13. Sepi tanpa Dinda

Alfian menatap Dinda yang masih tertidur nyenyak di sofa, sebenarnya ada kamar pribadi di dalam ruangan kerja Alfian, tetapi Alfian kuatir dia akan menerkam Dinda kembali, makanya tetap membiarkan Dinda tidur di atas Sofa.

Sandra yang biasanya hilir mudik memberikan laporan dengan sikap biasa saja, kali ini tidak.

Keingintahuan Sandra tentang siapa sosok yang sebenarnya. Dinda yang sudah dua kali di bawa ke kantor oleh Alfian semakin membuat Sandra semakin penasaran, apalagi melihat Dinda yang tertidur pulas tanpa terganggu sedikitpun dengan kehadiran Sandra di dalam ruangan, walaupun Alfian dan Sandra berkata kata dengan perlahan supaya Dinda tidak terganggu.

Tidak ada keterangan resmi dari mulut Alfian, ia sengaja membiarkan gosip beredar dengan luas,

Sesekali menikmati rasa jadi artis yang sedang di gosipkan.

Ada rasa kasihan yang terus bercokol di dalam hati Alfian, dia dan Dewi menjadikan Dinda sebagai pemuas kebutuhan biologisnya saja, tanpa rasa atau belum ada sesuatu yang istimewa di hati Alfian.

Dinda yang masih muda, cantik dan polos ah, tidak juga, dia kan mantan pacarnya Saka,

Harta menjadikan alat untuk meraih apa yang diinginkan, tetapi kasihan Dinda, Dewi memberikan penawaran di saat yang tepat, disaat hati Dinda sedang goyah.

Dinda materialistis ? Mungkin iya, tetapi dia tidak meminta, hanya ditawari, tanpa berpikir panjang dia menerima.

Lihatlah wanita muda itu ? Jatuh ke dalam jebakan pria buas seperti Alfian.

" Din "

Mengusap pipi Dinda pelan agar terbangun.

Dinda membuka matanya pelan, mengamati seluruh isi ruangan dengan bingung, dahinya berkerut mencoba mengumpulkan kepingan kepingan ingatan yang masih berserakan.

Terburu buru Dinda duduk, hingga tanpa sadar roknya sedikit tersingkap.

Alfian melihatnya dengan tatapan seperti pemburu yang mengincar hewan buruannya.

" Kita pergi makan, setelah itu pulang, sudah sedikit lewat jam makan siang "

Alfian melihat petunjuk waktu yang melingkari pergelangan tangannya.

" Pulang ke ? "

" Apartemen " Jawab Alfian cepat.

Dinda menggeleng cepat, ia sudah bisa membayangkan apa yang akan terjadi di apartemen, Dinda tidak bodoh.

Alfian membeli apartemen walaupun katanya untuk Dinda, tetapi bukan untuk di tinggali, hanya untuk Alfian lebih leluasa menyentuh Dinda tanpa ada siapapun juga selain mereka berdua.

" Kenapa ? "

" Dinda mau pulang ke rumah Bapak dan Ibuk, Dinda kangen "

" Maksud kamu apa, Din ? " Alfian berucap gusar.

Dinda takut takut berani menyentuh lengan kemeja yang Alfian kenakan, menggoyang goyangkan pelan.

" Satu malam saja, Paman, besok Dinda pulang sendiri, ' kan banyak taksi "

" Kamu mulai menghindari saya ? "

Wajah Alfian sudah tidak enak untuk di pandang.

" Enggak, Paman, satu malam saja, please ! "

Alfian menatap Dinda, membingkai seluruh wajah Dinda pada netra-nya.

" Saya akan bertanya sesuatu dan jawab dengan jujur, jika kamu berbohong, saya tidak akan mengizinkan kamu untuk pulang "

" Paman mau bertanya apa ? "

Dinda siap siap, seperti mau wawancara kerja, duduk dengan sikap siap dan tegak.

" Kamu pernah berciuman ? "

Pertanyaan yang aneh, Alfian tidak melepaskan tatapannya, ia akan tahu jika Dinda berbohong.

" Hah ? "

Yang ada Dinda justru tersenyum.

" Saya sedang tidak membutuhkan senyummu, Dinda ! "

" Pertanyaan Paman itu aneh, apa tidak ada pertanyaan yang lain ? "

Dinda memiring miringkan kepalanya menatap wajah Alfian yang terus menghujamkan tatapan tajamnya.

Alfian mendengkus jengkel.

Dinda mendadak takut, Alfian kalau jengkel menyeramkan.

" Maaf Paman ! "

Alfian bangkit dari duduknya.

" Ayo ! Setelah makan, saya akan mengantarkan kamu pulang, besok siang saya jemput dan tidak ada alasan apa pun untuk menolak "

Huh.

Dinda menghembuskan napas lega.

Selamat.

Dinda mengusap pelan dadanya.

......*****......

Melihat Alfian pulang ke rumah sendirian tanpa Dinda, buru buru Dewi menghampiri Alfian, mengikuti langkah kakinya menuju kamar.

