" Pa "
Alfian yang sudah mengangkat tangannya hendak mengetuk pintu kamar Dinda jadi menggantung di udara
Saka mengusap belakang kepalanya.
" Apakah Dinda akan melanjutkan pendidikannya ? "
Dahi Alfian berkerut dalam.
Akrab sekali cama menyebutnya.
" Maksud aku, istri muda Papa "
Saka sedikit tersenyum mengejek.
" Terserah padanya "
Saka mengangguk anggukkan kepalanya.
" Apa aku nanti bakalan punya adik ? "
Aish, pertanyaan apa ini.
Saka ingin menampar mulutnya sendiri.
Alfian tahu jika Saka sedang menghalang halangi dirinya untuk masuk ke dalam kamar Dinda.
Alfian menatap tidak suka ke arah Saka, ia tahu Saka sedang mencari cari cara menunda Alfian menikmati malam pengantinnya.
Mendapat tatapan tajam dan ketidak sukaan dai Papanya, dengan berat hati, Saka melangkah menuju ke kamarnya sendiri.
Alfian mengatur napas sebelum masuk ke dalam kamar Dinda, hingga ia lupa mengetuk pintu.
Alfian mengedarkan pandangannya menyapu seluruh isi kamar, tatapannya berhenti di atas ranjang, alas kasur berwarna baby blue bersih, ah alasnya sedikit kusut karena Dinda sudah berbaring tiduran di atas ranjang.
Matanya kembali menyipit tidak suka, ia akan menegur Mbak Nana besok, kenapa perintahnya diabaikan.
" Ba - bapak, ka kapan masuk ? "
Tanya Dinda tergagap keluar dari kamar mandi, mengenakan stelan piyama katun bermotif Hello Kitty di bagian depan.
Alfian ingin tertawa, tetapi kuatir akan menyinggung Dinda.
" Belum lama, kamu sudah mengantuk ? "
Ini kali pertama keduanya berkomunikasi tanpa ada orang lain, sebelumnya juga belum pernah selain berkenalan.
Dinda hanya diam, bagaimana dia bisa mengatakan mengantuk, sekarang baru jam delapan.
" Duduk sini ! "
Alfian menepuk nepuk tempat disebelahnya.
Dinda belum bergerak, matanya masih menatap tempat yang Alfian tunjuk.
" Saya cuma mengobrol, belum untuk...." Bibir Alfian membentuk lengkungan.
Karena Dinda terus berdiri di depan pintu kamar mandi, Alfian yang justru berdiri mendekati Dinda.
Jantung Dinda berdetak kencang, ia takut Alfian berbuat macam macam padanya.
" Jangan takut ! "
Dicekal-nya pergelangan tangan Dinda, dibawanya duduk.
Dinda duduk dengan terus menundukkan kepalanya.
" Ekhem "
Alfian berdehem pelan
" Jangan panggil saya Bapak, saya suami kamu " Alfian terus menatap Dinda.
Jiwa ke-laki laki-an Alfian mulai memberontak.
Menatap Dinda lekat lekat, usia yang masih sangat muda, dan tentu saja cantik, segar dan menggemaskan.
Alfian yang sudah lebih dari tiga tahun tidak mendapatkan nafkah batin dari Dewi, ingin memakan habis perempuan muda yang ada dihadapannya itu.
Tetapi sisi hatinya yang lain menahannya. Walaupun Dinda sudah sah menjadi istrinya, jika Alfian terburu buru, pasti Dinda akan takut.
Pandangan Alfian jatuh pada bibir Dinda yang sedikit bervolume, pelan ia menelan salivanya.
" Jadi, Dinda harus panggil apa ? "
Pelan Dinda mengangkat kepalanya, sedikit memberanikan diri menatap wajah Alfian yang belum berani Dinda menatapnya secara langsung kecuali curi curi atau melirik.
" Terserah kamu asal jangan Bapak, Ayah, Papa,Om, Paman, apalagi Mama atau Tante "
Dinda melongo, Eh, Pak suami, ternyata banyak bicara.
Dinda geli sendiri ketika menyebut suami.
" Abang, boleh ? "
Masya Alloh, Dinda ? Bibirmu lemes bener
" Itu terlalu manis, ntar saya diabet "
Nah Lho, Alfian kok ikut ikutan alay, kalau dengar Saka, dia bisa darah tinggi karena Papanya lebih pandai merayu ketimbang dirinya.
