19. Memilih Pergi

Rumah dalam keadaan sepi, mbak Nana, seperti biasa, selalu berada di belakang, Alfian memang tidak membolehkan mbak Nana terlalu berkeliaran di sekitar rumah jika pekerjaan-nya sudah selesai.

" Sa, Bu Dewi mana ? Belum pulang sekolah ? "

Saka yang duduk bermalas malasan sembari mendengarkan musik di kursi yang ada di balkon, menatap ke arah Dinda yang berdiri di depan pintu.

" Ibuk ke Bali, pagi tadi berangkat "

" Oh "

" Din, bisa kita bicara ? "

Cegah Saka ketika melihat Dinda membalikkan badannya untuk menuju ke kamarnya sendiri.

Dinda mengangguk, memilih duduk di kursi tepat berada di depan Saka.

" Kamu masih membenci diriku, Din ? " Saka menatap lekat lekat wajah Dinda yang sedikit pucat.

Dinda menggeleng, menatap ke arah pintu pagar masuk, mengawasi apakah Alfian sudah pulang atau belum.

" Dinda ingin membencimu, Sa, tapi Dinda tidak bisa "

Saka tersenyum.

" Kamu belum berubah, Din "

Dinda kembali menatap wajah Saka, mengamati apa apa saja yang sudah berubah pada Saka, karena selama tinggal bersama, Dinda lebih banyak menunduk.

Saka hanya terlihat semakin dewasa.

" Kamu yang sekarang pasti membenci Dinda ya, Sa, maafin Dinda, Sa ! Dinda gak tahu kalau Bu Dewi, mama-mu "

Saka memilih diam, menunggu kata kata selanjutnya yang akan keluar dari mulut Dinda.

" Kehadiran Dinda di rumah ini, pasti sudah membuat kamu gak nyaman, dan ...."

" Dan ...." Saka mengulangi ucapan Dinda yang belum bersambung, terlihat ada keraguan di wajah Dinda.

" Tidak ada gunanya lagi Dinda di sini, Sa, jika kamu dan buk Dewi akhirnya terganggu dengan kehadiran Dinda, biarlah Dinda yang pergi, Dinda..."

" Din " Saka menggeleng.

" Kamu gak salah, aku yang sudah membuat kamu mengambil jalan pintas, kamu tidak bisa mundur Din, kamu dan Papa pasti sama sama terluka jika kamu pergi "

Dinda mengusap sudut matanya yang tiba tiba basah.

" Jika kamu memutuskan pergi dari kehidupan Papa, bagaimana dengan Bapak dan ibumu ? Ketika kamu menikah dengan Papa saja, mereka sudah cukup malu, apalagi jika sampai ...."

Saka menggeleng gelengkan kepalanya.

" Kamu tahu dari mana ? "

" Nonik " Saka berucap pelan.

Dinda terkejut, tetapi hanya sesaat.

" Aku tidak sengaja bertemu dengannya kemarin, dia menceritakan gosip tentang dirimu yang menyebar, tetapi dia tidak tahu jika pria yang menjadi suamimu adalah Papaku "

Dinda tersenyum masam.

" Maaf Din, aku tidak bermaksud mengusir-mu, maaf, maaf "

" Aku tahu, aku akan pergi dari sini "

Dinda berdiri dari kursinya, ia tidak bisa lagi menahan tangisnya.

Dinda merasa bodoh sekali.

Inilah akibatnya karena mempunyai niat yang tidak baik, diawal pernikahan, ikatan suci pernikahan bukan sarana ajang balas dendam.

" Din, kamu salah faham, dengarkan aku dulu ! "

Saka mencekal lengan Dinda.

" Tinggal-lah di tempat yang lain, maksudku, Eh...."

Saka terlibat bingung mencari kata kata yang pas agar Dinda tidak tersinggung.

" Papa cukup punya uang untuk memberikanmu tempat tinggal yang lain, agar aku bisa melupakan dirimu dari hatiku dan bisa menganggap mu, sebagai istri dari Papa, dan Mama, wanita mana yang tidak akan terluka melihat suaminya memasuki pintu kamar perempuan yang bukan dirinya, maaf Din, aku juga merasa sakit tiap kali melihat Papa masuk ke kamarmu "

Saka bisa melihat jika mobil yang biasa dikendarai Papanya mulai mendekati pintu depan.

Dinda juga dapat melihatnya.

" Baiklah, Sa ! Dinda akan pergi "

" Din, maaf ! "

Saka tidak tega melihat Dinda yang terluka, ia bisa melihat lewat mata Dinda yang terus mengeluarkan air mata.

