" Paman, kita mau kemana ? "
Dinda celingukan seperti anak yang baru diculik.
Astagfirullah, gadis ini betul betul menguji kesabaranku.
" Pagi tadi 'kan sudah diberitahu, kalau kita mau membeli barang yang kami janjikan "
" Tapi Dinda belum bisa nyetir, Paman "
Alfian hanya bisa menghembuskan napas kuat, selain menggemaskan, dia juga menjengkelkan.
" Setelah dari sana, kita cari kursus setir mobil "
" Paman 'kan bisa ngajarin Dinda "
Ops, Mulut-mu, Din !
Alfian melirik tajam.
" Kamu kira saya pengangguran yang memiliki banyak waktu, sehingga bisa mengajari kamu setir mobil ? "
Sembur Alfian
" Maaf, Paman ! Dinda cuma asal bicara "
Dinda menunduk, ia sedikit takut melihat Alfian yang terlihat jengkel.
Pak tua ini kenapa Galak sekali.
" Jangan panggil saya 'Paman' ! Gak enak mendengarnya "
Alfian masih dalam mode galak.
" Paman bilang tadi pagi terserah asal jangan manggil kakek "
" Malam tadi saya sudah menyuruh kamu memanggil ' Mas ' bukan ? "
Yaelah, pandai sekali dia bersandiwara.
" Kamu mau mengatakan saya pandai bersandiwara ? Bukankah kamu yang memulainya ? "
Kok bisa dia tahu Dinda mau ngomong apa. Eh, tunggu dulu ! Maksudnya Dinda yang memulai itu apa ya ?
Melihat dahi Dinda mengkerut, Alfian menjadi berpikir, apakah perlu istri mudanya ini dipaksa kuliah atau tetap di biarkan saja rada rada, biar gampang sedikit di akal akali.
" Sudah ingat kebohongan apa yang kamu buat malam tadi ? "
Dinda cengengesan
" Maaf Paman, Dinda belum siap, kita kan belum akrab "
Mulai pandai ngeles Dinda.
" Don't call me uncle ! "
" Kalau Mas atau Abang, gak pantes, Dinda masih muda dan Paman ....."
" Saya sudah tua begitu ? Sudah tahu saya sudah tua, kenapa kamu mau menikah dengan saya ? Kamu mau menerima tawaran Dewi karena mau balas dendam dengan cowok kamu yang pengkhianat itu ? Bukankah itu konyol ? "
Dinda bengong.
Ya Alloh....Pak tua ini ternyata bawel juga.
Dinda terkikik dalam hati.
Andai saja kau tahu Paman, jika laki laki yang baru kau maki itu putramu sendiri ? Dinda jamin, kau pingsan Paman.
Dinda hanya berani mencibir dalam hati.
" Terserah Paman saja dech ! "
" Paman "
Alfian merapatkan giginya geram.
" Memangnya kenapa kalau Dinda manggil Paman ? Gak masalah 'kan ? Kecuali Dinda manggil nama, baru gak sopan "
Dinda tetap ngeyel.
" Kesannya saya Om Om senang, kamu faham gak ? Jika kamu masih memanggil saya, Paman, saya cium kamu "
Ancam Alfian
Dih, akal bulus Alfian mulai jalan.
" Jangan Paman, itu dos..."
Dinda tidak jadi melanjutkan ucapannya, ia lupa statusnya sekarang apa.
" Mau bilang dosa ? Kamu lupa jika kamu itu istri saya, terserah saya mau ngapain juga tidak ada yang melarang "
Omelan Alfian berhenti, mobil yang Alfian kendarai sudah sampai ke salah satu showroom penjualan mobil.
" Paman, apa tidak lebih baik mencari kursus setir mobil dulu "
Dinda berkata pelan.
" Beli saja dulu, biar kamu semangat khususnya " Jawab Alfian juga berbisik.
Seorang Salesman mendatangi Alfian dan Dinda.
" Selamat siang Bapak, Adik, Ada yang bisa saya bantu, Bapak ? "
Sambutnya dengan sangat ramah.
Alfian membalas sapaan Abang seles dengan datar, efek masih jengkel pada Dinda.
" Pilihlah Din, kamu mau yang seperti apa "
" Oh untuk putrinya ya, Pak, kalau untuk adik yang cantik ini, cocoknya..."
" Dia bukan anak saya tetapi istri saya " Sembur Alfian mulai tidak suka dengan karyawan showroom yang melayaninya gara gara mengatakan Dinda putrinya.
Dinda meringis, antara malu dan merasa tidak enak hati.
Si Abang sales menatap Alfian dan Dinda secara bergantian.
Antara percaya dengan tidak.
