Kekerasan

Hari ini merupakan hari bagi Vira untuk kembali mengajar seperti biasa. Karena tidak ada jam mengajar pagi maka Vira menyempatkan untuk mampir ke rumah sekaligus mengambil motor, kendaraan yang menemani Vira kemanapun.

Setelah kejadian Vira dilarikan ke rumah sakit. Arka tidak pulang ke rumah selama beberapa hari dan baru tahu bahwa Arka mengurus bisnis diluar kota, itupun Vira diberitahu oleh Faras.

Belum ada perubahan signifikan dalam keluarga Zerion. Lydia yang masih belum menerima Vira sepenuhnya, tapi setidaknya sikap Lydia tidak buruk. Lydia hanya kecewa karena Arka menikah bukan dengan perempuan pilihannya. Sekarang Lydia harus berlapang dada menerima Vira. Meskipun dalam hatinya ada sesuatu yang mengganjal.

Taksi berhenti tepat di depan rumah orang tua Vira. Usai membayar ongkos taksi Vira melangkah memasuki rumah. Baru saja tangannya terangkat untuk mengetuk pintu. Suara benda jatuh dari dalam rumah membuat Vira menegang. Cepat-cepat Vira memutar knop pintu mendorongnya agar bisa masuk.

"Berhenti." teriak Vira menggema.

Di depannya Vira melihat Melisa menyilangkan tangan di depan wajah dengan terduduk di dekat sofa yang berserakan serpihan kaca. Menghalangi Pras yang ingin melempar vas bunga kepadanya. Hati Vira mencelos menyaksikan sang ayah menyakiti ibunya.

Dengan langkah cepat Vira menghampiri Melisa memeluk tubuh wanita itu dengan sayang. Menjadikan dirinya tameng untuk melindungi Melisa. Pras tersenyum remeh melihat adegan drama ibu dan anak.

"Pergi, Nak. Ibu gak mau kamu terluka, pergi!" perintah Melisa yang ditolak Vira.

Mana tega Vira meninggalkan Melisa dan membiarkan sang ayah menyakiti ibunya. Vira akan merasa sangat bersalah jika melakukan hal tersebut.

"Cukup. Jika ayah ingin melampiaskan rasa marah lakukan pada Vira. Ibu tidak salah apapun, Vira yang salah." Melisa menggeleng mendengarnya.

"Pergi, Nak. Ibu tidak apa." Vira menggeleng pelan menggigit bibir bawahnya saat melihat kondisi wajah Melisa yang tidak dalam keadaan baik.

"Heh! Anak bodoh, kamu tahu di mana letak kesalahanmu?" Pras bertanya dengan smirk di wajahnya.

"Menggantikan Kak Arleta," lirih Vira.

"Anak saya pergi itu karena kamu! Putri kebanggaan saya berani melawan saya karena kamu! Dia mengorbankan cintanya untuk kamu yang tidak tahu diri." Pras menyerukan pendapatnya. Ia kembali teringat percakapannya dengan Arleta sehari sebelum pernikahan.

"Arleta tidak bisa lagi menyanggupi perkataan Ayah. Menyakiti Vira sama saja menyakiti wanita berharga dalam hidup Arleta. Vira berhak bahagia Ayah dan Arleta mohon jangan menyakiti Vira lagi dia juga putrimu."

"Arleta selalu menyesal mengikuti perbuatan buruk Ayah pada Vira. Adik kecilku itu tidak tahu apapun dan kenapa dia harus disalahkan."

"Sebagai seorang kakak. Arleta akan memberi sesuatu yang pantas untuk Vira terima."

Saat itu Pras hanya diam mendengarkan karena tidak tahu apa yang dimaksud sang putri, tapi akhirnya ia paham ketika keributan muncul.

Pras yakin Arleta sudah dipengaruhi Vira hingga akhirnya pergi. Anak tidak tahu diri itu sudah menghasut Arleta melawan perkataannya. Pras yakin seratus persen Vira menjadi alasan kepergian Arleta.

"Vira tidak tahu menahu tentang kak Arleta. Kami tidak pernah terlibat perbincangan apapun, Yah."

"Jangan panggil aku ayah. Putriku hanya satu dan cuma Arleta yang berhak memanggilku ayah."

"Sebegitu bencinya kah ayah padaku,"  batin Vira sendu.

"Puas, hah! Puas kamu membuat renggang hubungan ayah dan putri. Apa kamu tidak bisa hidup tenang tanpa mengusik kebahagiaan orang lain. Apa itu sudah menjadi sifatmu untuk menghancurkan kebahagiaan orang lain!" Pras berseru hendak melayangkan sebuah tamparan untuk Vira. Ia muak melihat wajah Vira.

"Stop, Mas. Vira tidak salah sudah aku bilang berapa kali Vira tidak salah apapun." Melisa membentak suaminya. Tak memperdulikan seberapa terluka dirinya. Ia akan tetap melindungi Vira.

"Diam kamu tahu apa kamu tentang anak tak tahu diri ini." Pras menunjuk Vira terselip sebuah amarah dalam lirikan matanya.

Pras hendak melakukan kekerasan terhadap Melisa yang berani bersuara tinggi melawannya, tapi dengan sigap Vira menghalangi. Sekuat tenaga Vira mendorong tubuh Pras yang ingin memukul Melisa, tapi kekuatannya tak sebanding hingga dengan sekali dorongan Vira terjatuh dengan kening membentur meja di depannya menciptakan ruam biru.