Dia sudah matang, pengalamannya segudang.
" Jadi apa dong ? "
Jangan lupakan suara Dinda yang sedikit nmanja
Sepertinya Dinda sudah tidak takut lagi.
" Mas, kalau kamu tidak keberatan "
Alfian yang terus menolehkan kepalanya kesamping menantap Dinda, menggerakkan kepalanya menatap ke langit langit kamar.
Alfian tidak ingin terus menatap Dinda yang malu malu balik menatapnya, dimata Alfian itu terlalu menggemaskan, Alfian takut khilaf.
Pantasan saja beberapa temannya yang sama sama pengusaha kelas menengah ke atas, hampir semua memiliki Sugar Baby, rupanya seperti ini rasanya, seperti kembali ke masa masa remaja.
Salah satu temannya ada yang menyarankan agar Alfian juga memiliki Sugar Baby, temannya bahkan memiliki dua Sugar Baby sekaligus, padahal istrinya juga cantik
" Hidup ini harus dinikmati, Al, apa gak bosen makan nasi terus, sekali sekali makan roti dan keji "
Ujar temannya ngakak.
Alfian cukup setia pada Dewi, walaupun ia sudah tidak lagi mendapatkan apa yang Alfian hutuhkan untuk memenuhi kebutuhan biologisnya.
Sampai Dewi sendiri yang mencarikan istri muda untuknya.
Pria mana yang bisa menolak, begitu juga dengan Alfian.
" Baiklah "
Suara pelan dari bibir Dinda yang sudah memporak porandakan pertahanan Alfian sampai ketelinga Alfian.
" Coba panggil saya ! "
Dinda menggeleng gelengkan kepalanya, ia tidak menyadari jika perbuatannya semakin menggemaskan di mata Alfian.
Alfian sudah tidak tahan.
Sekarang dia benar benar faham kenapa teman temannya pada gila dan lupa diri jika sudah bersama Sugar Baby-nya.
Alfian berdiri, dia tidak mau berlama lama duduk berdekatan dengan Dinda, apalagi di dalam kamar, hanya berdua.
" Kamu sudah ngantuk ? Saya akan kebawah, atau kamu mau saya...."
Alfian berdehem sebentar.
" Tidur disini ? "
Alfian menatap lekat lekat pada manik mata Dinda, ada kepanikan disana, Alfian tahu jika Dinda belum siap.
Jantung Dinda berdetak kencang.
" Din-Dinda sedang datang bulan"
Jawabnya tergagap.
Alfian tertawa kecil, ia tahu Dinda berbohong.
" Baiklah, tidurlah ! Selamat malam "
Alfian dengan langkah ragu menjejakkan kakinya melangkah ke luar, ingin rasanya ia tidur bersama Dinda malam ini, hanya tidur, bagaimana rasanya tidur dengan gadis remaja, memeluknya, menciuminya diam diam, mungkin, ketika gadis itu sudah tertidur nyenyak.
Pikirkan terkutuk Alfian sudah berkelana pada hal hal yang berbau erotis.
Hingga tanpa sadar kakinya sudah berada di depan pintu kamar dirinya dan Dewi.
Dewi yang belum bisa memejamkan matanya karena membayangkan apa yang Alfian lakukan pada Dinda, sedikit mengerutkan dahinya ketika menyadari Alfian masuk kedalam kamar, tetapi tetap memejamkan matanya berpura pura sudah tertidur.
Apakah Dinda belum mau disentuh oleh Alfian ? Kenapa malam ini dia masih tidur disini ?
Alfian berbaring diam disebelah Dewi, Kembali mengingat bagaimana menggemaskan istri mudanya itu.
Biarlah untuk saat ini aku berkhayal saja dulu.
Bisik Alfian dalam hati dengan senyum yang selalu tersemat pada bibirnya.
...*******...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Cihh dasar lelali ya..Sewaktu di suruh nikah sok soan jual mahal,,sekarang apa,malah uring uringan sendiri..😂😂😂😜😜
2023-02-24
0
Yayoek Rahayu
oo..gitu
2022-03-12
0
Yayoek Rahayu
😀😀😀
2022-03-12
0