Gadis ini terlalu muda untuk disebut sebagai istrinya, apakah ia menjadi gadis peliharaan Om Om genit ?
Orang orang sekarang menyebut sugar Baby, tetapi biasanya kalau sugar Baby diajak membeli mobil, tingkahnya pasti manja, bergelayut atau kecentilan seperti ulet keket.
Dan pria yang memeliharanya juga akan memanjakan, memanggil sayang atau baby, lupa usia padahal sudah bau tanah.
Lah ini ? Si Om-nya justru sedikit sewot, gak ada mesra mesranya.
Eh, Si Abang Sales bukannya melayani Dinda yang terus berjalan mengelilingi Mobil warna merah, justru fokus menganalisa.
Kenapa gak pilih yang mahal sekalian Din, mumpung di suruh memilih.
Namanya juga Dinda anak dari keluarga sederhana, mobil yang biasa di pakai anak anak muda kebanyakan, itu sudah mewah bagi Dinda.
Hanya satu itu yang Dinda lihat dan Dinda pilih, untuk yang lain Dinda tidak tahu dan tidak mau tahu.
Si Abang sales yang terus-menerus menatap Dinda, membuat Alfian sewot tetapi Alfian masih menjaga wibawanya.
...*****...
" Kamu menjual dirimu hanya untuk mobil murahan ini, Din ? "
Ejek Saka melihat mobil yang dibelikan Alfian tadi, barusan di antar oleh pihak dealer.
" Aku tidak menjual diriku, aku menikah secara sah menurut agama dan hukum yang berlaku, apa perlu aku perlihatkan buku nikahnya padamu "
Dinda mendengkus sebal.
Ia benci pada Saka yang sudah mengkhianati dirinya tetapi cinta itu juga masih ada.
Yang membuat Dinda merasa keputusan yang diambilnya adalah salah karena Dinda tidak bisa membalas dendam, bagaimana mau balas dendam, ternyata Saka menjadi anak tirinya.
Pengen rasanya Dinda nyicipi rasa sianida itu seperti apa.
Jangan Din, ntar mati lho.
Saka tertawa mengejek.
" Din, yang kamu nikahi itu Papaku, bisa kamu bayangkan seandainya Papa dan Mamaku tahu bahwa kita pernah berpacaran selama tiga tahun, dan kamu sangat mencintai aku, apakah Papaku masih mau denganmu dan Mama bersedia menerima mu menjadi madunya "
Dinda diam saja, dia benar benar dongkol dengan Saka.
" Makanya Din, kamu jangan bangga karena sudah menikahi Papaku "
Merasa semakin kesal dengan ejekan Saka, Dinda menendang tulang kering kaki Saka.
" Auw "
Jerit tertahan Saka dengan wajah memerah.
Dinda tersenyum miring.
" Awas kau, Din ! "
Saka masih meringis memegangi kakinya.
Dinda tersenyum bahagia, tetapi tidak lama, hanya beberapa detik karena Alfian dan Dewi ikut bergabung dengan Saka dan Dinda menatap mobil Dinda yang masih sangat mulus.
" Kamu kenapa, Sa ? "
Dewi melihat Saka yang masih meringis menahan sakit di kakinya
" Enggak Ma, tadi kesandung kursi "
" Hah ? "
" Sudah gak sakit kok, Ma "
Sembari menatap sengit ke arah Dinda.
Dinda mencibir
Saka dan Dinda sama sama tidak tahu jika interaksi diam diam keduanya di perhatikan oleh Alfian.
Alfian masuk ke dalam, keruang kerjanya.
Menimbang nimbang sebentar, apakah dia perlu menyelidiki siapa Dinda yang sebenarnya ? Alfian mulai curiga jika Dinda dan Saka sudah lebih dahulu saling mengenal, terlihat dari keduanya seperti dua orang yang saling bermusuhan.
Alfian mengambil Gawai-nya yang berada di dalam saku celana.
📞.........
" Bisa kau carikan informasi seorang gadis, dia bersekolah di SMU xxx baru tamat tahun ini, Dinda Syakira namanya "
📞.........
" Aku tunggu informasi secepatnya "
Bibir Alfian membentuk seringaian kecil.
...*****...
...🌸🌸🌸🌸🌸🌸🌸...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Kamu salah Dinda,,justru Saka anaknya kamu bisa balas dendam,bermesraanntiap hari depan Saka,pasti Saka kebakaran jenggot,,Hadeehh🤦🏻♀️🤦🏻♀️
2023-02-24
0
Qaisaa Nazarudin
Hadeh ini sales lg ngompirin🤣🤣🤣🤣
2023-02-24
0
Yayoek Rahayu
😁😁😁
2022-03-12
0