"Lihatlah baru datang saja sudah membuat ulah dengan membuka tirai apartemen, bagaimana jika paparazi mengambil kesempatan ini." kesal Daren melipat tangannya didada.
"Dia kan nga tahu Ren." jawab Elina santai.
"Entahlah, aku tidak tahu kenapa kamu begitu percaya pada wanita itu padahal kamu baru mengenalnya." ucap Daren pasrah dan menyandarkan tubuhnya ke sandaran sofa.
"Aku percaya dia wanita baik-baik Ren." jawab Elina mengambil sesuatu di dalam tasnya. Elina menyerahkan naska drama frish love pada Daren. "Aku berhasil mendapatkan peran untukmu tapi sebagai pemeran pendukung." lanjut Elina. Ya Elina berusaha mati-matian mendapatkan peran untuk Daren, walau itu sangat sulit membujuk Radit sang sutradara.
"Aku nga mau jika harus memerankan peran pendukung." Daren menolak naska drama tersebut, yang Daren inginkan adalah menjadi pemeran utama, namun kesalahannya yang terlambat menghadiri konferensi pers membuatkan kehilangan kesempatan itu.
"Daren!" ucap Elina penuh penekanan.
Daren menghela nafas kasar dan mengambil naskah yang di berikan Elina padanya. Rahang Daren mengeras melihat selembar kertas yang tidak sengaja ikut di dalam naska tersebut.
Elina yang menyadari kecerobohanya berusaha menyembunyikan kertas tersebut, namun Daren dengan sigap mengambil kertas itu. "Surat cerai? kau di ceraikan oleh Aby!" ucap Daren bangkit dari duduknya dan berkacak pingang di hadapan Elina.
Elina merebut berkas ditangan Daren. "Itu bukan urusanmu!" Elina kembali mamasukkan surat cerainya dan ikut bediri berhadapan dengan Daren.
"Elina bisa tidak kamu tidak di butakan oleh cinta! tanda tangani saja surat cerai tersebut agar Aby tidak lagi menyiksamu!" geram Daren menatap tajam Elina.
"Aku mencintainya Daren." jawab Elina.
"Bisa tidak sekali saja kau mengangapku sebagai seorang pria. Sekali saja berikan aku kesempatan untuk membahagiakanmu, Aku mencitaimu Elina!" Daren menguncang tubuh Elina.
Elina menghempaskan tangan Daren pada tubuhnya. "Sadarlah, kau sebentar lagi akan menikah dengan Fany, Daren!" bentak Elina merasa geram pada Daren yang tidak menghargai keputusannya dan juga perasaan Fany sebagai calon istrinya.
"Aku tidak mencitainya, Aku hanya mencitaimu, jika kau mau, malam ini juga aku akan mengumumkan kebohongan ini dan mengakui bahwa aku mencintaimu. Dan tidak perlu aku masuk kedalam pernikahan yang tidak masuk akal ini!" nada bicara Daran naik satu oktaf.
"Tidak, itu akan menghancurkan karirmu!" tolak Elina.
"Aku tidak peduli semua itu!" ucap Daren menarik tangan Elina agar mau mengikuti keinginannya.
"Cukup Daren!!!" bentak Elina yang sudah tidak sanggup lagi menahan emosi jika menghadapi sikap kekanak-kanakan Daren. "Aku tidak mencitaimu, kita tidak punya hubungan apa-apa selain bisnis. Aku bisa sejauh ini dan baik padamu karena kau dapat menghasilkan uang untukku. Apa kau tahu, aku hanya menganggapmu mesin pencetak uang tidak lebih!!" lepas sudah kata-kata menyakitkan dari mulut Elina. Elina sengaja berkata seperti itu pada Daren, agar Daren tidak berharap lebih padanya. Elina tidak ingin Daren terus mencitainya dan tidak mampu membuka hatinya untuk wanita lain.
Amarah Daren semakin memuncak mendegar perkataan Elina yang begitu menyakitkan. Daren tidak menyangka Elina akan mengatakan itu padanya. Daren menatap Elina dengan tatapan tajamnya. "Mesin uang kau bilang!" Daren mengambil naskah drama di atas meja dan merobeknya di hadapan Elina. Daren melemparkan naskah drama tersebut kehadapan Elina. "Kali ini mesing uangmu tidak bisa menghasilkan uang!" Daren melemparkan senyumnya yang begitu menakutkan dan melangkahkan kaki lebarnya menuju pintu utama.
Brak!!!
Daren menutup pintu apartemen begitu keras membuat Fany yang bersembunyi di balik pintu tersentak kaget.
