"Gue kira lu nga bakal terima tawaran ini yang hanya menjadi pemerang pendamping saja." ucap Radit. Pria itu tidak percaya seorang Daren yang di kenalnya dengan gengsi dan ego yang sangat tinggi mau menerima pemerang pendamping.
Daren senyum sinis pada Radit, karena memang Ia tidak menyukai sutradara itu "Gue lebih suka menjadi pemerang pendamping daripada pemerang utama. Peran pemeran pendamping dalam cerita ini sangat menantang dan manarik, dengan alur yang menceritakan kisah seorang pemuda yang hidup di tengah-tengah lingkungan tanpa cinta dan hanya benci yang di dapatkan. Membuatnya menjadi pemudah tangguh. Tidak seperti pemerang utama yang menontong karena hidupnya lurus-lurus amat." jawab Daren dengan santainya.
Radit mengerutkan keningnya menatap Daren penuh selidik. Tidak biasanya seorang Daren mempunyai pemikiran yang benar. "Dari mana lu dapat pemikiran seperti itu ?" tanyanya bersedekap.
"Menurut lu ?" kesal Daren. "Tentu saja pemikiran gue sendiri." kilahnya yang nyatanya mendapatkan penjelasan itu dari Fany istrinya.
"Kenapa ?" lanjutnya.
"Nga ada, gue hanya tidak percaya ternyata pemikiran kita sama, semoga kita bisa lebih dekat kedepannya." Radit mengulurkan tangannya.
Daren bangkit dari duduknya dan tidak ada niat sama sekali menyambut uluran tangan Radit. Ia melangkah keluar dari ruang pembacaan naskah meninggalkan Elina dan Radit di dalamnya.
Elina dengan sigap menyambut uluran tangan Radit. "Semoga kedepannya kita bisa bekerja sama, terimakasih atas kesempatannya Direktur." Elina takut Radit akan kecewa di kacangin anak bawang seperi Daren. "Saya minta maaf mewakili Daren" lanjut Elina senyum.
"Tidak apa-apa nona Elina." jawab Radit memperlihatkan senyumnya.
Elina memberikan bow dan berlalu pergi mengejar Daren.
"Daren !!" panggil Elina berlari-lari kecil menghampiri pria arogan itu yang akan masuk kedalam mobilnya. "Lu masih marah sama gue?" lanjut Elina setelah sampai di hadapan Daren.
"Menurut lu ?" Daren masih kesal dengan sikap dan kata-kata Elina tempo hari, namun itu tidak mampu membuatnya membenci manajernya. Bahkan pria itu tidak lagi memanggil aku kamu pada Elina.
"Maaf, gue tidak bermaksud mengatakan itu." bujuk Elina.
Daren senyum kecut. "Ngapain lu minta maaf? gue kan hanya mesin pencetak uang bagi lu." ucapnya dingin.
"Maafin gue ya !" Elina mengerjap-ngerjapkan matanya. "Gue nga ada maksud ngomong seperti itu, tapi malam itu gue benar-benar tidak bisa mengontrol emosi gue." lanjutnya.
"Sial kenapa gue nga bisa marah lama-lama jika melihat Elina seperti itu." Daren membatin kesal pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia luluh hanya dengan permintaan maaf Elina.
Elina yang melihat Daren diam saja melancarkan aksi keduanya yang tidak mungkin di tolak oleh pria itu. Wanita itu memberikan paper bag berukuran sedang pada Daren. "Udah dong ngerajuknya, nih gue bela-belain nyuruh orang ke paris hanya untuk membelikanmu." ucap Elina.
Daren menatap malas paper beg pemberian Elina dan memeriksanya. Matanya seketika berbinar mendapati merek sepatu incarannya ada di depan mata.
"Nga mau, ya udah gue berikan ke Deon saja." Elina kembali mengambil paper bag tersebut. Ia senyum penuh kemenangan saat mendapati Daren seperti berat melepaskannya.
"Sudah kuduga dia tidak akan menolak." Elina membatin.
"Baiklah, gue memaafkan lu kali ini." ucap Daren merebut paper bag dari Elina. Ia tidak ingin kehilangan sepatu incarannya dan ia terpaksa mengalah lagi pada Elina untuk kesekian kalinya.
"Gitu dong." Elina senyum. "Kita makan siang dulu ya." lanjutnya mengajak Daren makan siang.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Fany yang baru saja tiba di butik di sambut riang oleh temannya Kirana dan beberapa karyawan lainnya termasuk Nara.
"Ya ampun Fany, gue kira lu nga bakal masuk hari ini, secara lu kan pengantin baru." Kirana nyerocos begitu saja dan menguncang tubuh temannya itu.
"Selamat ya." teman-teman Fany memberikan selamat pada gadis itu karena tidak sempat menghadiri pernikahan mereka.
