10. Ingin pulang

Biasanya makan malam tidak sepi seperti sekarang, jika ada Dewi dan Alfian, pasti ada percakapan yang akan di dominasi oleh Dewi dengan segala ini dan itu, Alfian diam diam akan melihat Dinda, sementara Dinda sendiri lebih banyak tertunduk menghindari kontak mata dengan Alfian.

Hubungan antara Dewi dan Dinda bukan seperti hubungan antara istri tua dan istri muda, justru seperti ibu dan anak.

Mungkin karena Dinda yang belum memiliki rasa yang berbeda pada Alfian sehingga Dinda terlihat tidak begitu perduli dengan Alfian.

Dewi yang jauh lebih dewasa juga tidak bertindak semena mena, bagaimanapun dia harus menjaga citra dirinya di mata Alfian, jika Alfian sudah tidak suka atau Dewi berubah menjadi jahat, Alfian akan gampang menceraikannya tanpa mempertimbangkan apa pun, apalagi sudah ada Dinda.

Tentu saja Dewi tidak mau, ia ingin statusnya sebagai istri pertama Alfian tetap ada padanya.

Semula memang ia merasa akan baik baik saja dan tidak masalah jika harus bercerai dengan Alfian, tetapi semenjak kehadiran Dinda, Dewi ingin tetap berada di samping Alfian.

" Pernikahan seperti ini yang kamu impikan, Din ? Suamimu pergi dengan istri lainnya, pasti kamu cemburu "

Saka mencibir lucu, entah kenapa, pertama mengetahui Dinda menikah dengan Papanya, ada marah, benci, tidak terima dan melihat Dinda antara kasihan dan jijik, tetapi yang ada sekarang justru ia merasa lucu.

" Ngapain Dinda cemburu, dia mamamu "

Dinda memasukkan makanan dengan marah.

Mereka hanya berdua berada di meja makan.

" Din, kamu benar benar ingin meneruskan pernikahan mu ? Apa tidak kepikiran berpisah, lalu kita kawin lari, bagaimana ? " Saka menaik turunkan alisnya.

" Mimpi "

" Ayolah Din, kamu masih mencintai aku 'kan ? "

" Percaya diri sekali kau "

" Aku tahu, Kau masih menolak Papa, itu tandanya kamu masih berharap kita bersama lagi 'kan ? "

Saka yakin sekali dengan analisa-nya, kedengaran Alfian bisa digantung kamu, Sa.

" Jangan sok tahu ! Memangnya di kamar Dinda ada CCTV sehingga kau bisa tahu apa yang Dinda dan Papamu lakukan ? "

Sembur Dinda semakin jengkel dengan Saka yang menuduh dengan benar.

Saka yang semula duduk.di hadapan Dinda, melangkah mengintari meja makan, menggeser duduk di sebelah Dinda.

Menatap Dinda dari arah samping sembari sedikit mencondongkan badannya mendekat ke Dinda.

" Din, selama kita berpacaran, kamu tidak pernah memperbolehkan aku menyentuhmu, misalnya menciummu walaupun cuma pipi, apalagi Papa yang baru kamu kenal, aku bisa memastikan si tua Alfian belum mengapa ngapa-kan dirimu.

Kamu kira aku tidak tahu jika Papa hanya sebentar berada di kamar mu ? "

Saka kurang ajar, masa' menyebutkan Papanya ' si tua Alfian '

Dinda diam saja, dia sudah malas melanjutkan makannya.

" Mau kemana ? "

Saka mencekal lengan Dinda yang sudah berdiri dari duduknya.

" Eneg Dinda lihat kamu "

Dengkus Dinda sebal.

" Habiskan dulu makannya, nanti kamu sakit ! "

" Apa urusanmu "

" Karena aku perduli padamu, Din "

Saka mendudukkan Dinda dengan paksa.

" Ketika kamu mencium Nonik, apa kamu perduli dengan perasaan Dinda ? Enggak 'kan ? "

Haish, kenapa masih mengungkit itu, Din.

Lihatlah bibir Saka yang tersenyum manis itu.

" Kamu masih cemburu ? 'kan sudah aku bilang, Nonik yang nyosor duluan, aku bisa apa Din ? Kecuali menerima "

Kekeh Saka.

Dinda hanya bisa mencibir.

" Makanlah Din, nanti maag mu kambuh kalau telat makan, atau mau aku suapi ! "

Tawar Saka menatap wajah Dinda lekat lekat. tangan Dinda masih mengaduk aduk makanan di piringnya.

" Sa, kalau Dinda pulang kerumah orang tua Dinda, boleh gak ya ? "

Dinda gantian menatap Saka yang masih terus membingkai wajah Dinda pada netra-nya.

" Maksud kamu apa ? "

Tanya Saka sedikit panik.

" Dinda kangen dengan bang Agam "

Mata Dinda berkaca kaca.

Hati Saka jadi tidak enak, pasti Dinda sedang sangat galau, Saka tahu pasti.

Agam-abangnya, tempat Dinda mencurahkan semua keluh kesahnya.

