Alfian melangkah pelan tapi pasti menaiki anak tangga, rumah sepi, hanya ada mbak Nana dan suaminya dikamar mereka, tengah hari semua pekerjaan sudah beres
Nana dan suaminya sama sama bekerja mengurus rumah Alfian sejak lima tahun yang lalu.
Alfian tersenyum miring, membayangkan apa yang akan dilakukannya.
Rezeki suami Sholeh, gumamnya, eh.
Alfian tidak pernah mengetuk pintu jika masuk ke kamar Dinda, kamar istrinya sendiri, ngapain pakai permisi. Itu yang ada dalam pikirannya.
Dinda sedang menelungkupkan badannya sembari bermain ponsel hanya melirik sekilas ketika melihat Alfian masuk ke dalam kamarnya lalu cepat duduk bersila, Dinda lebih banyak menunduk dan sangat jarang melihat wajah Alfian langsung.
Alfian ikut duduk diatas kasur, menatap lekat lekat kearah Dinda.
" Nanti malam saya tidur disini "
Dinda terkejut, sesaat melihat Alfian lalu tertunduk Kembali.
" Kenapa ? Saya sudah memberikan kamu waktu hampir sepuluh hari, masih belum cukup ? Atau ada yang kamu sembunyikan ! "
Alfian sedikit bergeser semakin mendekat ke arah Dinda.
" Enggak ada, Dinda gak ada menyembunyikan apa pun "
Dinda bergeser pelan, seberapa Jauh Alfian mendekat, segitu juga Dinda bergeser.
Alfian jadi gemas sendiri.
" Lantas, kenapa masih menolak saya ? Apakah kamu tahu jika setelah kamu sah menjadi istri saya, dan kamu menolak saya, sepanjang malam kamu dilaknat oleh malaikat "
Serem benar
" Dinda bukan menolak paman, Dinda hanya belum siap "
Jari jemari tangan Dinda saling meremas.Jantumg Dinda sudah berdebar kencang membayangkan bagaimana dan apa yang terjadi jika Alfian benar benar tidur di kamarnya malam nanti.
" Kamu tidak berharap akan kembali ke mantan pacarmu 'kan ? Sehingga kamu menunda nunda ? "
Alfian menyembunyikan tangannya yang mengepal. Alfian sendiri membayangkan hal-hal buruk yang akan terjadi di belakangnya.
Seperti yang di katakan Robert.
Dinda mengangkat wajahnya pelan, memberanikan diri menatap wajah Alfian langsung, tidak curi curi seperti biasa.
Dinda menggelengkan kepalanya,
walaupun hatinya sedikit ragu. Saka memang tampan dan tentu saja dari segi usia lebih cocok dengan Dinda, tetapi apakah kelak Dewi dengan Alfian akan menyetujui hubungan Saka dengan Dinda yang notabenenya Dinda sudah menikah dengan Alfian, jika keduanya memutuskan kembali.
Alfian perlahan mengambil Jemari tangan Dinda yang sudah berkeringat, padahal pendingin udara di kamar Dinda selalu menyala.
Dinda tidak berani menarik tangannya, takut Alfian marah.
" Saya cuma tidur, tetapi sebelum tidur....Saya gak tahu yang terjadi bagaimana "
Bibir Alfian membentuk senyuman menggoda
" Kamu tidak bosan berada di rumah terus "
" Tentu saja bosan, Dinda bisa cepat tua di rumah saja, Paman "
Alfian melotot, Dinda membekap mulutnya.
Alfian kurang senang jika Dinda mengucapkan kata tua, seperti menampar Alfian untuk mengingatkan usianya.
" Maaf ! "
Cicit Dinda pelan.
" Besok ikut saya ke kantor, jadi sekretaris pribadi saya "
Alfian berdiri, dia tidak bisa berlama lama duduk di dekat Dinda, bisa bisa ia akan menerkam Dinda siang itu juga.
" Dinda cuma tamatan SMU, kan sudah ada Ibu Sandra "
" Sandra sudah cukup sibuk, kamu bisa membantunya "
" Sekretaris pribadi itu, apa tugasnya Paman ? Jadi Dinda bisa mempersiapkan diri malam ini "
Alfian nyengir.
" Besok Sandra yang akan memberitahukan apa yang harus kamu kerjakan, yang lebih utama persiapkan saja dirimu malam ini "
Alfian ngeloyor keluar dari kamar Dinda.
Apa matanya tadi, mempersiapkan diri ?
Dinda mendadak pucat, Kembali tangannya meraih ponselnya, mulai mengotak atik di mesin pencarian, apa apa saja yang harus di persiapkan untuk bertempur nanti malam.
Mau perang Din ?
