Renjana Senja Kala

Renjana Senja Kala

Bab 1. Turn Back Crime

Turn Back Crime

(Melawan kejahatan)

***

Surabaya, 02.39 WIB

Tama

Bruk!

Dari jarak sekitar dua meter, ia melempar kunci mobil ke atas meja makan sembarangan, meletakkan dompet beserta dua ponsel, lalu membuka tudung saji yang di dalamnya terdapat piring berisi ayam goreng serundeng, tahu, tempe goreng, semangkuk kecil sambal bajak, dan setoples kerupuk udang.

Tangannya terulur meraih sepotong tahu, melahapnya dalam satu suapan.Terasa hambar mungkin karena sudah dingin. Sembari mengunyah, matanya menangkap selembar kertas buku tulis yang tersimpan di bawah toples kerupuk. Bentukannya seperti kertas buku yang disobek terburu-buru, sebab bekas koyakan menimbulkan garis asimetris.

 --

Sayur lodeh ada di kulkas.

ttd,

Yu Adah.

--

Pasti sayur lodeh kesukaannya berisi serutan buah pepaya muda, labu, udang, dengan kuah kental yang lebih menyerupai kari daripada sayur lodeh.

Tapi sekarang sudah terlalu larut. Ia sama sekali tak berminat menyantap hidangan berkuah santan. Ia lebih tertarik mengambil pinggan tahan panas di pantry, mengisi dengan tiga potong ayam goreng serundeng, dan memasukkannya ke microwave. Sambil menunggu, ia meraih remote televisi lantas menyalakannya.

"Indonesian national team beaten Thailand national team, with score 3-1, in the friendly match at the Gelora Bung Karno (GBK) Stadium, Jakarta, on ...."

Ia memperhatikan layar televisi, mengamati Satria Abimanyu, striker muda andalan Indonesia menyarangkan dua gol ke gawang Thailand.

Ting!

Sembari terus memperhatikan layar televisi, ia beranjak menuju pantry, mengeluarkan ayam yang baru dipanaskan, kemudian mengambil sepiring nasi dan segelas air putih. Namun begitu kembali ke meja makan, televisi tak lagi menayangkan berita kemenangan timnas U-19.

"Anda sedang menyaksikan Metropolitan Malam."

Ia mulai menyantap hidangan dini harinya dengan lahap.

"Konglomerat Jusuf Parawihardja akhirnya bersedia tampil di depan publik, untuk menanggapi berita panas yang bergulir sejak dua pekan terakhir."

"Beberapa sumber menyebutkan jika sang taipan memiliki hubungan asmara dengan Cundamanik Larasati. Penyanyi muda berbakat Indonesian Sweetheart."

"Saya berbicara di sini atas nama pribadi ...."

Sesosok pria muncul di layar televisi.

"Saya tidak memiliki hubungan dengan Cundamanik."

"Jangan membuat berita mengada-ada. Saya ini sudah hampir 60 tahun. Sementara artis muda itu ... berapa usianya sekarang?"

"Saya lebih pantas menjadi ayah ketimbang kekasih."

Namun layar televisi justru menayangkan kebersamaan pria paruh baya tersebut dengan sang artis di berbagai acara privat kalangan jetset. Ia melanjutkan makan sembari sedikit menyayangkan pengusaha sekaliber Jusuf Parawihardja tak bisa menghindari skandal. Kemungkinan paling masuk akal adalah anggota keluarga Parawihardja yang lain sudah muak dan membiarkan media mengendus.

Ia masih mengamati layar televisi yang mengupas tuntas latar belakang kehidupan sang Indonesian sweetheart ketika menyadari nasi dan ayam goreng di dalam piring telah licin tandas. Ia lantas meneguk segelas air putih kemudian merentangkan kedua tangan ke atas sembari menguap.

Raganya benar-benar penat.

Selama dua minggu terakhir, ia disibukkan upaya penyidikan pelbagai kasus. Mulai dari mafia tanah yang menyeret nama sejumlah oknum pejabat daerah. Kasus pembunuhan dan mutilasi mayat dalam koper di Kediri. Kasus bunuh diri satu keluarga crazy rich di Ngagel. Terakhir semalam, ia memimpin langsung penggerebekan dua pusat perjudian di Star Zone, Gubeng dan Club House, Menganti.

Ia kembali menguap malas sambil melirik jam dinding yang menunjukkan pukul 02.57 WIB. Masih cukup waktu mengistirahatkan tubuh barang sejenak sebelum waktu Subuh tiba.

Tanpa membereskan meja makan, ia beranjak ke kamar, melemparkan diri ke atas tempat tidur, mencoba melelapkan diri.

Ia berpikir telah tertidur nyenyak. Namun anehnya masih bisa melihat lambaian kain berwarna biru di kejauhan. Ia memperhatikan dengan seksama kain cantik tersebut. Lalu terhenyak manakala angin mendaratkan di bahunya.

