Saka yang terus mengintai lewat pintunya yang tidak tertutup rapat, disengaja memang, melihat Papanya sudah keluar dari kamar Dinda.
Kamar keduanya berada pada sisi yang berbeda dan terletak sama sama dibagian tepi.
Alfian yang tidak terlalu lama berada di kamar Dinda, membuat Saka tersenyum senang.
Pasti Papa belum ngapa ngapain Dinda, penampilan-nya juga masih terlihat rapi.
Gumam Saka dengan senyum yang sudah terbit diatas bibirnya.
Pelan menutup pintu rapat rapat, merasa pengintaian malam ini sudah cukup, dan Saka yakin Dinda masihlah....Saka tertawa sendiri membayangkan pikiran konyolnya.
Didalam kamar Dinda
Setelah Alfian Keluar dari kamar, Dinda cepat cepat mengunci pintu kamarnya.
Huh, aman untuk seminggu ini, ntar kalau sudah lewat seminggu, Dinda bilang saja tamu bulanan Dinda datangnya suka lama, dia betah hehehe.
Dinda tertawa tawa sendiri di atas ranjang, membayangkan Alfian akan....hiii....Dinda tergidik ngeri.
Tampan sih tampan, tapi 'kan tetap saja sudah tua. Eh, tunggu dulu ! Bukankah Bu Dewi sudah mengatakan kalau dia menjadikan aku madunya hanya untuk.....
Dinda membenamkan kepalanya masuk ke dalam selimut.
Hanya karena iming iming di beri mobil, Dinda melupakan hal yang utama.
Mengendarai mobil saja enggak bisa, terus untuk apa Dinda punya mobil.
Dinda menangis tanpa air mata.
...*****...
Selepas sholat subuh, Dinda tidur lagi, kebiasaan di rumah ibunya.
Jam enam baru bangun, langsung mandi.
Mbak Nana mengetuk pintu kamar Dinda, memberi tahukan bahwa semua sudah menunggu di meja makan.
" Baru bangun, Din ? "
Tegur Dewi kala Dinda menggeser kursi di sebelah Saka
" Subuh tadi sudah bangun, Buk, setelah sholat tidur lagi, sudah kebiasaan "
Dinda tertawa kecil, lalu menutup mulutnya karena keceplosan.
Alfian menaikkan sebelah alisnya menatap Dinda yang takut takut melirik ke arahnya.
" Maksud Dinda, karena biasa sholat Subuh, walaupun pas gak sholat tetap bangun, gitu " Dinda gak tahu harus memberi keterangan pada Alfian atau pada Dewi.
Pantesan, Alfian malam tadi masih tidur dengan ku, rupanya Dinda sedang datang bulan.
Dewi membuat kesimpulan sendiri di dalam hati.
Baguslah, untuk saat ini Papa tidak bisa menyentuhnya, eh, biasanya kalau dia datang bulan, 'kan selalu sakit perut.
Saka menolehkan kepalanya ke samping kanan, tempat Dinda duduk, memperhatikan kondisi Dinda yang terlihat biasa saja, tidak ada pucat atau lemas.
Tiga tahun jadi pacar Dinda, tentu saja Saka tahu kelemahan Dinda.
Saka bisa menduga bahwa Dinda sedang menghindari Papanya.
Saka menyembunyikan senyumnya rapat rapat.
Alfian diam diam menatap tajam ke arah Dinda, ia semakin yakin jika Dinda memang membohongi-nya.
" Din, kamu ikut saya ! Membelikan apa yang sudah kami janjikan "
Ujar Alfian tanpa melihat siapa pun.
Wajah Dinda mendadak pucat.
Mati aku.
" Ibuk ikut 'kan ? "
Dewi tersenyum " Enggak, pergilah dengan...Pa, Dinda harus memanggil apa pada Papa "
Dewi menatap ke arah Alfian meminta jawaban.
" Terserah saja, asal jangan kakek " Sahut Alfian ketus.
Saka berusaha menahan tawanya agar tidak meledak.
Keluarga yang aneh.
" Kamu panggil Abang atau Mas saja ya, Din ! "
Usul Dewi
" Paman atau Pak'De atau pak'Lek, gimana, Buk ? "
Saka sudah tidak tahan, hahahaha.
Meledak tawa Saka keras.
" Saka " Teguran Alfian dan Dewi berbarengan.
Mulut Saka spontan terkatub rapat.
" Kenapa kamu semakin tidak sopan, Sa ? "
Dewi kecewa dengan Saka yang terkesan menyepelekan Dinda, ia hanya tidak enak dengan Alfian, tidak bisa mendidik Saka dengan baik.
" Maaf "
Hanya ucapan dibibir.
...*****...