...*****...

Dinda mengunci pintu kamarnya, Kembali menangis kuat di balik pintu.

Ia merasa hatinya membatu gara gara dendam, ia terlalu polos jika mengira Bu Dewi baik baik saja selama ini, walaupun Dinda tahu alasan Bu Dewi memintanya sebagai istri dari suaminya untuk apa, Bu Dewi sudah menjelaskan semua.

Dinda merasa dirinya sangat bodoh sekali, dan Dinda juga lupa jika masih ada satu hati yang terluka, Saka.

Setelah puas menangis, Dinda mengemasi semua pakaiannya, dan memasukkannya ke dalam koper.

Alfian masih berada di dalam kamar dirinya dan Dewi, ya semua barang barang pribadi Alfian, seluruhnya ada dikamar utama, Alfian tidak berniat untuk memindahkannya. Di samping Alfian juga masih menjaga perasaan Dewi.

Dewi tetaplah Istrinya, ibu dari anaknya. Pada Dewi juga segala harapan dan impian indah dalam berumah tangga pernah Alfian gantungkan dulu ketika ia dan Dewi memulai hidup baru.

Tetapi jalan hidup tiap orang tidak ada yang tahu, tidak pernah terbersit sedikit pun di benak Alfian untuk memiliki istri lain selain Dewi.

Rahasia takdir, hanya Alloh yang tahu, bahkan malaikat pun tidak pernah di beritahu.

Tepat ketika Saka dan Alfian berada di kamar mereka masing masing, mungkin sedang Sholat, Dinda pergi meninggalkan rumah kediaman Alfian, dengan mata yang membengkak, dan air mata yang terus mengalir.

Dinda lebih memilih Sholat di mesjid di pinggir jalan yang akan di temui-nya nanti.

...*****...

Alfian dan Saka sama sana menunggu Dinda yang belum turun dari dalam kamarnya, keduanya sekedar berbincang ringan tentang kuliah Saka.

Keduanya sama sama memilih tidak menyinggung apa yang mereka rahasiakan.

Setelah menunggu hampir dua puluh menit, Alfian sudah tidak sabar.

" Kemana Dinda, kenapa lama sekali belum turun juga "

Alfian menggerutu pelan, kepalanya mendongak menatap ke atas.

" Papa mau aku memanggilnya untuk turun agar makan bersama ? "

Tawar Saka.

" Gak perlu, biar mbak Nana saja "

Saka hanya mengangguk, hatinya sedikit cemas.

Apakah gara gara omongan aku tadi sehingga Dinda menjadi tersinggung dan mengurung diri di kamar ?

" Mbak Dinda-nya tidak ada di dalam kamar, sudah di cek di kamar mandi juga tidak ada termasuk ...."

Mbak Nana melaporkan setelah turun dengan langkah tergesa.

" Termasuk apa ? "

Alfian berseru tidak sabar.

" Pakaiannya juga tidak ada "

Ujar Mbak Nana takut takut.

Alfian menatap tajam pada Saka.

Saka menggelengkan kepalanya, tidak mungkin ia akan jujur.

Alfian berdecak, mengambil kunci kontak mobil, berlari ke luar.

Din, maksudnya bukan seperti ini.

Saka masih diam mematung, menatap bayangan tubuh Papanya yang menghilang di balik pintu luar yang sudah tertutup.

......*******......

...🌸🌸🌸🌸🌸...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

OMG Dinda mau kemana??kok aku deg degan campur sesak🥺🥺😩😩

2023-02-25

0

Just Rara

Just Rara

ya klu mau salah2an ya salah dewi lah,kepa dia gak berusaha dan iktiar dulu,ini malah lansung nyariin istri muda buat suaminya🤦🤦