Ia meraih kain yang terasa begitu halus saat menyentuh telapak tangan. Keharuman lembut yang baru kali ini dijumpai, perlahan membuai seluruh kesadarannya.

Ia masih mengagumi keindahan kain berwarna biru dalam genggaman ketika bayangan seseorang muncul di kejauhan. Aura kecantikan yang memancar menarik minat kedua matanya untuk menyipit sempurna menajamkan penglihatan. Namun sekeras apapun berusaha, bayangan tersebut tak juga bisa dikenali.

Ia hampir beranjak ingin melihat dari jarak dekat. Ia benar-benar penasaran dengan bayangan tersebut. Siapakah dia? Tapi keburu seseorang melemparkan bunyi telepon padanya.

"You're all I need beside me girl

You're all I need to turn my world

You're all I want inside my heart

You're all I need when we're apart"

(White Lion, You're All I Need)

Matanya tetap terpejam dengan tangan terulur ke atas nakas berusaha meraih ponsel bermaksud mematikannya. Namun yang diinginkan tak kunjung tergapai.

Sialan!

Ia baru tertidur barang sejenak tapi seseorang telah berani mengganggu di pagi buta.

Ia masih meraba-raba keseluruhan permukaan nakas berusaha meraih ponsel. Namun lengkingan Mike Tramp terus mengejar.

"Damned!" makinya kesal begitu menyadari bunyi ponsel ternyata berasal dari ruang makan.

Ia berjalan terhuyung-huyung menuju ruang makan, bergegas meraih ponsel yang menggelepar-gelepar di atas meja.

Erik Calling

"Lapo (ada apa), Rik?" tanyanya dengan kepala melayang akibat masih mengantuk tapi terpaksa bangun.

***

Ia sempat mengganti polo shirt navy yang semalam dikenakan saat memimpin operasi penggerebekan dengan polo shirt warna gelap lain yang diambil dari tumpukan baju paling atas. Memastikan revolver berada di tempat semestinya. Bergegas memacu kendaraan menuju apartemen di bilangan Kedungdoro yang berjarak sekitar 7 Km dari tempat tinggalnya. Di mana menurut informasi Erik tadi, telah terjadi kasus pembunuhan.

Di tempat tujuan, ia mengarahkan kemudi menuju basement sebab halaman gedung telah dipenuhi sejumlah mobil dinas kepolisian, ambulance, dan minibus berlogo stasiun televisi swasta nasional.

"Sopo (siapa)?" tanyanya pada Erik yang menyambut di lobby.

"Salah satu tokoh yang kemarin masuk majalah Forbes," gegas Erik seraya menggelengkan kepala.

Ia tak berkomentar. Jujur saja, kepalanya masih sangat pening. Belum bisa digunakan untuk memikirkan hal rumit dan berat.

Namun sebelum memasuki lift, ia berteriak pada Teguh yang melintas.

"Guh, steril, Guh! Wartawane kongkon nyengkreh (wartawannya suruh pergi saja)!"

"Siap, Ndan!" Teguh mengangguk mengerti.

Namun sedetik kemudian ia berubah pikiran, "User ae (usir saja)! Wartawane user ae teko kene (wartawannya usir saja dari sini)!"

Teguh kembali mengangguk. Kali ini lebih mantap.

Begitu pintu lift tertutup, ia langsung bergumam tak habis pikir, "Dari mana wartawan tahu kalau korbannya orang penting? Garai mumet ae (membuat pusing saja)! Jangan sampai keluar di berita sebelum kita selesai investigasi!"

"Siap!" Erik mengangguk.

Dari lobby utama, mereka naik menuju lantai 52.

"Ini lantai tertinggi, unit paling eksklusif, private lift, akses sidik jari, nggak semua orang bisa masuk," terang Erik bersamaan dengan pintu lift yang terbuka.

Matanya langsung disambut oleh hamparan ruangan luas yang kental dengan nuansa kemewahan. Menyerupai lobby hotel bintang lima berdesain modern minimalis. Namun ada satu aksen pembeda berupa police line bertuliskan 'do not enter'.

"Di lantai ini ada berapa unit?" tanyanya sambil berjalan melintasi marmer yang licin.

"Dua," jawab Erik sambil memeriksa ponsel. "Sigit sudah mendatangkan pengelola gedung. Tapi manajer buildingnya masih on the way."

Ia mengangguk, "Penghuni sebelah?"

"Dihandle Cahyo," jawab Erik. "Begitu selesai dengan Mas, saya sendiri yang turun tangan."

"Oke," gumamnya sambil memijat kening yang semakin berdenyut.

Ia melangkah tergesa melewati koridor eksklusif menuju pintu berwarna putih di sisi sebelah kiri yang terbuka lebar, TKP.

