"Sekitar dua minggu katanya." jawab Fany.
"Gue nga mau tau ya, besok pagi adik lu sudah harus pergi dari rumah gue !" ucapnya tak terbantahkan dan bersedekap di depan Fany.
"Gue harus ngapain, tidak mungkin gue ngusir Nathan." jawab Fany. Dia tidak tega jika harus mengusir adiknya, yang tidak tahu harus tinggal dimana.
"Lu suruh aja tinggal di rumah yang baru lu beli." Daren memberi usul.
"Rumah itu tidak layak pakai untuk sekarang." jawab Fany. Mana mungkin gadis itu menyuruh adiknya tinggal di rumah tua itu, yang telah kosong tanpa perabot rumah apapun di dalamnya.
"Yaudah suruh aja Nathan ke hotel apa susahnya." Daren tetap pada pendirianya.
Mata Fany berbinar mendegar ide suaminya, Dia mengembangkan senyumnya membuat pria itu merinding. "Lu yang bayarin?" tanya Fany.
"Ya kali gue yang bayarin, dia adik lu tentu saja lu yang bayarin." ujar Daren acuh.
"Lu gila ya, nginep di hotel nga murah !" kesal Fany mendengar jawaban Daren. Gadis itu mencebik. "Lu mau nambah beban gue? utang di elu aja belum lunas. Masih mending kalau hanya satu malam, lah ini gue nga tau sampai kapan dia ada disini." keluhnya, Dia tidak bisa membayangkan bagaimana dirinya harus membayar hotel jika adiknya tinggal lama di Indonesia.
"Gue nga mau tahu, besok adik lu harus pergi dari rumah ini !" geram Daren dan melangkah kaluar dari kamarnya.
Fany merentangkan tangannya di hadapan Daren, mencegah agar pria itu tidak pergi. "Kak Daren gue mohon biarkan adik gue tinggal di sini untuk sementara hingga rumah gue siap dihuni." ucapnya menyatukan kedua tangannya memelas berharap suaminya mengizinkan adiknya tinggal di apartemen, setidaknya sampai rumahnya siap di huni.
Daren menyeringai melihat Fany tak berdaya, gadis yang biasanya melawannya kini sedang memelas di hadapanya. "Lebih lembut lagi !" pintanya berkacang pinggang.
"Nih orang di kasi hati minta jantung ya!" Fany membantin kesal melihat sikap pria di hadapannya
Fany menarik kaki baju suaminya dan mengerjap-ngerjapkan matanya. Gadis itu berkata selembut mungkin berharap pria keras kepala itu menuruti keinginannya. "Kak Daren, boleh ya Nathan tinggal disini." ujarnya manja memperlihatkan senyumnya.
"Gila rasanya gue ingin muntah melihat sikap gue sendiri." Fany membatin dan mengalihkan wajahnya ke arah lain dan tersenyum kecut.
"Baiklah." ujar Daren senyum kemenangan. "Tapi ada syaratnya." lanjutnya. Dia belum puas mengerjai istrinya, dan ini adalah saat yang tepat untuknya membalas perlakuan gadis muda yang seenaknya.
"Apa lagi !" kesal Fany, andai saja Dia tidak menginginkan sesuatu dari suaminya, mungkin saat ini Ia sudah memakinya habis-habisan.
"Lu berani bayar berapa jika Nathan gue inzinkan tinggal di rumah ini ?" tantang Daren, Dia sangat tahu bahwa istrinya adalah gadis perhitungan, dan dengan membicarakan harga, tentu saja gadis itu akan keberatan.
"400 ribu satu bulan." ujar Fany mantap.
"Satu juta." Daren mulai bernegosiasi.
"500"
"900." Daren menurunkan harga tanpa Sadar.
Fany senyum penuh arti melihat Daren yang sedang sibuk dengan ponselnya. "800." teriaknya di telingan Daren.
"Nggak ! 600." Daren reflek menjawab.
"Ok deal 600." Fany senyum kemenangan dan buru-buru menyalami Daren tanda persetujuan dan berlari keluar dari kamar suaminya dengan penuh senyum kemenangan.
"600 ?" ulang Daren setelah Fany pergi. "Gue kan nga kekurangan uang 600 ribu ?" lanjutnya mengaruk kepalanya yang tidak gatal. "Ah sial, gue di kerjai lagi." Pria itu mengerutu menyadari kebodohannya, bisa-bisanya dia di kibulin oleh bocah 20 tahun.
Fany menemui Nahan di kamar Tamu. Dia memperhatikan Nathan yang sedang memberesakan pakaiannya. Dia mengetuk pintu walau pintu terbuka. "Boleh gue masuk?" tanyanya memperlihatkan senyumnya pada Nathan.
