"Kebanyakan nonton drama lu ya." ledek Deon.
"Memang kenyataannya seperti itu, gue kan aktor ternama, semua orang mengincar informasi gue." ucap Daren pede.
"Ya, lu benar." Deon mengiyakan saja apa yang di katakan Daren karena tahu dia tidak akan menang jika berdebat degan Daren.
Tatapan Daren tertuju pada salah satu pelayan yang baru saja keluar dari kamar yang akan di tempati Fany. "Kau mau bawa kemana semua itu hah?" tanya Daren memperhatikan kardus besar berisi barang-barang tidak berguna.
"Mau saya buang pak" ucap pelayan takut-takut.
Daren menyeringai, terbesit ide gila di kepalanya melihat barang-barang tidak berguna tersebut. "Bawa barang-barang itu kembali masuk kedalam kamar, dan biarkan kamar itu berantakan!" titah Daren tak tebantahkan.
"Baik pak" ucap pelayang segera melaksanakan perintah Daren.
Deon hanya geleng-geleng kepala melihat sikap kekanak-kanakan Daren yang tidak sesuai umurnya yang berusia 25 tahun. Deon jadi membayangkan jika Daren menikah dengan Fany yang umurnya 20 tahun, apa jadinya rumah tangga mereka.
Daren bangkit dari duduknya setelah menerima telfon dari Renata yang menyuruhnya segera kebutik sekarang. Daren mengambil kunci mobil dan juga tidak lupa kacamatanya dan bergegas menemui Renata.
"Kak Daren mau kemana?" tanya Deon.
"Gue ada urusan sebentar, selesaikan pekerjaanmu secepatnya!" titah Daren sebelum menghilang di balik pintu.
Daren sampai di butik setelah menempuh perjalan kurang lebih 20 menit. Daren melangkahkan kakinya masuk kedalam butik dan menemui Renata. "Ada apa kau menyuruhku datang?" tanya Daren dengan wajah datarnya.
"Gue ingin kau melihat Fany memakai gaun sebelum pernikahan kalian." ucap Renata mengembangkan senyumnya.
"Fany? gaun?" ulang Daren.
"Lihatlah calon istrimu sudah datang, dia sangat cantik bukan memakai gaun tersebut ?" tunjuk Renata pada Fany yang berjalan kearah mereka memakai gaun pengantin yang di pesan Daren dua tahun lalu untuk Elina.
Daren menatap lurus Fany, yang terbayang di kepala Daren saat ini adalah Elina yang memakai gaun tersebut, dan berjalan mendekatinya dengan senyuman yang begitu indah. Namun setelah tersadar dari bayangan Elina dan di dapati Fany yang memakain gaun tersebut. Rahang Daren mengeras di seratai dengan tatapan yang tajam tertuju pada Fany.
"Siap yang menyuruhmu menyetuh dan memakai gaun itu hah !!!" bentak Daren dengan kilatan amarah. Daren melangkahkan kakinya hendak memukul Fany namun segera di cegah oleh Renata.
"Kenapa kau bersikap seperti ini Daren? bukankah gaun ini kau pesan khusus untuknya dua tahun yang lalu?" ucap Renata mencegah Daren untuk melakukan kekerasan pada wanita yang kini tertunduk ketakutan melihat amarah Daren. Renata tidak habis fikir, mengapa Daren bisa semarah itu.
"Gue bilang lepas gaun itu, gaun itu tidak pantas untuk wanita sepertimu !!" bentak Daren. Daren tidak suka jika gaun yang di pesan khusus Elina harus di pakai oleh wanita yang tidak Ia cintai sama sekali, bahkan kenal pun tidak.
Fany tersentak kaget mendegar bentakan Daren, Fany buru-buru masuk keruang ganti baju dan segera menganti gaun tersebut dengan bajunya. Fany terduduk lemas mengingat bagaimana tatapan Daren padanya, Fany tidak bisa membayangkan akan berumah tangga dengan pria yang tidak bisa mengontrol emosinya sama sekali.
"Apa aku sanggup menjalani pernikahan ini yang tidak di dasari cinta sama sekali?" lirih Fany.
Perasaan Fany sudah tidak enak sejak tadi saat mendapatkan telfon dari Renata, dan menyuruhnya datang kebutik. Renata memaksa nya untuk memakai gaun yang katanya sudah di siapakan untuknya sejak dua tahun yang lalu. Fany yang mendengar penjelasan Renata menolak untuk memakai gaun tersebut, karena ia tahu gaun itu pasti khusus di pesan Daren untuk wanita yang di cintaianya. Tapi karena Renata memaksanya Fany terpaksa memakai gaun tersebut, dan beginilah jadinya. Fany mendapatkan bentakan dan makian dari Daren.