Elina yang melihat kepergian Daren mengusap wajahnya dengan kasar, dan mendaratkan tubuhnya di sofa. Elina mengambil nafas panjang dan menghembuskannya. Elina yang menyadari kehadiran Fany dan pastinya mendegar pertengkarannya segera memanggilnya. "Fany kemarilah!" perintah Elina.
Fany mendekati Elina dengan menundukkan kepalanya, Fany tidak menyangka wanita yang terlihat lembut seperti Elina bisa membentak Daren. "Ma...maf kak, aku selalu ada di waktu yang tidak tepat." lirih Fany merasa tidak enak karena ini kedua kalinya Fany mendegar pertengkaran Daren dan Elina yang bersifat pribadi.
"Tidak apa-apa ini bukan salahmu." ucap Elina dengan suara lembutnya tidak seperti tadi saat membentak Daren.
"......" Fany mengangukkan kepalanya dan memandangi pintu keluar dengan tatapan cemas.
Elina yang mengerti arti tatapan Fany mengelus lengan Fany. "Kau tidak perlu khawatir dengannya, dia akan pulang sebelum jam 8 pagi." ucap Elina menyambar tasnya. "Aku pulang dulu ya." lanjut Elina.
"Hati-hati kak." Fany mengantar Elina sampai di depan pintu.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Daren melajukan mobilnya tanpa mengenal rem membelai jalan raya menuju tempat yang sepi di sebuah dermaga di bawah jembatan yang begitu besar. Daren memukul-mukul setir mobilnya. Daren kembali mengingat kenangan indah bersama Elina, dimana Elina selalu menemaninya suka maupun duka, mendukung setiap keputusannya, selalu mensupport nya hingga ia bisa sesukses sekarang.
Amarah Daren kembali tersulut mengingat kata-kata Elina yang begitu menyakitkan baginya. "Hah dia hanya mengagapku sebagai mesin penghasil uang." Daren senyum sinis turun dari mobilnya dan tidak lupa mengambil gaun yang di ambilnya di butik Renata tadi siang. Daren berlari sekencang mungkin menuju jembatan yang sangat tinggi.
"AAAAAAAAHHHHHHHHHH!!!!!!"
Teriak Daren mengelurkan seluruh kekalutan hatinya dengan beteriak sekencang-kencangnya. Daren meleparkan gaun yang telah di pesannya dua tahun lalu kebawa jembatan. Gaun itu hanyut dan tenggelam di dalam lautan yang begitu dalam. "Aku berharap hatiku juga tenggelam dan tidak berharap cinta Elina lagi, seperti gaun itu tenggelam." lirih Daren.
.
.
.
.
.
Seperti tebakan Elina, Daren pulang ke apartemenya sebelum jam delapan pagi. Daren begitu emosi mendapati apartemen telah rapi, namun bukan itu yang membuatnya marah, Ia marah karena membayangkan Fany berani menyentuh barang-barangya.
"Fany!!!" terika Daren.
Fany yang sedang membereskan kamarnya mendegus kesal mendegar teriakan Daren di pagi hari. "Hei apa lu tidak capek berteriak terus hah!" Fany menghampiri Daren yang berkacak pinggang di ruang tamu memperhatikan lemari kaca di belakang sofa, di mana semua mainan robotnya berjejer rapi.
"Siapa yang menyuruhmu membersihkan semua ini hah!" Daren menatap tajam Fany.
"Tidak ada yang nyuruh gue, gue hanya tidak suka tinggal di apartemen yang seperti pembuangan sampah saja. Gue tidak seperti lu yang bisa hidup tenang walau di kelilinggi sampah!" jawab Fany tak kalah sengitnya.
Tubuh Daren bergetar sakin kesalnya dengan Fany. "Gue akan memberimu pelajaran tapi tidak untuk sekarang. Sekarang gue ngantuk ingin tidur." ucap Daren dan berlalu pergi masuk kedalam kamarnya.
Brak!!!
Fany hanya bisa ngelus dada melihat Daren membanting pintu kamarnya dengan keras. "Entah berapa lama semua pintu di apartemen ini akan bertahan." gumam Fany.
-
-
-
-
-
TBC
Terima kasih para Reader karena bersedia mengikuti cerita auhtor.
jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara like, komen, dan votnya. Oh iya jangan lupa tambahkan sebagai cerita favorit para leader agar mendapatkan notifikasi setiap up.
Salam manis dari author potato😊🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
maemunah
tiap hari ganti pintu fany
2021-07-12
2
Mien Mey
aku suka krakter fany brni ' nglwaan' pertankn thor..biat s daren yg bucin duluan..
2021-06-12
5
Tika Puspita
lanjut thor ceritanya bagus...👍👍
2021-04-23
1