Dinda sudah duduk manis di mobil Alfian, mengenakan dress bercorak bunga bunga kecil sebatas lutut, slim bag mungil warna pastel, hanya muat untuk ponsel dan dompet lipat khas anak sekolahan, padahal Dinda kan sudah tamat tiga bulan yang lalu.
Dompet-nya juga cuma berisi uang seratus tujuh puluh lima ribu, namanya juga pengangguran, itu juga kemarin minta dengan abangnya-Agam.
Eh, kenapa mobilnya gak jalan jalan, terus Dinda merasa ada hawa panas yang mengarah kearahnya, deg, Alfian menatap Dinda dengan sorot mata yang tajam, Dinda nyengir.
" Kamu kira saya sopir kamu, pindah ke depan ! "
Pantesan mobilnya gak jalan jalan, rupanya memang belum dijalankan.
Sedikit takut takut Dinda duduk di kursi samping pengemudi.
Dewi lebih memilih masuk kedalam kamar agar tidak melihat kepergian Alfian dan Dinda.
Mungkin tubuh Dewi sudah mati rasa tetapi tidak dengan hatinya.
Tidak ada perempuan manapun yang mau berbagi suami dengan wanita lain.
Semoga kau tetap se-polos seperti yang ibuk kenal, Din.
Inhale, exhale, inhale, exhale.
Berulang ulang Dewi lakukan agar dadanya yang terasa sesak, agak berkurang.
Saka sendiri sudah duluan pergi ke kampus.
" Kita ke kantor sebentar "
Alfian berbicara tanpa menoleh, Dinda tidak bisa protes.
Baru satu malam jadi istri, sudah pandai berbohong.
Ponsel Alfian berdering, sekilas melihat siapa yang menghubungi sembari memasang handsfree
📞.......
" Sebentar lagi aku sampai kantor "
Alfian melihat petunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangannya.
📞.......
" Setengah jam "
📞......
" hemm "
Kerena Alfian tidak mengajaknya bicara, Dinda diam saja, sampai berhenti di gedung berlantai lima, tepatnya kantor Alfian, pria itu baru menegurnya.
" Ayo turun ! Kalau kamu terus didalam, bisa matang badanmu "
" Dinda tunggu disini saja ya, Paman ! "
Dinda sudah melangkah menuju salah satu kursi yang terletak di depan meja receptionis.
" Ikut saya ke atas, nanti kamu hilang "
Melangkah beberapa langkah di depan Dinda.
Memangnya Dinda anak ayam, hilang.
" Pak, Pak Robert sudah menunggu di ruangan bapak "
Sambut Sandra sekretaris Alifian begitu melihat Alfian datang.
" Hemm.
Oh ya San, titip dia, jangan boleh kemana mana ! "
Pesannya pada Sandra menunjuk Dinda yang berjalan di belakangnya.
Dinda sebal mendengarnya.
Titap titip, memang-nya Dinda barang.
Dari pada bete, mending telepon Bang Agam,
Walaupun dia marah, Dinda 'kan adiknya.
" Siapa dia ? Karyawan magang ? "
Robert menunjuk ke arah Dinda yang sedang berbicara melalui ponsel.
Hampir seluruh bagian ruangan Alfian, berdinding kaca tebal, jadi baik dari luar atau dalam ruangan, semua bisa melihat.
Menghindari hal hal yang tidak diinginkan.
" Bukan ? "
" Lantas ? "
" Istri yang dicarikan Dewi untukku "
Alfian menjawab jujur, selain Robert sebagai relasinya, Robert juga teman kuliahnya dulu.
" Ya ampuuuun, Dewi benar benar pintar mencari madu-nya, pasti dia belum tahu apa apa, sudah tamat sekolah belum " Sarkas Robert tergelak.
" Mantan murid Dewi, dia tidak se-polos yang kau bayangkan "
Alfian masih terlihat kesal.
" Memang apa yang sudah dilakukannya ? " Robert penasaran.
" Dia membohongi aku kalau dia datang bulan "
Semakin kencang tawa Robert, hingga ia memegangi perutnya.
" Kasihan nasibmu Al...Al....hati hati ! Jangan sampai keduluan oleh putramu ! Dia lebih cocok untuk anakmu dari pada istri muda-mu Al "
Deg.
Omongan Robert barusan mengingatkan bagaimana Saka menatap Dinda.
...******...
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Duh Aku takut Saka keceplosan aja,Sampai kapan dia nisa sembunyikan?? lama kelamaan akan ketahuan juga,sekarang aja Alfian aja udah curiga gitu,,aku yg deg degan nih..
2023-02-24
0
Qaisaa Nazarudin
Noh loe Dinda Saka lg hapal kamu punya kebiasaan😂😂
2023-02-24
0
Qaisaa Nazarudin
wkwkwk ketahuan boong,,katanya Pms😂😂😜😜
2023-02-24
0