Bab 20. The Man Who Can't be Moved

The Man Who Can't be Moved

(Pria yang tak mau pergi)

-diambil dari judul lagu milik The Script, band rock asal Dublin, Irlandia-

***

Jakarta

Tama

"Yen ku pandang gemerlap nang mripatmu

(Jika kulihat gemerlap di matamu)

Terpampang gambar waru ning atimu

(Ada gambar waru (hati) di hatimu)

Nganti kapan abot iku ora mok gugu

(Sampai kapan beban ini tak kamu pedulikan)

Mung dadi konco mesra mergo kependem cinta

(Hanya jadi teman mesra karena memendam rasa)

-Nella Kharisma, Konco Mesra-

Suara musik dan alunan lagu yang berasal dari Duo Lebah Madu kian terdengar jelas. Memenuhi keseluruhan udara di ruangan pantry.

Namun ia masih terpaku di tempat. Memperhatikan Pocut yang kini tengah membersihkan tumpahan air panas di punggung tangan dengan menggunakan selembar tissue.

"Pak?" Devano kembali memanggil namanya.

Tapi ia mengangkat tangan kiri. Meminta Devano agar diam.

Ia masih memperhatikan Pocut. Yang saat ini kembali mengisi cangkir dengan air panas dari dispenser.

Kakinya hampir maju selangkah. Sebab gerakan tangan Pocut yang menekan tombol bertuliskan "HOT" terlihat gugup dan gemetaran. Ada rasa khawatir kejadian yang sama kembali terulang, Pocut tersiram air panas.

"Pak Dandim sudah menunggu di conv ...."

Ia kembali mengangkat tangan kiri. Sambil menoleh ke arah Devano dengan kesal.

"Di convention hall. Bapak harus ke sana sekarang ju ...."

Namun rupanya Devano tak kunjung mengerti. Membuatnya terang-terangan memberi tatapan penuh peringatan.

"Bapak ditung ...." Devano tak melanjutkan kalimat. Demi melihat ekspresi kesal yang memenuhi air mukanya. Ditambah kilatan amarah yang menguasai sorot matanya.

"Maaf ...." Devano menganggukkan kepala dengan hormat. Baru memahami jika harus menutup mulut dan tak mengacaukan situasi.

Bertepatan waktunya dengan Pocut yang mengulurkan cangkir kopi padanya.

"Tadi Pak Raka meminta membuat kopi untuk ...." Pocut terlihat semakin gugup. Seperti kebingungan hendak menyebutkan namanya dengan cara seperti apa.

Pak? Mas? Anda?

Hell yeah!

Namun sebelum Pocut kembali berkata. Di luar kendali tangannya telah terulur dengan sendirinya. Mengambil alih cangkir berisi kopi panas dari tangan Pocut.

"Terima kasih," gumamnya kaku.

Pocut mengangguk.

Dengan tanpa permisi apalagi berbasa-basi, Pocut beranjak dari hadapannya. Berjalan cepat menyeberangi ruangan pantry dengan kepala tertunduk. Melewati Devano yang masih terbengong-bengong di depan pintu dengan wajah kebingungan.

"Sungguh sayang aku tak bisa langsung mengungkapkan

Perasaan yang ku simpan buat ku tak tenang"

-Nella Kharisma, Konco Mesra-

Suara serak serak basah nan seksi milik Duo Lebah Madu yang mampir di telinga, serta merta berhasil memulihkan kesadaran diri.

Dengan dahi yang masih berlipat, ia segera berjalan menuju pintu keluar. Menyerahkan cangkir kopi yang masih menguapkan hawa panas ke tangan Devano.

"Jaga baik-baik!" gumamnya sambil lalu. "Saya minum setelah bertemu dengan Dandim."

Kemudian melangkah melewati Devano yang terlihat bertambah bingung.

"Jangan sampai orang lain menyentuh cangkir itu!" ujarnya seraya membalikkan badan. Sekaligus memberi tatapan memperingatkan.

Mulut Devano sudah setengah terbuka. Mungkin ingin bertanya. Tapi ujungnya tetap mengangguk dengan hormat. Mengiyakan perintah randomnya.

"Siap, Pak."

"Ini tugas negara! Jangan kecewakan saya!" gumamnya lagi sembari menahan senyum.

Kemudian melanjutkan langkah menuju convention hall. Meninggalkan Devano di belakang. Pastinya sedang terbengong-bengong kebingungan usai mendengar kalimat absurdnya.