Nathan yang sedang asik mengemas pakaiannya segera menoleh, mendengar suara Fany. Pria itu bangun dari duduknya dan melemparkan senyumannya pada gadis yang di rindukannya. Dia terlihat sangat tampan saat tersenyum dengan lesung pipinya.
"Silahkan kak." Nathan menghampiri Fany dan menariknya masuk ke dalam kamar. Dia ikut duduk di pingir ranjang di mana kakaknya duduk.
"Ada apa kak ?" tanya Nathan.
"Gimana lu suka nga indonesia ?" ujar Fany berbasa basi.
"Iya kak, aku sangat suka Indonesia, di sini banyak tempat wisata." Nathan sangat bersemangat saat membahas Indonesia, sudah lama ia ingin ke Indonesia namun ibu dan ayah angkatnya tidak pernah mengizinkannya.
"Lu sudah lama di Indonesia ?" Fany penasaran.
"Lumayan kak, sekitar setengah bulan kayaknya, aku sengaja pulang ke indo untuk mencari kak Fany." jawab Nathan.
"Oh," sahut Fany menganguk-anggukan kepalanya. "Trus lu tau gue disini dari siapa?"
"Nga susah untuk mencari rumah kak Daren, kak Fany kan tahu kak Daren orang terkenal."
"Kok lu tahu gue istrinya Daren?"
"Kak Fany sehat kan?" Nathan menyentuh kening Fany, dia merasa aneh dengan pertanyaan kakaknya. "Jelaslah aku tahu, orang kak Daren nya terkenal." ucapnya memperlihatkan senyumnya.
"Bodoh, ngapain gue bertanya hal konyol." Fany memukul-mukul mulutnya merasa bodoh dengan pertanyaannya sendiri.
Fany cengegesan. "Gue lupa."
"Lu rencananya berapa lama di indo ?" Lanjutnya.
"Rencananya sih cuma dua bulan kak, tapi sepertinya sekarang aku ingin tinggal lebih lama di dekat kak Fany." jawab Nathan. Kali ini dia tidak ingin lagi jauh dari kakaknya sudah cukup baginya di pisahkan dengan kakaknya selama bertahun-tahun.
"Mati gue, gimana caranya gue cari uang untuk membayar sewa pada Daren, belum lagi cicilan rumah." Fany membantin.
Nathan mengibas-ngibaskan tangannya saat melihat Fany melamun. "Kak Fany nga suka aku tinggal di rumah kakak ?" tanyanya. Pria itu bertanya demikian karena takut kakaknya membencinya karena kejadian yang lalu.
"Gue suka kok lu tinggal sama Gue. Tapi ibu......" ada sedikit keraguan saat Fany akan membahas ibunya, ibu yang begitu tega meninggalkannya seorang diri di kota sebesar ini.
"Ibu meninggal 3 bulan yang lalu." ujar Nathan yang mengerti keraguan Fany.
"Meninggal ?" ulang Fany tak percaya.
"Iya kak, ibu meninggal karena pesawat yang di naikinya jatuh saat perjalanan bisnis." jelas Nathan.
Fany begitu terpukul mendapati kenyataan, walaupun gadis itu membenci ibunya, tapi ia masih berharap suatu saat nanti Ia bisa bertemu dengan ibunya. Namun kini harapannya sirna setelah mengetahui kenyataan Pahit. Tak terasa air matanya jatuh membasahi pipinya.
Nathan menghapus air mata kakaknya. Dia sangat mengerti bagaimana perasaan Fany saat ini, sudah bertahun-tahun kakaknya tidak bertemu dengan ibunya, dan sekarang Ia mendengar kabar duka tentangnya. Pria itu bangkit dari duduknya, melangkah mendekati kopernya dan mengeluarkan beberapa amplop. Dia memberikan amplop itu pada gadis di hadapannya.
"Aku mendapatkan ini di kamar ibu, sepertinya ini untuk kak Fany." ujar Nathan.
Fany mengambil amplop tersebut dan mencoba tersenyum pada adiknya, ia tidak ingin seseorang mengetahui sakit hatinya dan kesedihannya, cukup dia sendiri yang merasakannya. "Tidurlah sudah malam." ucapnya dan berlalu keluar dari kamar Nathan.
-
-
-
-
-
TBC
Terima kasih para Reader karena bersedia mengikuti cerita author.
jangan lupa meninggalkan jejak dengan cara like, komen, dan votenya. Oh iya jangan lupa tambahkan sebagai cerita favorit para readers tercinta agar mendapatkan notifikasi setiap up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Yani
mungkin fani itu bukan anak kandungnya sehingga ia ditinggalkan
2022-02-02
0
Parwati amiin Parwati
lanjut thor semangat
2022-01-04
0
Mega Risma
lanjut" Thor ❤️
2021-04-02
2