Dari dulu hanya Agam sahabat plus kakak terdekat yang Dinda percayai untuk berbagi rahasia, tidak dengan teman-temannya.

" Tapi ini sudah malam Din, kamu bisa menelponnya "

" Dinda kangen kamar Dinda " Ujar Dinda pelan.

Yaelah, sepertinya Dinda lupa kalau sekarang Saka anak tirinya, bukan pacarnya lagi.

Saka menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

" Kamu mau nginep ? "

Dinda mengangguk.

" Telepon Papa, beritahukan dia ! Biar aku yang mengantar kamu pulang, tapi tidak untuk pulang...."

Ah, Saka menyesal telah mengejek dan mengungkit ungkit perasaan yang pernah ada, jika Dinda benar benar meminta cerai dengan Papanya, bisa habis dia.

Saka masih sayang pada Dinda, tapi untuk merebut istri Papanya ? Saka harus mikir ribuan kali.

Apa yang dia punya untuk berani mengibarkan bendera perang pada pria yang bahkan belum menyentuh Dinda selain memegang tangannya.

" Tidak, Dinda hanya ingin menginap satu atau dua malam "

Saka menghembuskan napas lega.

" Hubungi-lah Papa ! "

" Kamu saja ! "

" Kenapa harus aku, yang mau menginap'kan kamu, Dinda "

" Dinda tidak punya nomor ponselnya "

Dinda nyengir.

Saka mendelikan matanya.

******

Memasukkan ponsel ke dalam saku kemeja batiknya, wajah Alfian berubah.

" Ada apa ? Siapa yang menelepon ? "

Dewi berbisik disela sela menyantap jamuan makan malam di Hotel bintang tiga tempat mereka memenuhi undangan.

" Saka, minta izin mengantarkan Dinda pulang kerumahnya "

Alfian mengeratkan gerahamnya.

" Kenapa Dinda minta pulang ? Kamu melakukan apa, Pa? Maksud aku, apakah Saka yang menyinggungnya "

Saking paniknya Dewi tidak mengontrol ucapannya.

" Aku tidak tahu, Saka hanya mengatakan Dinda minta pulang "

" Kamu mengizinkannya ? "

" Mana mungkin, apa yang akan di pikirkan Keluarganya ? Baru sepuluh hari dia menikah, sudah minta pulang, mereka akan membuat kesimpulan jika kita memperlakukan dia dengan tidak baik, janjimu yang tidak akan menganggap dia saingan mu semua bohong, pasti itu yang akan mereka pikirkan "

Jemari tangan Alfian mengepal kencang, ia bisa menduga jika apa yang dipikirkannya tadi bisa saja terjadi.

Ini semua pasti ulah Saka.

" Ayo kita pulang, Papa tunggu saja di mobil, aku permisi dulu "

Tidak menjawab apa pun, Alfian mempercepat langkah kakinya menuju ke parkiran.

Awas saja jika kalian berani bermain main di belakang ku !

Alfian memukul setir kemudinya dengan kesal.

Dan kamu, Din ! Habis ku buat kau malam ini, sudah cukup toleransi yang aku berikan, kau berani menerima tawaran Dewi maka tanggung -lah resikonya.

Alfian terus diam selama dalam perjalanan, Dewi juga tidak berani mengatakan apa pun, tindakan Dinda yang kekanakan sudah Dewi perkiraan, jadi lebih baik diam agar Alfian tidak semakin marah.

Saka dan Dinda menunggu kedatangan Alfian dan Dewi di ruang keluarga sembari menonton TV, Dinda terlihat tenang karena dia belum tahu karakter Alfian yang sebenarnya.

Tenang, tapi jangan di usik atau akan menerima konsekuensinya dari kemarahan Alfian.

Saka sedikit gelisah walaupun terlihat biasa biasa saja, dari jawaban penolakan yang di dengar dari mulut Alfian tadi, Saka tahu Papanya tidak suka.

" Buk, Dinda boleh pulang ? Dua hari saja ! "

Senyumnya tanpa dosa tersemat di bibir Dinda begitu Alfian dan Dewi sampai di hadapan Saka dan Dinda dengan langkah tergesa gesa.

" Din, kamu merasa tidak nyaman ? Atau Saka ada menyinggung kamu ? "

Lirik Dewi judes pada Saka yang sedang menghindari beradu pandang dengan Papanya.

" Biar aku yang mengantarnya pulang "

Alfian berucap dingin menarik tangan Dinda dan membawanya keluar.

" Pa "

Dewi berusaha mencegah, Alfian menatap tajam agar Dewi diam.

...******...

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Terpopuler

Comments

Yayoek Rahayu

Yayoek Rahayu

gak di anter ke rmh nih...

2022-03-12

0

Just Rara

Just Rara

pasti si al bawa dinda kehotel bukan plg krmh ortunya😁😁

2022-02-23

0

Fatonah

Fatonah

plngnya ke hotel aja om wkwkwk...