Atau mencari siasat untuk menghindar ? Ah, rasanya sudah sangat tidak mungkin.
Kalau masih menolak malam ini, Dinda akan dilaknat malaikat lagi.
...*****...
Yang katanya Dewi mau pulang telat, jam lima sore sudah sampai rumah, bertepatan dengan Saka juga baru pulang dari kampus.
" Katanya telat ? "
Tegur Alfian mengerutkan dahinya.
" Lupa menyampaikan kalau hari ini ada undangan lounching pembukaan hotel milik salah satu mantan rekan sesama guru, Pa, dia dapat suami anak orang berduit, dia mengundang tadi via telepon "
Dewi buru buru masuk ke dalam kamar untuk bersiap siap.
Alfian sedikit enggan, kalau dia menemani Dewi pergi ke acara tersebut pasti pulangnya malam, dan dia akan gagal lagi malam ini.
Saka berjalan menapaki anak tangga menuju kekamarnya, ekor mata Alfian terus memperhatikan gerak gerik Saka.
Jika dia dan Dewi pergi, berarti Saka dan Dinda hanya berdua dirumah, bisa saja keduanya....
Alfian sedikit gelisah melihat ke lantai atas, ingin rasanya ia membawa Dinda sekalian, ah, tidak mungkin. Atau mengurungnya terus di dalam kamar supaya tidak bisa keluar dan tidak bertemu Saka.
Alfian sangat sadar jika pesona Saka tidak bisa diabaikan, kalau tidak masa' Dinda sampai nekad menjadi istrinya demi dendamnya karena pengkhianatan Saka.
Alfian cepat menaiki anak tangga dan menerobos begitu saja masuk ke dalam kamar Dinda.
Dinda yang baru keluar dari kamar mandi terkejut, jangan lupakan jika Dinda juga sudah membuat persiapan untuk malam nanti.
Dinda lebih lama berendam di dalam kamar mandi, sebelumnya luluran sendiri dulu.
Beberapa langkah yang disarankan di mesin pencarian Dinda lakukan, walaupun Dinda belum siap sepenuhnya, tetapi Alfian sudah jadi suaminya jadi bagaimanapun Dinda mempersiapkan dirinya dengan baik untuk pertama kali.
Jika bau dan Alfian menjadi tidak berselera, lalu Dinda dikembalikan ke rumah orang tuanya, apakah itu tidak semakin melukai Keluarganya ? Pernikahan yang dilakukan kemarin saja sudah membuat Bapak dan ibunya kehilangan muka, walaupun Alfian sudah tua, pesonanya juga sama kuat dengan Saka dimata Dinda.
Melihat Dinda yang baru selesai mandi, rambutnya di cempol tinggi ke atas, terlihat segar, aroma campuran rempah-rempah, parfum dan apalah khas aroma lulur yang menenangkan, menguar memenuhi seluruh kamar.
Alfian mematung menatap Dinda, Dinda sedikit salah tingkah dilihati Alfian secara intens.
Benar kata Robert, Dinda dan Dewi tidak bisa tinggal satu atap, apa lagi semakin lama aku semakin tidak bisa menahan diri.
Alfian melangkah demi selangkah maju ke arah Dinda yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi, semakin mendekat, aroma keharuman yang berasal dari tubuh Dinda semakin memenuhi indera penciuman Alfian.
Dinda sendiri merasa deg deg'kan, Alfian berdiri tepat didepannya, sangat dekat hampir menempel keduanya.
Bukankah katanya nanti malam, eh tunggu dulu, pakaiannya seperti akan pergi ke suatu acara.
Alfian mendekatkan bibirnya ke dinding telinga Dinda.
" Saya pergi sebentar, jangan tidur dulu dan tunggu saya pulang ! Kunci kamar baik baik, saya memiliki kunci cadangannya "
Setelah membisikkan kalimat itu, Alfian menarik dirinya, ingin sekali Alfian mencium Dinda, menghirup aroma wangi tubuh Dinda sepuas puasnya tetapi Alfian harus menahan diri, karena jika sudah memulai dia tidak akan berhenti.
Dewi sudah menunggunya di bawah.
Biarlah nanti malam saja sekalian.
Bergegas Alfian Keluar dari kamar Dinda.
Dinda masih berdiri mematung, seluruh permukaan kulitnya meremang ketika napas hangat Alfian menyapu kedalam rongga telinga Dinda.
...*****...
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Just Rara
jadi ikut deg degan juga😄😄
2022-02-23
0
Fatonah
😂😂....kpn MP nya om
2021-09-28
0
кคกīค❁︎⃞⃟ʂ𝕰𝖘𝖙🗻𝖕𝖚𝖈🌱🐛
ada aja penghalang...
2021-03-20
2