***

Pocut

Ia mengayunkan langkah kaki secepat mungkin meninggalkan pantry. Sembari mengembuskan napas lega berulang kali. Berharap bisa sedikit menghalau rasa gugup, yang sejak beberapa menit lalu berhasil membuat jantungnya berdetak lebih cepat seolah sedang berkejaran.

Kenapa jantungnya bisa berdegup lebih kencang?

Ia menggelengkan kepala. Benar-benar tak habis pikir dengan reaksi aneh yang menguasai diri. Sekaligus merasa malu. Meski malu entah ditujukan pada siapa.

Namun yang pasti, tak sengaja bersua lalu bersitatap dengan orang yang paling tak ingin ditemui, telah berhasil membuat suasana hatinya berubah jadi tak menentu.

Ia jelas sangat menghindari kakak ipar Agam yang satu itu. Bahkan jikalau memungkinkan, mereka berdua jangan sampai bertemu lagi. Sebab bayangan tentang momen memalukan yang pernah terjadi di rumahnya, tak kunjung hilang dari ingatan.

Saat bagaimana kain roknya tersingkap ke atas. Disusul hangatnya selimut yang menjalar di sepanjang kakinya. Semua masih bisa dirasakan hingga saat ini. Ditambah orang itu berhasil melihat keseluruhan dirinya tanpa hijab.

Memikirkan hal menjengkelkan tersebut membuatnya kembali menggelengkan kepala dengan hati menggondok campur malu. Sebab satu-satunya pria dewasa yang pernah melihat rambut tergerainya hanyalah Bang Is seorang. Kecuali Agam tentu saja. Saat masih anak-anak dan belum baligh. Tapi Agam jelas tak masuk hitungan untuk masalah ini.

"Udah ... bikin kopinya?" tanya Bu Amalia, sang manajer keuangan. Begitu melihatnya masuk ke ruang administrasi dan keuangan.

Ia mengangguk, "Sudah, Bu."

Yang mendapat tugas dari Pak Raka untuk membuat kopi sebenarnya Mas Winarto, office boy kantor. Tapi Mas Win sedang disuruh Bu Amalia pergi mengambil dokumen di Raja Raos cabang Kemang.

"Cut, kamu saja yang bikin kopi," ujar Bu Amalia beberapa menit lalu, ketika ia baru kembali dari ruangan Pak Raka.

"Nanti antar ke ruangan Pak Raka," lanjut Bu Amalia tanpa menoleh ke arahnya.

Selama ini ia tak pernah menolak pekerjaan apapun yang diberikan padanya. Meski tak ada kaitannya dengan tugas pokok sebagai sekretaris direksi. Seperti membuatkan teh setiap pagi untuk Bu Amalia dan staf keuangan yang lain misalnya.

Tapi membuatkan kopi untuk orang itu, lalu diantarkan ke ruangan Pak Raka. Ia mungkin harus menola ....

"Cepet buatin!" seruan gemas Bu Amalia berhasil mengagetkannya. "Udah ditungguin sama Pak Raka."

Ia menelan ludah dengan gugup. Keberanian untuk menolak perintah Bu Amalia langsung menguap tak bersisa.

Dan kejadian selanjutnya tak kalah memalukan dibandingkan dulu. Sapaan bersuara bass dalam sekejap berhasil membuyarkan konsentrasinya. Mengacaukan keseimbangan gerak tangan dan pikirannya. Hingga tanpa sengaja tersiram air panas yang berasal dari dispenser.

Kini ia tengah meniupi punggung tangan yang kulitnya perlahan berubah memerah mulai melepuh. Disertai rasa panas yang semakin menggigit.

Tapi ini bukan masalah besar. Tersiram air panas atau terkena cipratan minyak panas dan hal sejenis lainnya, sudah menjadi hal biasa baginya yang seumur hidup berkutat di dapur. Tak harus diobati, nanti juga sembuh sendiri.

Tapi kehadiran orang itu di sini? Di Jakarta?

"Itu Pak Tama yang punya Selera Persada. Bos dari segala bos hehehehe ...." jawab Luky ketika ia bertanya, mengapa orang itu bisa berada di sini.

"Gossipnya baru pindah ke Jakarta," sambung Luky.

"Pindah?" ia mengernyit.

Luky mengangguk mantap, "Kenapa, Bu? Pak Tama ganteng ya? Hehehehe ...."

