Fany mengerjap-ngerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya lampu yang dari semalam tidak di padamkan oleh Daren. Ia menoleh kesamping saat merasakan hembusan hangat seseorang di lehernya. Gadis itu seketika bangun menarik selimut menutupi tubuhnya.
"Aaaahhhhhh" teraiknya berhasil membangunkan Daren.
Pria itu mendegus kesal, merasa tergangu dengan teriakan istrinya di pagi hari. "Aaaahhhhhh." ledek Daren menatap jengan gadis di sampingnnya. "Ngapain lu teriak pagi-pagi hah !" kesalnya. Baru pagi-pagi dirinya sudah di buat kesal oleh gadis kecil di sampingnya.
Daren menguap merasa sangat mengantuk akibat ulah Fany semalam yang terus menangis di dalam pelukannya dan itu membuatnya sangat risih.
"Apa yang lu lakuin semalam?" bentak Fany menarik selimut menutupi tubuhnya. Ia sangat menyesal tidur di kamar suaminya dan mendapati dirinya bagun-bangun sudah berada di pelukan pria arogan itu.
"Memangnya apa yang lu harapin? lu berharap gue nidurin elu hah? ogah banget gue nidurin gadis kecil menyebalkan seperti lu, bodi papan nga ada tonjolan-tonjolannya sama sekali." gerutu Daren kesal, dituduh macam-macam oleh istrinya, to jika dia juga melakukan apa yang di tuduhkan gadis itu tidak ada salahnya, karena memang itu kewajiban istrinya melayaninya sebagai seorang suami.
"Nga usah berkilah deh lu, buktinya lu tadi meluk-meluk gue, dasar mesum." Fany tetap kekeh menuduh Daren berbuat macam-macam padanya.
"Yang meluk-meluk itu lu sambil nagis-nagis nga mau gue tinggalin, apa coba ? kalau lu suka sama gue apa susanya lu akuin saja, gue akan coba nerima lu walau itu sulit." ucap Daren lebih tepasnya seperti menyindir. Mana mungkin seorang Daren akan menyukai gadis kecil seperti Fany.
Padahal Elina lebih menarik dan lebih seksi, apa lagi sebentar lagi manajernya akan jadi janda, dan tidak ada yang akan menghalanginya lagi untuk mendapatkannya. Pria itu tidak peduli dengan perasaan istrinya sama sekali, toh mereka hanya menikah dengan keperluan masing-masing yang saling menguntungkan.
"Ais pede amat lu jadi orang, gue mah ogah-ogah suka sama lu." Fany mendelik kesal menarik selimut lalu turun dari rajang Daren.
Fany masih membungkus tubuhnya dengan selimut mengira dia sudah tela**ang bul*t akibat ulah suaminya semalaman. Gadis itu mengedarkan pandangannya ke segala penjuru ruangan namun yang di carinya tidak ada. "Lha pakain gue mana?" tanyanya kebingungan tidak mendapati pakainnya berserakan di dalam kamar suaminya, seperti yang biasa ia baca di dalam novel-novel saat malam pertama.
Daren memutar mata jengah melihat kebodohan gadis kecil dihadapanya. Bagaimana bisa Fany seoon itu tidak merasakan pakaian di tubuhnya. "Lu emang benar mengharapkan sesuatu terjadi semalam ya? maka dari itu lu mengoda gue pakai akting-akting nangis segala tidak mau di tinggalin." kesalnya. "Lu buka selimut lu dan periksa tubuh lu itu ! pakaian lu masih lengkap" lanjutnya. Dalam hati pria itu tertawa melihat wajah istrinya yang sudah memerah mungkin gadis itu sedang menahan malu karena ulahnya sendiri.
"Tau ah." Fany melempar selimutnya ke arah Daren dan buru-buru keluar dari kamar suaminya. Ia sudah sangat malu dengan kelakuannya sendiri, bisa-bisanya dia tidak merasakan pakaiannya yang ada di tubuhnya sendiri dan malah menuduh pria itu berbuat macam-macam padanya.
Daren melempar selimut yang tepat mendarat di wajahnya. Ia mendekati Fany yang hendak keluar kamar, pria itu sudah bersiap memarahi istrinya namun keburu gadis itu membuka pintu dan menampilkan Nathan di depan pintu kamar dengan senyuman menyebalkannya baginya. Pria itu reflek mengamit pingang Fany dan tidak jadi memarahinya.