2022-02-23

0

Nur Cahya

Nur Cahya

sedih thor.. nyesek rasane.😭😭😭😭😭😭

2021-10-10

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Bandot tua
3 3. Bukan urusanmu
4 4. Takut khilaf
5 5. Datangnya suka lama
6 6. Don't call me uncle
7 7. Hai Mama
8 8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9 9. Sekalian nanti malam
10 10. Ingin pulang
11 11. Ternyata mesum juga
12 12. Gadis dibawah umur
13 13. Sepi tanpa Dinda
14 14. Aku sudah merindukan mu
15 15. Jangan jatuh cinta
16 16. Apakah dia hamil ?
17 17. Kau lupa kedudukanmu
18 18. Kau jatuh cinta nya ?
19 19. Memilih Pergi
20 20. Ide gila
21 Pengumuman.
22 Om Sam ( 1 )
23 Om Sam ( 2 )
24 Om Sam ( 3 )
25 Om Sam ( 4 )
26 Om Sam ( 5 )
27 Om Sam ( 6 )
28 Om Sam ( 7 )
29 Om Sam ( 8 )
30 Om Sam ( 9 )
31 Om Sam ( 10 )
32 Om Sam ( 11 )
33 Om Sam ( 12 )
34 Om Sam ( 13 )
35 Om Sam ( 14 )
36 Om Sam ( 15 )
37 Om Sam ( 16 )
38 Om Sam ( 17 )
39 Om Sam ( 18 )
40 Om Sam ( 19 )
41 Om Sam ( 20 )
42 Om Sam ( 21 )
43 Om Sam ( 22 )
44 Om Sam ( 23 )
45 Om Sam ( 24 )
46 Om Sam ( 25 )
47 Om Sam ( 26 )
48 Om Sam ( 27 )
49 Om Sam ( 28 )
50 Om Sam ( 29 )
51 Om Sam ( 30 )
52 Om Sam ( 31 )
53 Om Sam ( 32 )
54 Om Sam ( 33 )
55 Om Sam ( 34 )
56 Om Sam ( 35 )
57 Om Sam ( 36 )
58 Om Sam ( 37 )
59 Om Sam ( 38 )
60 Om Sam ( 39 )
61 Om Sam ( 40 )
62 Om Sam ( 41 )
63 Om Sam ( 42 )
64 Om Sam ( 43 )
65 Om Sam ( 44 )
66 Om Sam ( 45 )
67 Om Sam ( 46 )
68 Om Sam ( 47 )
69 Om Sam ( 48 )
70 Om Sam ( 49 )
71 Om Sam ( 50 )
72 Om Sam ( 51 )
73 1.
74 2
75 3.
76 4
77 5
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Bandot tua
3
3. Bukan urusanmu
4
4. Takut khilaf
5
5. Datangnya suka lama
6
6. Don't call me uncle
7
7. Hai Mama
8
8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9
9. Sekalian nanti malam
10
10. Ingin pulang
11
11. Ternyata mesum juga
12
12. Gadis dibawah umur
13
13. Sepi tanpa Dinda
14
14. Aku sudah merindukan mu
15
15. Jangan jatuh cinta
16
16. Apakah dia hamil ?
17
17. Kau lupa kedudukanmu
18
18. Kau jatuh cinta nya ?
19
19. Memilih Pergi
20
20. Ide gila
21
Pengumuman.
22
Om Sam ( 1 )
23
Om Sam ( 2 )
24
Om Sam ( 3 )
25
Om Sam ( 4 )
26
Om Sam ( 5 )
27
Om Sam ( 6 )
28
Om Sam ( 7 )
29
Om Sam ( 8 )
30
Om Sam ( 9 )
31
Om Sam ( 10 )
32
Om Sam ( 11 )
33
Om Sam ( 12 )
34
Om Sam ( 13 )
35
Om Sam ( 14 )
36
Om Sam ( 15 )
37
Om Sam ( 16 )
38
Om Sam ( 17 )
39
Om Sam ( 18 )
40
Om Sam ( 19 )
41
Om Sam ( 20 )
42
Om Sam ( 21 )
43
Om Sam ( 22 )
44
Om Sam ( 23 )
45
Om Sam ( 24 )
46
Om Sam ( 25 )
47
Om Sam ( 26 )
48
Om Sam ( 27 )
49
Om Sam ( 28 )
50
Om Sam ( 29 )
51
Om Sam ( 30 )
52
Om Sam ( 31 )
53
Om Sam ( 32 )
54
Om Sam ( 33 )
55
Om Sam ( 34 )
56
Om Sam ( 35 )
57
Om Sam ( 36 )
58
Om Sam ( 37 )
59
Om Sam ( 38 )
60
Om Sam ( 39 )
61
Om Sam ( 40 )
62
Om Sam ( 41 )
63
Om Sam ( 42 )
64
Om Sam ( 43 )
65
Om Sam ( 44 )
66
Om Sam ( 45 )
67
Om Sam ( 46 )
68
Om Sam ( 47 )
69
Om Sam ( 48 )
70
Om Sam ( 49 )
71
Om Sam ( 50 )
72
Om Sam ( 51 )
73
1.
74
2
75
3.
76
4
77
5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!