"Terimakasih." ucap Fany
"Fan kenapa mata lu kayak panda? lu kurang tidur ya." tanya teman satunya lagi.
"Namanya juga pengantin baru, ya jelas kurang tidur dong." timpal teman satunya lagi.
"Wah kayaknya kak Daren nga ngebiarin lu tidur dengan mudah ya." ucap Kirana mengoda Fany.
"Ya kalian benar, gue nga di biarin tidur dengan tenang." Fany membatin, kesal dengan kelakuan Daren.
"Hem...hem...hem." bos Fany berdehem menghampiri mereka dengan bersedekap. "pagi-pagi udah pada ngerumpi." lanjutnya.
"Pagi bos." Fany menyapa bosnya dan memberikan bow.
"Kebetulan lu datang hari ini." ucap bosny itu pada Fany. "Mumpung semuanya sudah ngumpul sekalian saja saya ingin mengumumkan sesuatu. Hari ini Fany akan saya angkat sebagai asisten saya, dan dia akan bertanggung jawab dalam pembuatan desain-desain baru di butik kita." bosnya mengumumkan kenaikan jabatan gadis itu sebagai asistennya.
"Lu nga usah lagi melayani pelanggan, tugas utama lu hanya membuat sketsa dan mendesain gaun-gaun." lanjur bosnya memperingatkan.
"Beneran bos gue naik jabatan?" tanya gadis itu takpercaya, ini semua serasa seperti mimpi baginya. Impiannya sebagai desainer sedikit tercapai walau ia tidak di akui sebagai desainer tapi hanya sebagai asisten, namun itu cukup membuatnya senang.
"Iya gue serius Fany, masa ia gue bercanda." jawab bosnya. "Apa lagi yang kalian tunggu? sana kembali bekerja ! dan kau Fany, ruangan lu di lantai dua tepat di depan ruangan saya." lanjut bosnya.
"Siap bos." Fany memberi hormat dan berlari menaiki anak tangga sakin senangnya, sementara teman-temannya kembali bekerja seperti biasa.
Jam kerja telah usai, di mana semua karyawan di berbagai kantor pulang kerumah masing-masing bertemu keluarga mereka. Begitupun dengan Fany pulang kerumah suaminya.
Fany membersihkan tubuhnya dan istirahat sejenak. Ia melangkah menuju dapur untuk membuat makan malam untuk suami dan juga adiknya. Walau gadis itu sangat lelah berkerja dia juga tidak lupa kewajibannya sebagai seorang istri yang harus melayani semuanya walau suaminya tidak menganggapnya.
"Kak Daren pasti sangat sibuk ya? sampai-sampai pulangnya malam." Nathan membuka suara setelah mereka berkumpul di meja makan.
"Iya gue banyak kerjaan." jawab Daren dingin dan mengambil piring yang diberikan istrinya yang sudah berisi nasi dan lauk pauk.
"Kak Daren cinta banget ya sama kak Fany?" Nathan kembali melemparkan pertanyaan dan sesekali memperhatikan kakak iparnya makan.
"Nga." jawab Daren spontan tanpa memikirkan perkataannya dan malah sibuk memakan makannya.
Fany yang menyadari tatapan Nathan menendang kaki suaminya di bawah meja. "Nga salah maksudnya." pria itu meralat kata-katanya saat menyadari tatapan menyelidik adik iparnya.
"Kebiasaan nih, kak Daren suka bercanda, dia mah tergila-gila sama kakak." ucap Fany kepedean.
Daren menoleh kearah istrinya dan melemparkan tatapan tajamnya, tidak terima perkataan gadis itu yang menganggap dirinya mengejar-ngejar cintanya.
Fany membalas tatapan tajam suaminya tak kalah tajamnya. Ia seakan tidak takut dengan tatapan membunuh pria itu dan malah menantangnya.
"Di lihat dari tatapan kalian, dapat menunjukan bahwa kalian saling mencintai." perkataan Nathan sontak membuat sepasang manusia yang saling melempar tatapan tersadar.
"Gila kali nih anak." Daren mebantin dan menatap jengah Nathan. Bagaimana bisa ia begitu mudah menyimpulkan arti tatapan seseorang padahal sedari tadi ia dan istrinya beradu tatapan seolah ingin saling menerkam.
-
-
-
-
-
TBC
Terima kasih para Readers karena bersedia mengikuti cerita author.
jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara like, komen, dan votenya. Oh iya jangan lupa tambahkan sebagai cerita favorit para readers agar mendapatkan notifikasi setiap up.
Komentar dan Vote kalian adalah semangatku😊🥰😁🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
🍂Daun 🍁 Kering🍂
Monoton Kak bukan menontong 😁
2022-05-01
0
maemunah
dasar natan
2021-07-12
2
Mien Mey
s nathan kelamasn dvjepang taunya yg romtis" ga taunkl pasturi d depnya suknya gontok" kan..
2021-06-12
1