"Gue akan nikah sama lo, dengan satu syarat!" ucap Fany menatap Daren.
"Katakanlah!" ucap Daren acuh.
"Lo kasi gue uang seratus juta!" ucap Fany.
"Hanya itu?" tanya Daren. "Memangnya mau lo apain itu uang?" tanya Daren menyelidik.
"Gue mau beli rumah itu!" Fany menunjuk rumah tua di seberang jalan. "Tapi kau tenang saja, gue akan bayar uang lu walaupun itu di cicil." ucap Fany.
"Baiklah." Daren melepas sabuk pengamannya dan masuk kedalam rumah tua, meninggalkan Fany sendirian di dalam mobilnya.
"Hei lu mau kemana!" teriak Fany.
Daren tidak mendengarkan Fany dan terus melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah tua tersebut. Daren kembali ke mobilnya membawa sebuah amplop coklat di tangannya setelah meninggalkan Fany selama 15 menit. Daren memberikan amplop coklat tersebut pada Fany.
Fany membuka amplop coklat tersebut dan membulatkan matanya mendapati sertifikat rumah yang selama ini Ia inginkan. "Bagaimana lu bisa mendapatkannya dengan mudah?" tanya Fany tak percaya dengan apa yang dia pegang saat ini.
"Memangnya apa yang tidak bisa gue lakukan." Daren menyombongkan diri. "Gue membayar wanita tua itu seratus dua puluh juta agar dia bisa memberikan sertifikatnya hari ini juga. Dan gue juga berfoto dengannya, Dia bilang ingin mempostingnya di sosial media, ternyata wanita tua itu eksis juga." ucap Daren panjang lebar dan tidak memperhatikan raut wajah kesal Fany.
"Lu bayar Dia seratus dua puluh juta? apa lu sudah gila hah!" bentak Fany. "Lo itu oon atau bodah sih, kalau gue yang masuk gue hanya membayar seratus juta!" lanjut Fany karena sangat kesal pada Daren, seratus juta saja belum tentu ia bisa melunasinya dan sekarang Daren menambah bebannya dengan menambahkan dua puluh juta.
"Lu nga usah khawatir, lu hanya perlu membayar seratus juta tanpa bunga, karena lu mau membantu gue, angap saja itu rasa terimakasih gue. Oh ia wanita tua tadi menitipkan pesan padamu, dia mengatakan lu itu sangat beruntung bisa menikah dengan gue" ucap Daren senyum penuh kemenangan.
"Lu gila ya!" bentak Fany lagi."Ngapain lu pakai ngomong segala pada nyonya itu bahwa kita akan menikah!" lanjut Fany.
"Karena wanita tua itu ingin memposting foto gue, jadi sekalian saja gue ngomong bahwa gue calon suami lu. Biar semua orang percaya bahwa gue cinta sama lu karena beranggapan gue membelikan lu rumah sebelum kita menikah." jelas Daren yang tidak ingin di rugikan dalam hal ini.
"Wah-wah ternyata selain narsis lu juga licik ya", Fany bertepuk tangan.
"Sudah-sudah sekarang saatnya kita membahas tentang pernikahan pura-pura kita!" ucap Daren.
"Lu benar!" Fany membenarkan perkataan Daren. "Gua ingin pernikahan kita di jalani hanya setahun saja, dan tentang uang itu gue akan ngelunasin tanpa bunga sesuai perkataan lu tadi, dan hanya membayar seratus juta saja." ucap Fany yang tidak mau rugi. "Lu nga boleh ngatur-ngatur gue apa lagi mengurusi urusan pribadi gue." lanjut Fany.
"Bagus, lu sudah mewakili gue tentang itu." ucap Daren yang juga ingin mengatakan hal yang sama pada Fany.
"Ada syarat satu lagi." ucap Daren dan Fany serempak.
"Lo nga boleh jatuh cinta sama gue!" ucap Daren dan Fany lagi-lagi serentak.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Nara yang sangat kesal setelah mengetahui hubungan Fany dan juga Daren tidak fokus bekerja. Nara memutuskan keluar dari butik untuk mencari udara segar. Nara tersentak saat seseorang menarik tangannya dan mengajaknya ke tempat yang sunyi.
"Ka...kamu....."
"Ya saya." potong Andra ya pria itu adalah Andra.
"Ngapain lu narik-narik gue?" ucap Nara sinis.