"Hampir semua cewek yang kerja di sini ngefans sama Pak Tama," bisik Luky lagi. "Dibanding Pak Raka yang emosional atau Pak Sada yang hidupnya sempur ...."

"Apakabar semuanya?"

Sebuah sapaan berhasil membuat seluruh mata tertuju ke arah pintu masuk.

"Tuh orangnya datang," gumam Luky. "Panjang umur Pak Tama ...."

Ia menelan ludah dan langsung berpura-pura sibuk di belakang meja. Sementara hampir semua orang di dalam ruangan, kini riuh menjawab sapaan Tama dengan antusias.

"Baik, Pak ...."

"Pak Tama apakabarnya? Makin seger aja nih, Pak?"

"Kantor barunya yang di mana, Pak?"

"Bisa sering mampir ke sini dong, Pak."

"Pak Tama ... kita bisa foto bareng sama Duo Lebah Madu nggak?" permintaan tanpa tedeng aling-aling Luky berhasil memancing gelak tawa semua yang ada di sana.

Kecuali dirinya. Sebab sedang merasa kebingungan harus melakukan apa agar terlihat sibuk dan tak peduli.

"Yang mau foto sama artis bisa minta ke Devano," jawab Tama tenang sambil meraih kursi yang tersimpan tak jauh dari pintu masuk.

Entahlah. Tapi ini benar-benar sebuah kebetulan yang cukup menjengkelkan. Sebab mejanya menjadi yang berjarak paling dekat dengan pintu masuk.

Dengan tanpa canggung sedikitpun, kini Tama telah menyimpan kursi tepat di hadapannya. Kemudian meletakkan secangkir kopi ke atas meja. Membuatnya kian menundukkan kepala dalam-dalam.

"Pak Devano yang mana orangnya, Pak?" tanya Nadia dengan penuh semangat. "Kalau masih single boleh dong Pak ... kenalin ke kita kita ...."

Tama tertawa, "Cari aja yang paling ganteng."

"Wah, asyiiiik!" Nadia bersorak kegirangan. "Gantengan mana sama Bapak?"

Tama makin tergelak. Tapi bukannya menjawab selorohan Nadia. Tama justru melihat ke arahnya sembari bergumam, "Gimana tangannya?"

Ia menelan ludah sebelum menjawab singkat, "Baik."

"Udah diobati?"

Ia mengangguk. Terpaksa berbohong.

"Lho ... Pak Tama udah kenal sama Bu Cut?" tanya Bu Amalia dengan penuh selidik. "Kok bisa?"

"Kami kan saudara," jawab Tama enteng, tanpa merasa jengah ataupun ragu.

"Oh ...." gumaman terkejut orang-orang langsung menggema memenuhi ruangan.

"Saudara ipar ...." sambung Tama dengan ketenangan yang luar biasa.

"Oh ... ternyata ...." orang-orang kembali terkejut. Sebagian bahkan mulai saling berbisik satu sama lain.

Membuatnya kian merasa tersudut. Sebab, ia memang tak pernah menceritakan asal-usulnya pada penghuni di ruang administrasi dan keuangan. Bahkan mungkin hanya manajer HRD yang mengetahui informasi lengkap tentang dirinya.

Selama ini orang-orang di sekitar sering saling berbisik, mencurigai keberadaannya yang tak memiliki kecakapan dalam berkerja tapi bisa menduduki kursi sekretaris direksi.

"Lho ... baru pada tahu?" suara Tama terdengar keheranan.

"Bu Cut mah pendiam, Pak," terang Nadia. "Jarang gabung sama kita-kita ...."

"Diajak gabung dong," Tama menimpali. Namun sambil melihat ke arahnya.

"Kamu ...."

Tululut! Tululut! Tululululut!

Ucapan Tama terpotong oleh bunyi telepon masuk.

"Baik, Pak," jawabnya mengiyakan permintaan Pak Raka.

Diiringi tatapan tajam Tama, dengan susah payah ia berusaha mengambil dokumen yang diminta oleh Pak Raka. Kemudian segera berlalu meninggalkan ruangan.

Begitu sampai di luar, ia masih bisa mendengar suara Tama yang bercanda dengan orang-orang di ruang administrasi keuangan. Terdengar semakin riuh dan gaduh. Namun ia bergegas menuju ruang direksi. Sambil berusaha keras menormalkan degup jantung yang makin tak beraturan.