2021-09-28

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Bandot tua
3 3. Bukan urusanmu
4 4. Takut khilaf
5 5. Datangnya suka lama
6 6. Don't call me uncle
7 7. Hai Mama
8 8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9 9. Sekalian nanti malam
10 10. Ingin pulang
11 11. Ternyata mesum juga
12 12. Gadis dibawah umur
13 13. Sepi tanpa Dinda
14 14. Aku sudah merindukan mu
15 15. Jangan jatuh cinta
16 16. Apakah dia hamil ?
17 17. Kau lupa kedudukanmu
18 18. Kau jatuh cinta nya ?
19 19. Memilih Pergi
20 20. Ide gila
21 Pengumuman.
22 Om Sam ( 1 )
23 Om Sam ( 2 )
24 Om Sam ( 3 )
25 Om Sam ( 4 )
26 Om Sam ( 5 )
27 Om Sam ( 6 )
28 Om Sam ( 7 )
29 Om Sam ( 8 )
30 Om Sam ( 9 )
31 Om Sam ( 10 )
32 Om Sam ( 11 )
33 Om Sam ( 12 )
34 Om Sam ( 13 )
35 Om Sam ( 14 )
36 Om Sam ( 15 )
37 Om Sam ( 16 )
38 Om Sam ( 17 )
39 Om Sam ( 18 )
40 Om Sam ( 19 )
41 Om Sam ( 20 )
42 Om Sam ( 21 )
43 Om Sam ( 22 )
44 Om Sam ( 23 )
45 Om Sam ( 24 )
46 Om Sam ( 25 )
47 Om Sam ( 26 )
48 Om Sam ( 27 )
49 Om Sam ( 28 )
50 Om Sam ( 29 )
51 Om Sam ( 30 )
52 Om Sam ( 31 )
53 Om Sam ( 32 )
54 Om Sam ( 33 )
55 Om Sam ( 34 )
56 Om Sam ( 35 )
57 Om Sam ( 36 )
58 Om Sam ( 37 )
59 Om Sam ( 38 )
60 Om Sam ( 39 )
61 Om Sam ( 40 )
62 Om Sam ( 41 )
63 Om Sam ( 42 )
64 Om Sam ( 43 )
65 Om Sam ( 44 )
66 Om Sam ( 45 )
67 Om Sam ( 46 )
68 Om Sam ( 47 )
69 Om Sam ( 48 )
70 Om Sam ( 49 )
71 Om Sam ( 50 )
72 Om Sam ( 51 )
73 1.
74 2
75 3.
76 4
77 5
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Bandot tua
3
3. Bukan urusanmu
4
4. Takut khilaf
5
5. Datangnya suka lama
6
6. Don't call me uncle
7
7. Hai Mama
8
8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9
9. Sekalian nanti malam
10
10. Ingin pulang
11
11. Ternyata mesum juga
12
12. Gadis dibawah umur
13
13. Sepi tanpa Dinda
14
14. Aku sudah merindukan mu
15
15. Jangan jatuh cinta
16
16. Apakah dia hamil ?
17
17. Kau lupa kedudukanmu
18
18. Kau jatuh cinta nya ?
19
19. Memilih Pergi
20
20. Ide gila
21
Pengumuman.
22
Om Sam ( 1 )
23
Om Sam ( 2 )
24
Om Sam ( 3 )
25
Om Sam ( 4 )
26
Om Sam ( 5 )
27
Om Sam ( 6 )
28
Om Sam ( 7 )
29
Om Sam ( 8 )
30
Om Sam ( 9 )
31
Om Sam ( 10 )
32
Om Sam ( 11 )
33
Om Sam ( 12 )
34
Om Sam ( 13 )
35
Om Sam ( 14 )
36
Om Sam ( 15 )
37
Om Sam ( 16 )
38
Om Sam ( 17 )
39
Om Sam ( 18 )
40
Om Sam ( 19 )
41
Om Sam ( 20 )
42
Om Sam ( 21 )
43
Om Sam ( 22 )
44
Om Sam ( 23 )
45
Om Sam ( 24 )
46
Om Sam ( 25 )
47
Om Sam ( 26 )
48
Om Sam ( 27 )
49
Om Sam ( 28 )
50
Om Sam ( 29 )
51
Om Sam ( 30 )
52
Om Sam ( 31 )
53
Om Sam ( 32 )
54
Om Sam ( 33 )
55
Om Sam ( 34 )
56
Om Sam ( 35 )
57
Om Sam ( 36 )
58
Om Sam ( 37 )
59
Om Sam ( 38 )
60
Om Sam ( 39 )
61
Om Sam ( 40 )
62
Om Sam ( 41 )
63
Om Sam ( 42 )
64
Om Sam ( 43 )
65
Om Sam ( 44 )
66
Om Sam ( 45 )
67
Om Sam ( 46 )
68
Om Sam ( 47 )
69
Om Sam ( 48 )
70
Om Sam ( 49 )
71
Om Sam ( 50 )
72
Om Sam ( 51 )
73
1.
74
2
75
3.
76
4
77
5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!