"Berhenti atau aku akan panggil warga," ancam Vira.

"Pergi sekarang atau aku akan melaporkan hal ini pada pihak berwajib." Vira bersih kukuh untuk menghentikan Pras. Ia tidak bisa melihat Melisa diperlakukan kasar. Biar saja orang tuanya menempuh jalur hukum jika itu yang terbaik untuk Melisa.

Tak banyak bertingkah Pras keluar rumah dengan membanting pintu. Baik Vira maupun Melisa hanya mampu menghela nafas. Vira membantu Melisa untuk duduk, mengambilkan air minum agar Melisa merasa sedikit baik. Vira juga membawa Melisa ke kamar agar wanita itu dapat beristirahat.

"Ibu belum makan, 'kan. Vira masakin sebentar ya. Ibu di kamar aja jangan kemana-mana." Melisa tersenyum tipis dengan kepedulian sang anak.

Selain memasak Vira juga membereskan kekacauan yang terjadi. Tidak memerlukan waktu yang lama bagi Vira sudah kembali ke kamar dengan seporsi makanan di tangannya.

"Ibu makan dulu ya biar Vira suapin."

"Gak perlu, ibu bisa makan sendiri. Lebih baik kamu berangkat ngajar gih udah telat loh." Melisa berusaha menunjukkan bahwa dirinya baik-baik saja.

"Aku sudah meminta Bu Wati untuk menggantikanku hari ini." Bu Wati adalah guru bahasa Indonesia untuk kelas delapan dan Vira sudah meminta beliau untuk memberi siswa tugas.

Melisa menggeleng tidak setuju dengan ucapan Vira. Ia mengambil piring dari tangan Vira. Memandang wajah putrinya begitu dalam.

"Itu tugas kamu sebagai guru mereka Vira. Kamu tidak bisa melimpahkan kepada orang lain, lagian Bu Wati juga mengajar kelas lain. Kalau dia kesulitan bagaimana."

"Iya, maaf bu gak akan Vira ulangi, tapi Vira udah terlanjur gak masuk hari ini." Vira menunjukkan deretan gigi putihnya.

"Huft ya sudah, tapi jangan diulang." Vira mengangguk setuju.

"Bagaimana keadaan kamu masih sakit." Melisa jadi teringat tentang kejadian tempo hari. Ia tidak bisa menghubungi Vira setelah keluar rumah sakit.

Vira mengulas senyum dengan kekhawatiran Melisa. Ya memang setelah hari itu Vira belum memberi kabar apapun pada Melisa.

"Semua baik, Bu. Aku udan pulih."

"Apa sikap Arka memang seperti itu sama kamu. Dia kasar, 'kan."

"Gak, Bu. Dia masih berusaha menerima pernikahan kami."

Tidak mungkin kan Vira mengumbar aib rumah tangganya pada sang ibu meski ia yakin jika Melisa tidak akan percaya dengan apa yang dirinya ucapkan tadi.

"Menyerah saja, Nak. Dia tidak cocok untukmu. Ibu tidak mau putri ibu yang cantik ini menangis karena lelaki seperti Arka." Melisa mengelus rambut Vira dan merapikan sedikit rambut yang berantakan.

"Ibu tenang saja, Vira akan jaga diri baik-baik dan biarkan Vira mengurus rumah tangga Vira sendiri."

"Nak melihat dari pancaran mata kamu. Di sana hanya terdapat kesedihan tidak ada binar bahagia di matamu. Hati ibu berkata kamu tidak bahagia. Jika kamu ingin berpisah lakukan saja ibu akan mendukungmu."

"Arka tidak akan melepaskanku dengan mudah. Dia menjeratku dalam pernikahan demi bisa membalas dendam atas apa yang tidak aku perbuat. Menjadikan diriku sasaran kesalahan baginya." Batin Vira merenung.

Vira menarik nafas dan menghembuskan perlahan. Mau sekuat apapun Vira berusaha menyembunyikan pasti Melisa akan mengetahuinya dari sorot matanya.

"Ibu habiskan sarapan dulu. Aku akan ke kamar untuk mengambil beberapa barang."

"Kamu akan tinggal bersama mereka?" tanya Melisa penuh selidik.

"Keluarga Zerion baik, Bu

Hanya Arka yang masih memerlukan waktu lebih." Vira menutup pintu setelah mengutarakan perkataannya.

Meninggalkan Melisa sendiri dalam kebimbangan hati.

"Apa kamu tidak bisa membedakan mana yang baik dan buruk untuk dirimu sendiri, Nak. Lelaki itu sungguh tidak baik untuk kamu."

Melihat bagaimana sikap Arka saat di rumah sakit membuat Melisa menyimpulkan jika sikap baik Arka saat dulu bersama Arleta hanya topeng berlaka.

***

Happy reading

Yeay yang masih penasaran sabar ya tunggu besok. Selamat malam semoga mimpiin author ya 😄

Salam sayang dari aku

Terpopuler

Comments

Marwan Ermadi

Marwan Ermadi

alahpaling paling di akhir cetita maaf maaf yakan?

2024-02-09

3

Afternoon Honey

Afternoon Honey

si Pras itu bapak tiri Vira ya

2024-01-01

0

Iin Karmini

Iin Karmini

heleh ...yg kyk gini nih yg bikin cape hati bacanya, jgn trlalu nrimo dong thor..lemah amat

2023-02-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!