"Apa lu tidur di dalam sana!" teriak Daren yang sedari tadi menunggu Fany keluar dari ruang ganti baju. Daren ingin mengambil gaun tersebut dan membawanya pergi.
Fany membuka pintu membawa gaun yang di pakainya tadi. "Nga usah teriak-teriak kenapa? gue nga tuli kok!" kesal Fany.
Tanpa menyahuti perkataan Fany, Daren mengambil gaun yang di pengan Fany dan membawanya masuk kedalam mobilnya. Daren melajuka mobilnya meninggalkan butik tersebut.
Fany yang melihat mobil Daren melaju meninggalkan butik, menghela nafas panjang. Fany kembali menemui Renata dan pamit pulang. "Kak saya pulang ya, sampai jumpa lain waktu." pamit Fany dengan senyuman.
"Fany, maafkan sikap Daren ya, Daren memang seperti itu orangnya, sulit mengendalikan emosi tapi Dia orangnya baik kok." ucap Renata memegang lengan Fany saat melihat keraguan di mata Fany. "Hati-hati ya." lanjut Renata.
"Iya kak." ucap Fany dan berlalu pergi meninggalkan butik Renata.
.
.
.
.
.
.
Malam harinya seperti apa yang di katakan Elina, Fany pindah kerumah Daren. Fany hanya membawa satu tas traveling dan boneka beruang sebesar dirinya. Fany mengetikkan kode yang di berikan Elina padanya untuk membuka pintu apartemen Daren. Fany melangkahkan kakinya masuk kedalam apartemen Daren setelah pintu berhasil terbuka. Fany meraba dinding dekat pintu mencari saklar untuk menyalakan lampu karena apartemen Daren gelap gulita.
Bukannya lampu yang menyala, tapi tirai dekat dinding kaca selebar ruangan tersebut yang terbuka, menampilkan gedung-gedung tinggi di seberang sana. Namun itu mampu menerangi ruangan Daren karena cahaya dari gedung lain. Fany menelan salivanya dengan kasar melihat bayangan apartemen Daren.
"Hah, wajah dan penampilannya saja yang rapi, ternyata dia tinggal di pembuangan sampah berkedok apartemen." ucap Fany memperhatikan apartemen Daren seperti rumah yang sudah di terpa badai.
Lampu apartemen Daren menyala berbarengan dengan suara bariton yang lagi-lagi mengomelinya. "Siapa yang menyuruhmu membuka jendela hah!" bentak Daren. "Apa jangan-jangan lu benar paparazi yang sedang menyamar." tuduh Daren.
"Gue bukan paparazi ya, jangan asal nuduh lu" balas Fany yang tidak suka jika di tuduh sembarangan.
"Fany nga usah dengerin Daren ya, sekarang kamu bawa kopermu ke kamar, kamarnya di sana dekat kamar Daren." ucap Elina menunjuk kamar di sebelah kamar Daren.
"Iya kak." Fany melangkahkan kakinya membawa kopernya menaiki anak tangga yang tidak terlalu tinggi, mungkin jika di hitung kurang lebih sepuluh anak tangga, disana lah kamar Daren dan Fany berada. Fany sekali lagi menelan salivanya dengan kasar, melihat isi kamar yang akan di tempatinya begitu berantakan. Meja rias dan kursi tidak pada tempatnya, tempat tidur dan bed covernya tidak beraturan, belum lagi benda-benda yang lainnya.
Fany meletakkan kopernya di depan lemari yang terbuka lebar menampilkan isinya yang berantakan, dan meletakkan boneka beruangnya di atas ranjang. Fany melangkahkan kakinya keluar kamar namun segera di urungkan saat mendegar pertengkaran sepasang manusia di ruang tamu.
-
-
-
-
-
-
TBC
jangan lupa dukung Author dengan memberikan like, komen, dan vote nya. jangan lupa juga tambahkan sebagai cerita favorit kalian agar mendapat notifikasi setiap up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Anonymous
Visual nya siapa thor?
2022-01-21
0
maemunah
emosian banget Daren thor
2021-07-12
2
Aulia Nia
daren ga ada terimaksh nya bngt sih sama fany. pengin gue gedig
2021-06-28
1