"Pagi pengantin baru?" sapa Nathan masih dengan senyumannya.
"Pagi." Daren memaksakan senyumnya sementara Fany sangat risih dengan kelakuan suaminya yang terus mengamit pinggangnya di depan pintu.
"Aku mandi dulu ya." pamit Daren seraya mencium puncuk kepala Fany dan menutup pintu.
Fany tersenyum kikuk di depan Nathan yang sedari tadi menatapnya dengan senyuman. "Ngapain lu liatain gue kayak gitu?" tanyanya melangkahkan kakinya menuju dapur membuat sarapan untuk mereka bertiga, walau ia tidak yakin Daren akan makan masakannya.
"Senang aja gitu liat kak Fany mesra-mesraan." jawab Nathan mendudukkan tubuhnya di meja makan memperhatikan kakaknya menyiapkan sarapan.
"Mesra apanya coba, bertengkar tiap detik ia" gerutu Fany dalam hati.
Sementara di dalam kamar mandi, Daren beberapa kali membilas bibirnya karena telah mencium Fany. "Gila ngapain gue pake cium-cium segala, membuat bibir seksi gue ternodai." gerutunya masih membilas mulutnya dan bibirnya dengan air bersih.
Setelah cukup lama, akhirnya Daren selesai juga dengan ritual mandinya dan telah rapi dengan cela jeans hitam di padukan baju kaos warna putih membuatnya semakin tampan, dan tak lupa hodie di tangan nya dan kacamata di leher bajunya.
Daren menyempatkan sarapan bersama Istri dan adiknya walau sangat malas, apa lagi dia sudah di buru waktu untuk menghadiri pembacaan naskah drama frish love.
Di tempat lain, Elina sudah sangat gelisah, takut Daren tidak akan datang ke pembacaan naskah karena masih marah padanya, apa lagi sedari tadi Direktur atau sutradara Radit terus menanyakan keberadaan Daren.
Radit memperhatikan arloji di pergelangan tangannya. "Lima menit lagi acara akan di mulai, tapi Daren belum datang juga, apa dia serius ingin bergabung dengan proyek ini ?" pertanya Radit di tujukan pada Elina sebagai manajer Daren.
"Waktunya masih ada 5 menit lagi, jadi kita masih bisa menunggunya direktur." jawab Elina berusaha mengulur waktu, walau dalam hatinya sudah merasa cemas karena Daren belum juga menampakkan batang hidungnya padahal waktu terus saja berjalan.
"Masih ada waktu 3 menit, jadi gue tidak terlambat kan?" tanya Daren yang baru saja datang tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Daren ikut duduk di samping Dave pemerang utama laki-laki, tanpa melirik Elina sedikitpun karena masih marah dengan ucapannya tempo hari yang hanya mengagapnya mesin penghasil uang.
"Senang bisa bekerja sama denganmu." Dave mengulurkan tangannya pada Daren.
Daren hanya melirik tangan Dave tanpa berniat menyambutnya. "Selamat karena berkesempatan menjadi pemerang utama." ucapnya dingin.
Pembacaan naskah berjalan baik tanpa kendala sedikitpun. Walau Daren tidak respek dengan Dave bukan berati dia tidak bisa besikap profesional dalam bekerja. Bahkan Daren tidak tergangu sama sekali dengan kehadiran Keysa yang akan menjadi pemerang wanitanya. Salah satu aktris yang pernah mengejar-ngejarnya bahkan dengan berani menembaknya saat bertemu di salah satu acara Awards, namun Daren menganggap perkataan Keysa hanya angin lalu.
Radit bangkit dari duduknya dan menghampiri pria arogan yang masih setia duduk di tempatnya. pria itu menumpukan tangannya di atas meja dekat Daren setelah yang lainnya pergi meninggalkan mereka bertiga dengan Elina.
"Gue kira lu tidak akan menerima tawaran ini, yang hanya menjadi pemerang pendamping saja."
-
-
-
-
-
TBC
Terima kasih para Readers karena bersedia mengikuti cerita author.
jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara like, komen, dan votenya. Oh iya jangan lupa tambahkan sebagai cerita favorit para readers agar mendapatkan notifikasi setiap up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
maemunah
makin seru tor
2021-07-12
1
Mien Mey
ceritnya bkin betah euy..
2021-06-12
1
Anisa Nisa
sungguh ngakak habis.. 😅😅
2021-05-01
1