"Gue tau lu suka sama Daren, dan sekarang lu kesal karena ternyata Daren jadian dengan Fany teman kerja lu. Gue datang kesini untuk membantu lu dapatkan Daren." ucap Andra menawarkan kerja sama pada Nara.
"Apa maksud lu?" tanya Nara yang tidak tahu apa yang sedang Andra bahas.
Andra memberikan amplop yang berisikan uang pada Nara. "Lu pasti tahu maksud gue." Andra menyeringai.
"Gue nga mau nerima uang lu, dan gue nga mau bekerja sama dengan lu." tolak Nara yang tidak ingin berbuat jahat.
Andra kembali memberikan amplop tersebut dan melipat tangan Nara agar mengengam amplop tersebut. "Lu hanya perlu melaporkan kegiatan Fany selama ini, dan juga latar belakang Fany pada gue." jelas Andra.
"Ta...tapi...."
"Terima saja, gue tahu lu sangat mencintai Daren." ucap Andra dan berlalu pergi meninggalkan Nara seorang diri dalam lamunanya.
"Apa salah jika gue melakukan ini? tapi gue mencintai Daren, dan tidak ada salahnya jika gue memberikan informasi pada paparazi tersebut. karena gua nga menyakitin Fany sama sekali." Nara menyeringai dan memasukkan amplop tersebut ke dalam saku celananya dan kembali masuk kedalam butik untuk bekerja.
.
.
.
.
.
Malam harinya Elina menyuruh Fany dan Daren datang ke apartemennya untuk membahas soal kontrak pernikahan mereka. Elina mendapatkan informasi tersebut tentu saja dari Deon yang bisa mendapatkan informasi di mana saja bahkan saat orang lain tidak bisa mendapatkannya.
Dan disinilah Fany berada di ruang keluarga bersama dengan Elina yang duduk di sofa tunggal, Deon berdiri di belakangnya. Sementara Fany dan Daren duduk berhadapan dengan tatapan yang sulit di artikan.
Elina membuka suara. "Setelah kalian menikah, kalian akan tinggal bersama." ucap Elina membuat Daren dan Fany tersentak. Padahal Daren dan Fany sudah merencanakan sesuatu, setelah mereka menikah, Fany akan keluar kota dengan alasan pekerjaan agar tidak tinggal serumah dengan Daren. Dan tentu saja Daren yang membiayai semua keperluan Fany.
"Tidak!!" ucap Fany dan Daren berbarengan.
"Kenapa tidak?" tanya Elina mematap Daren.
"Gue nga suka jika harus serumah dengan orang asing, lebih baik kita batalkan saja pernikahan ini" tolak Daren. Daren benar-benar tidak bisa membayangkan jika tinggal serumah dengan Fany, belum lagi jika membayangkan seseorang menyentuh barang-barangnya.
"Oke, dengan senang hati gue membatalkan pernikahan ini, dan tentang uang yang gue pinjam gua akan tetap membayarnya. Gua sudah membuat surat perjanjian, lu tinggal menandatanganinya." Fany berdiri dan melemparkan surat perjanjian hutang diatas meja.
Elina bangkit dari duduknya dan mendekati Fany. Elina membawa kontrak pernikahan yang telah ia buat atas permintaan Fany dan Daren sendiri. "Fany kau tidak usah mendengarkan Daren, tandatangani saja berkasnya, kau bisa keluar masuk di rumah Daren sesukamu dan tidak perlu mendengarkan ocehan Daren, Dia seperti itu karena tidak terbiasa hidup dengan orang lain." Elina membujuk Fany.
Fany menatap Daren yang tengah kesal dan memperlihatkan senyum mengejeknya karena berhasil memojokkan Daren, Fany sudah tahu kelemahan Daren yaitu Elina. Daren tidak akan melawan jika Elina sudah bicara. Fany menandatangani kontrak pernikahannya.
"Hei.........
-
-
-
-
-
-
TBC
Jangan lupa dukung Author dengan memberikan like, komen, dan vote nya. jangan lupa juga tambahkan sebagai cerita favorit kalian agar mendapat notifikasi setiap up.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 103 Episodes
Comments
Parwati amiin Parwati
ni caritanya seru lo, tapi kenapa jarang yang ngelaik sii
2022-01-04
0
Mien Mey
fany sm deren ga nydar mrka pnya musuh dlm selimut
2021-06-12
2
Putry Smty
Lnjut thor
2021-05-12
1