"Saya minta materi meeting di Kemang besok. Tolong kamu ambil draftnya di ruang HRD ...."

Ia sedang mendengarkan baik-baik perintah Pak Raka. Ketika pintu ruang direksi terbuka disusul suara yang membuatnya hampir terlonjak.

"Tinggal dulu, Om!"

"Sukses, Tam!"

"Siap!"

Ketika ia kembali ke ruang administrasi keuangan, orang-orang terlihat tengah berkumpul di meja Rantika. Namun begitu melihatnya masuk, semua langsung membuang muka.

"Gue udah curiga dari dulu. Kok bisa tanpa kirim lamaran, tanpa tes, ujug-ujug bisa langsung kerja."

"Nepotisme masih ada gaes ...."

"Hari gini masih pakai orang dalem ... kaciaaan deh lo!"

"Asal punya skill, it's okay lah. Yang parah itu kalau unskilled (tak terdidik) plus untrained (tak terlatih) tapi nggak tahu malu."

"Dasar muka tembok!"

"Mimpi apa kita bisa sekantor sama buibu gaptek."

"Iyuh banget ih!"

Telinganya mendengar dengan baik semua obrolan yang terjadi di meja Rantika. Dan itu berhasil membuat kegugupannya kembali meningkat. Ia bahkan sampai menjatuhkan sejumlah file yang sedang dipilah-pilah di atas meja.

Namun usai mengambil file yang terjatuh, rasa gugup justru kian melanda. Ketika tanpa sengaja matanya tertumbuk pada benda di atas meja.

Membuatnya tanpa sadar mengembuskan napas panjang. Demi melihat cangkir yang tadi diletakkan oleh Tama kini telah kosong. Hanya menyisakan ampas kopi yang tertinggal.

***

Tama

Dandim hanya berkunjung sebentar. Membuatnya bisa segera menyambangi ruang administrasi keuangan. Tempat di mana ia sempat melihat sosok Pocut berada.

Sayangnya tak ada kesempatan untuk bertanya banyak hal. Pocut bahkan pergi meninggalkannya terlebih dahulu.

Kekesalannya kian bertambah, ketika membuka pintu ruang direksi dan melihat Pocut berdiri di samping meja Om Raka. Namun tak ada pilihan lain. Sebab ia harus segera kembali ke kantor.

Wait, what (tunggu, apa)?

Mengapa harus merasa kesal?

Sepertinya ada yang tak beres dengan dirinya.

"Apakabar, Obos!" seru Hadi, salah seorang pegawai lama. Ketika ia berjalan keluar menuju tempat parkir.

"Wah! Apakabar, Di?" ia berhenti sejenak untuk mengobrol dengan Hadi. "Lancar kerjaan?"

Hadi mengacungkan jempol, "Alhamdulillah, Bos! Lancar seperti air sungai yang mengalir."

Ia tertawa mendengar ungkapan berlebih Hadi.

"Saya punya tugas tambahan sekarang," pamer Hadi dengan senyum terkembang.

"Mantap. Apa tuh?"

"Antar jemput calon bininya Pak Raka," jawab Hadi makin sumringah.

"Siapa?" ia mengernyit.

"Calon bini Pak Raka. Pegawai baru yang cakep itu. Tiap hari saya yang antar jemput ...."

Rasa kesal yang awalnya mulai pudar, kini kembali muncul dan bertambah berkali lipat.

Tapi ia tak memiliki banyak waktu luang untuk membiarkan rasa kesal berlarut-larut. Sebab di malam hari, ia mengadakan acara syukuran dan ramah tamah untuk masuk ke rumah dinas baru.

“Puji syukur kita panjatkan kepada Allah, karena saya telah menempati rumah jabatan Kepolisian Resor," ucapnya saat memberi sambutan.

"Saya telah diberi amanah untuk melaksanakan tugas ke depan. Harapannya kita semua bisa bekerja sama dengan baik."

Acara yang dihadiri oleh perwira dan anggota serta Bhayangkari, Dandim, Danramil, sejumlah anggota Kodim dan Koramil, tokoh masyarakat, warga sekitar serta beberapa awak media ini dibuka dengan pengajian. Yang ceramahnya disampaikan oleh Ketua MUI kota.

Usai pengajian, acara ramah tamah berlangsung hangat. Semua tamu membaur menjadi satu. Dihibur oleh band dadakan yang personelnya terdiri dari para anggota.

