang berkaca-kaca.

"Killa," lirih Vira menengok ke belakang mendapati Lydia yang sedang menatap mereka berdua.

"Kakek sudah pulang. Beliau ingin bertemu seluruh keluarga." Suaranya bergetar dan Killa melangkah pergi setelah mengucapkannya.

"Ma, Killa." Ucapan Vira terhenti saat Lydia melewatinya begitu saja. Meninggalkannya yang masih berada dalam ketidaknyamanannya.

Apa Killa mendengar semuanya? Ahh, entahlah Vira pusing memikirkan hal tersebut. Melangkah pelan ia menyusul Killa dan mama yang sudah lebih dulu pergi.

Tiba di ruang keluarga, ternyata semua sudah berkumpul kecuali Vira. Wanita itu segera duduk ketika mendapati semu sedang menatapnya. Kakek menatap satu persatu anggota keluarga yang sudah sangat lama tidak ia temui. Rasa amarah pada anak dan menantunya menutup mata dan telinga kakek bahwa masih ada sang cucu yang sangat membutuhkannya.

Kakek tersenyum saat Killa tak sengaja menatapnya.

"Killa akan melanjutkan studinya di luar negeri. Killa sudah setuju kini giliran kalian berpendapat."

Semua terkejut dengan berita tersebut begitupun dengan Vira. Ia sangat tidak setuju jika Killa di kirim ke luar negeri di usianya. Anak perempuan sendirian di negeri orang. Tidak dapat dibayangkan.

"Aku menolaknya dengan tegas. Untuk apa mengirim Killa jauh-jauh, sedangkan di sini masih banyak sekolah bagus," ujar Faras yang diangguki Lydia.

"Sudah menjadi keputusan Killa. Dia hanya memerlukan persetujuan kalian," ucap Kakek ringan.

Vira menatap Killa yang menunduk. Jelas ada keraguan dalam diri Killa terlihat dari bagaimana Killa meremas kedua tangannya.

"Kamu benar ingin sekolah di luar negeri, tidak bisa dipikirkan lagi? Mengapa tidak saat kuliah saja." Vira berusaha merubah pemikiran Killa.

"Aku tidak bicara denganmu," sela Kakek. Vira terdiam tidak lagi bersuara sepertinya kakek masih belum menerima dirinya.

"Kakek," Killa berucap lirih memegang tangan sang kakek.

Kakek menatap Killa di sampingnya menghembuskan nafas perlahan. Killa sudah menceritakan perihal Vira yang menjadi istri Arka. Kakek cukup senang karena Killa banyak tersenyum ketika menceritakan Vira. Entah daya tarik apa yang ada dalam diri Vira sehingga Killa begitu menyukainya.

"Kamu hutang penjelasan pada kakek, Arka." Pria tua itu menatap cucu laki-laki yang hanya diam saja.

"Aku setuju dengan ucapan Vira. Killa sebaiknya ke luar negeri untuk kuliah." Vira benar-benar tak percaya bahwa Arka sependapat dengannya. Apa pria itu salah minum obat untuk hari ini.

Arka menatap Vira yang sedang tersenyum lebar. Pandangan mereka bertemu saling nengunci dalam ruang tak terlihat hingga akhirnya memutuskan tali tak terlihat itu.

"Bagaimana Killa," ucap Kakek.

"Aku menurut saja apapun keputusan kalian." Killa berkata.

***

Happy reading

Silakan kalian berkomentar sesuka hati kalian. Aku tidak akan melarangnya wkwk 😆

Salam sayang dari aku

Terpopuler

Comments

Ve

Ve

napa thor?
ada komen ga enak?
sini kasi tw i, biar tak ......
🤭

2024-02-07

1

Patrish

Patrish

ini agak kurang pas tata bahasanya... mestinya Vira tidak menggunakan kata MU untuk mengganti Lidya... mestinya pakai MAMA

2024-01-23

0

INA

INA

smoga Killa ngajak Vira, spy Arka bunuh diri krn gk ada tmpt pelampiasan emosi gr2 blom bs nemuin Arleta

2022-11-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!