" Pa, Dinda mana ? "

" Masih dirumah orang tuanya "

" Dia tidak sedang ? "

" Sedang apa ? Dia cuma kangen rumah "

Alfian berjalan ke kamar mandi, meninggalkan Dewi yang menghembuskan napas dengan lega.

Tetapi Dewi tetap tidak berani bertanya pada Alfian, dia menginap di mana tadi malam.

Saka juga ingin bertanya, kenapa Dinda tidak ikut pulang dengan Papanya.

Tetapi tentu saja dia tidak berani.

Sepuluh hari selalu ada Dinda saat makan malam, Saka merasa ada yang kurang.

Entahlah, Saka juga tidak tahu bagaimana perasaannya saat ini terhadap Dinda.

Dia hanya sudah terbiasa dengan kehadiran Dinda di rumahnya.

Alfian yang terlihat biasa saja ketika berinteraksi pada Dinda, tetapi jika berada di dalam kamar tidak tahu.

Dimata Saka, Dinda seperti anak perempuan Papanya saja, mengunjungi sebentar menjelang tidur.

Saka tidak tahu saja jika malam kemarin sudah terjadi hal hal yang di inginkan Alfian.

Saka sudah terlalu menyayangi Dinda, lalu bagaimana dengan Nonik ?

Cuma intermezo, Saka tidak perlu nongkrong di teras rumah Nonik lagi hanya untuk menunggui Dinda ke luar rumah, karena Dinda-nya sudah seatap dengan dirinya, tapi sayangnya tidak seranjang hehehe.

" Kapan Dinda pulang, Pa ? "

Dewi melirik ke arah wajah Alfian yang tetap biasa saja.

" Besok "

" Pulang sendiri atau ...."

" Aku yang menjemput, gak enak dengan orang tuanya kalau dia pulang sendiri "

Dewi hanya manggut-manggut.

" Mau dia kerja di kantor Papa ? "

" Hem, membantu Sandra, biar Sandra mengajari, dari pada di rumah sendiri "

Alfian melirik sekilas ke arah Saka.

Gara gara Dinda, kenapa aku mencurigai Saka ?

Alfian menarik napas dalam dalam, menghembuskan pelan pelan, menyudahi makannya.

Sama seperti Saka, makan malam tanpa Dinda, sedikit merasa sepi

......*****......

" Gimana Dek, jadi istri orang kaya ? Enak ? "

Agam duduk di samping Dinda yang sandaran di kursi depan TV.

" Memang Dinda tahu enak atau tidak- nya ? Dinda 'kan baru sekali ini menikah ? "

Dinda mencebikkan bibirnya.

Agam meneliti setiap perubahan pada diri Dinda setelah sepuluh hari tidak bertemu.

Mahasiswa tingkat akhir jurusan informasi itu, sebenarnya sangat tidak tega dan tidak rela, Dinda harus menjadi istri muda, walaupun Alfian masih gagah dan tampan, orang kaya sih, tapi kan tetap saja istri kedua, yang harus berbagi dengan Istri pertama-nya.

Tapi mau dibilang apa jika Dinda-nya keukeh, bapak dan ibunya juga setuju dengan terpaksa.

" Jadi kamu di belikan mobil ? "

Dinda mengangguk.

" Apa kegiatan kamu disana ? "

" Dirumah saja, tapi mulai lusa, Dinda akan bekerja jadi sekretaris pribadi-nya, dari pada Dinda bengong di rumah "

Agam menatap Dinda dengan menautkan kedua alisnya menyatu, dahinya berkerut dalam, dia juga seorang pria, tahu apa yang ada dipikiran sesama pria.

Pria itu mulai memenjara kebebasan Dinda dengan kuasanya.

Merengkuh bahu Dinda, mengecup puncak kepala adiknya dengan sayang.

" Mereka memperlakukan dirimu dengan baik 'kan Din ? "

Dinda mengangguknya kepalanya.

Pak Dwi dan Bu Dian hanya mendengarkan percakapan kedua anaknya, mata mereka tetap menatap ke layar televisi, tetapi pikiran mengembara ke mana mana, berusaha membayangkan bagaimana hari hari yang Dinda jalani di rumah suaminya.

" Bang "

Dinda mendorong dada abangnya agar menjauh.

Agam hanya menggoyangkan dagunya.

" Saka anak Bu Dewi "

" Hah ? "

...******...

...🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kenapa dgn nonik??apa emg benar Saka selingkuh dgn nonik??terus Saka marah saat tau Dinda nikah dgn papanya..