"Mencintai kamu

Bisa-bisa membunuh diriku

Bikin patah hati

Terus langsung dicuekin

Mencintai kamu

Sama saja menggantung leherku

Bikin sakit hati

Terus langsung ditinggalin"

(Slank, Balikin)

Dendangan lagu Balikin dari Slank menjadi background malam yang semakin larut. Para tamu penting sudah banyak yang pamit pulang. Tinggal tersisa beberapa anggota dan awak media. Mereka masih asyik menikmati malam sambil menyaksikan penampilan band dadakan yang ternyata cukup menjanjikan.

"Balikin oh balikin

Hati gue kayak dulu lagi

Elo harus tanggung jawab

Kalau gue nanti, nanti mati"

(Slank, Balikin)

"Kusut amat, man," desis Armand. Satu-satunya sahabat yang bisa hadir di acara ramah tamah malam ini.

Prasbuana menetap di Aussie, Riyadh di Bandung, Rajas berhalangan sebab sibuk, sementara Wisak sore tadi masih berada di Padang. Tengah mengecek tambang emas milik Dikara Corp.

Ia tak menjawab. Lebih memilih untuk menyesap rokok dalam-dalam. Kemudian mengembuskannya perlahan.

Armand tadi datang bersama Salasika. Aktris A list yang film terbarunya digadang-gadang akan mampu meraih Piala Citra tahun ini.

Dan Salasika datang menggandeng temannya. Seorang model papan atas. Yang wajahnya sering ia jumpai di iklan produk bergengsi.

"Dia lagi kosong."

"Hah?" ia tak mengerti maksud dari ucapan Armand.

"Lavanya is available ...."

Ia hanya mendesis.

"Move on lah," tanpa diminta Armand mulai memasuki setelan problem solving. Ciri khas yang tak terbantahkan. "Wake up (bangun)."

"I'm working on it (aku sedang melakukannya)," jawabnya malas.

"Then ... how bout she (lalu bagaimana dengan dia)?"

"Who (siapa)?" ia mengernyit.

"Lavanya lah. Siapa lagi," Armand terlihat kesal dengan kelambatan proses berpikirnya.

Ia tertawa sumbang, "Sorry, not my type (maaf, bukan tipeku)."

Tapi Armand balas tertawa sambil menggelengkan kepala, "Lavanya jelas type lu banget. Gua tahu lu, Tam!"

Ia bergeming. Lebih memilih untuk asyik menikmati rokok daripada harus mendebat Armand. Sambil mengarahkan pandangan ke atas panggung. Di mana band dadakan masih terus menampilkan lagu yang easy listening.

"Kau terindah, 'kan selalu terindah

Aku bisa apa 'tuk memilikimu?

Kau terindah, 'kan selalu terindah

Harus bagaimana 'ku mengungkapkannya?

Kau pemilik hatiku"

(Armada, Pemilik Hati)

"Gua akui dia cantik," gumaman Armand memecah kesunyian di antara mereka berdua. "Tapi dia cuma wanita out of nowhere (entah dari mana)."

"Latar belakang keluarga, pergaulan, life style (gaya hidup) ...." Armand menggelengkan kepala. "Terlalu jauh jarak membentang."

"Gua termasuk orang yang nggak pernah percaya kisah Cinderella ala fairytale," lanjut Armand. "Hidup ini terlalu rumit."

"Sekelas elu yang bakal jadi jenderal ... harus pilih pasangan yang selevel."

"Nggak bisa asal falling love with someone (jatuh cinta dengan seseorang) terus lu main serbu," Armand kembali menggelengkan kepala.

"Sementara karier dan masa depan lu jadi taruhannya."

"Kita lagi ngomongin siapa?" tanyanya sambil lalu. Dengan pandangan yang tak bisa fokus pada satu titik.

"Your off limit woman (wanita terlarangmu)."

"Oh, shit (sialan)!" makinya sambil tertawa sumbang. Begitu menyadari jika Armand ternyata sedang membahas tentang Pocut.

***

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

Khan.... Khan...... tambah panas doi, di kipasin sibhadi, mkn gede apinya🤣🤣😉😉

2024-12-27

0

dyul

dyul

pas banget lagunya🤣🤣🤣🤣
kl gabut balik sini kangen pak pici

2024-12-27

0

dyul

dyul

hahaha..... yg di gibahin nongol, auto kliyengan🤣🤣🤣🤣

2024-12-27

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!