2023-02-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Dihh ngapain kepo banget,mau nginap di mana juga kan kamu mencatikan jodoh suami kamu utk urusan ranjang,terus kenapa sikap kamu sekarang kayak posesif gitu..🤦🏻‍♀️🤦🏻‍♀️

2023-02-24

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Gak harus di tanya juga harusnya kamu dudah tau,,

2023-02-24

0

lihat semua
Episodes
1 1. Prolog
2 2. Bandot tua
3 3. Bukan urusanmu
4 4. Takut khilaf
5 5. Datangnya suka lama
6 6. Don't call me uncle
7 7. Hai Mama
8 8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9 9. Sekalian nanti malam
10 10. Ingin pulang
11 11. Ternyata mesum juga
12 12. Gadis dibawah umur
13 13. Sepi tanpa Dinda
14 14. Aku sudah merindukan mu
15 15. Jangan jatuh cinta
16 16. Apakah dia hamil ?
17 17. Kau lupa kedudukanmu
18 18. Kau jatuh cinta nya ?
19 19. Memilih Pergi
20 20. Ide gila
21 Pengumuman.
22 Om Sam ( 1 )
23 Om Sam ( 2 )
24 Om Sam ( 3 )
25 Om Sam ( 4 )
26 Om Sam ( 5 )
27 Om Sam ( 6 )
28 Om Sam ( 7 )
29 Om Sam ( 8 )
30 Om Sam ( 9 )
31 Om Sam ( 10 )
32 Om Sam ( 11 )
33 Om Sam ( 12 )
34 Om Sam ( 13 )
35 Om Sam ( 14 )
36 Om Sam ( 15 )
37 Om Sam ( 16 )
38 Om Sam ( 17 )
39 Om Sam ( 18 )
40 Om Sam ( 19 )
41 Om Sam ( 20 )
42 Om Sam ( 21 )
43 Om Sam ( 22 )
44 Om Sam ( 23 )
45 Om Sam ( 24 )
46 Om Sam ( 25 )
47 Om Sam ( 26 )
48 Om Sam ( 27 )
49 Om Sam ( 28 )
50 Om Sam ( 29 )
51 Om Sam ( 30 )
52 Om Sam ( 31 )
53 Om Sam ( 32 )
54 Om Sam ( 33 )
55 Om Sam ( 34 )
56 Om Sam ( 35 )
57 Om Sam ( 36 )
58 Om Sam ( 37 )
59 Om Sam ( 38 )
60 Om Sam ( 39 )
61 Om Sam ( 40 )
62 Om Sam ( 41 )
63 Om Sam ( 42 )
64 Om Sam ( 43 )
65 Om Sam ( 44 )
66 Om Sam ( 45 )
67 Om Sam ( 46 )
68 Om Sam ( 47 )
69 Om Sam ( 48 )
70 Om Sam ( 49 )
71 Om Sam ( 50 )
72 Om Sam ( 51 )
73 1.
74 2
75 3.
76 4
77 5
Episodes

Updated 77 Episodes

1
1. Prolog
2
2. Bandot tua
3
3. Bukan urusanmu
4
4. Takut khilaf
5
5. Datangnya suka lama
6
6. Don't call me uncle
7
7. Hai Mama
8
8. Lebih baik berbagi dari pada kehilangan
9
9. Sekalian nanti malam
10
10. Ingin pulang
11
11. Ternyata mesum juga
12
12. Gadis dibawah umur
13
13. Sepi tanpa Dinda
14
14. Aku sudah merindukan mu
15
15. Jangan jatuh cinta
16
16. Apakah dia hamil ?
17
17. Kau lupa kedudukanmu
18
18. Kau jatuh cinta nya ?
19
19. Memilih Pergi
20
20. Ide gila
21
Pengumuman.
22
Om Sam ( 1 )
23
Om Sam ( 2 )
24
Om Sam ( 3 )
25
Om Sam ( 4 )
26
Om Sam ( 5 )
27
Om Sam ( 6 )
28
Om Sam ( 7 )
29
Om Sam ( 8 )
30
Om Sam ( 9 )
31
Om Sam ( 10 )
32
Om Sam ( 11 )
33
Om Sam ( 12 )
34
Om Sam ( 13 )
35
Om Sam ( 14 )
36
Om Sam ( 15 )
37
Om Sam ( 16 )
38
Om Sam ( 17 )
39
Om Sam ( 18 )
40
Om Sam ( 19 )
41
Om Sam ( 20 )
42
Om Sam ( 21 )
43
Om Sam ( 22 )
44
Om Sam ( 23 )
45
Om Sam ( 24 )
46
Om Sam ( 25 )
47
Om Sam ( 26 )
48
Om Sam ( 27 )
49
Om Sam ( 28 )
50
Om Sam ( 29 )
51
Om Sam ( 30 )
52
Om Sam ( 31 )
53
Om Sam ( 32 )
54
Om Sam ( 33 )
55
Om Sam ( 34 )
56
Om Sam ( 35 )
57
Om Sam ( 36 )
58
Om Sam ( 37 )
59
Om Sam ( 38 )
60
Om Sam ( 39 )
61
Om Sam ( 40 )
62
Om Sam ( 41 )
63
Om Sam ( 42 )
64
Om Sam ( 43 )
65
Om Sam ( 44 )
66
Om Sam ( 45 )
67
Om Sam ( 46 )
68
Om Sam ( 47 )
69
Om Sam ( 48 )
70
Om Sam ( 49 )
71
Om Sam ( 50 )
72
Om Sam ( 51 )
73
1.
74
2
75
3.
76
4
77
5

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!