"Pak?" Sejumlah petugas mengangguk hormat begitu melihat kemunculannya.

Ia hanya mengangkat tangan kanan sebagai jawaban. Bergegas melangkah ke tengah ruangan di mana dua petugas yang mengenakan rompi bertuliskan Biddokkes (bidang kedokteran dan kesehatan) Polda dan Bid TI (bidang teknologi informasi) Polda di bagian punggung, tengah melakukan pemeriksaan sekaligus mengabadikan posisi terakhir korban.

Begitu selesai, dua petugas tersebut mengangguk ke arahnya lalu bergerak menyingkir. Memberi ruang padanya untuk melihat kondisi korban dengan lebih jelas dan leluasa.

Pria berusia sekitar 60 tahunan itu duduk di kursi, kepala dan dada terkulai ke atas meja, mulut dan hidung mengeluarkan buih berwarna putih.

"Perkiraan waktu kematian sekitar tiga sampai empat jam yang lalu," terang petugas forensik. "Indikasi utama terjadi henti napas mendadak akibat serangan jantung koroner."

"Dari pemeriksaan luar, tidak didapati tanda kekerasan dan bekas luka. Baik karena benda tajam, benda tumpul, maupun tangan kosong." Petugas forensik memungkasi laporan.

"Damned!" makinya begitu menyadari sang korban. Membuat Erik dan dua orang petugas berompi melihat ke arahnya dengan penuh tanda tanya.

Ia masih terpaku di tempat, belum bergerak sejengkalpun ketika ponsel dinas yang tersimpan di saku kembali melengkingkan suara Mike Tramp sebagai tanda panggilan masuk.

"You're all I need beside me girl

You're all I need to turn m ...."

(White Lion, You're All I Need)

Ia mengangkat panggilan.

"Are you there?"

Ia mengembuskan napas panjang sebelum menjawab pertanyaan menuntut dari sang penelepon, Rajas.

"Yes." Lidahnya kelu.

"Is he, right?" tanya Rajas dengan suara tak sabar.

"So sorry ...." gumamnya sambil memandangi korban, yang tak lain dan tak bukan adalah paman Rajas, Jusuf Parawihardja.

***

Ia masih membicarakan kemungkinan yang terjadi dengan tim reskrim ketika para petugas mulai memasukkan tubuh kaku om Jusuf ke kantung jenazah, mengangkatnya keluar ruangan untuk dibawa ke Rumah Sakit agar divisum.

"Satu-satunya saksi mata," gumam Erik begitu ia menyudahi koordinasi dengan tim seraya menunjuk salah satu pintu yang berada di sisi sebelah kanan ruangan.

"Nggak ada tanda-tanda orang luar masuk," jelas Erik. "Ataupun orang di dalam yang keluar."

"Semua bersih dan sangat normal," lanjut Erik seraya menunjukkan kertas coretan hasil investigasi awal.

"Mereka pulang dari private party di sebuah hotel berbintang. Mampir ke salah satu bar di pusat perbelanjaan," imbuh Erik dengan telunjuk mengarah ke bawah. Sebab apartemen mewah ini berada satu tower dengan pusat perbelanjaan menengah ke atas. "Memakan semangkuk sup jamur dan segelas red wine."

Ia segera menemui saksi mata yang duduk di dalam kamar tidur utama dengan ekspresi wajah pucat pasi. Lelehan air mata gadis belia itu bahkan belum sepenuhnya mengering.

Cundamanik Larasati.

Penyanyi pendatang baru jebolan ajang pencarian bakat nomor wahid negeri ini yang digadang-gadang akan menjadi the next Gayatri, diva pop Indonesia.

Dunia benar-benar sempit. Dan (seringkali) gosip adalah fakta yang tertunda.

"Selamat malam, perkenalkan saya Tama," sapanya sambil mendudukkan diri di hadapan gadis yang dari penampilannya terlihat berusia sebaya dengan Anja, si adik bungsu.

Sejak awal, Cundamanik sama sekali tak berniat menjawab pertanyaan. Remaja belia itu hanya menangis dan terus menangis, membuat Erik jatuh iba lantas menyediakan bahu untuk bersandar.

Ia memprotes kesigapan luar biasa Erik. Tapi menemui bantahan melalui isyarat, berdalih sebagai bagian dari tugas.

"Jangan khawatir, nanti ada petugas kami yang mendampingi," terang Erik seraya menepuk bahu Cundamanik yang bergetar hebat karena isakan.

Ia hanya menyeringai melihat ketangkasan khusus yang diperlihatkan Erik dalam waktu singkat. Lalu meninggalkan kamar bermaksud menemui penghuni unit sebelah yang mungkin memiliki petunjuk berarti tentang peristiwa ini.

"Cahyo!" panggilnya begitu melihat Cahyo sedang berbincang dengan tim dari Biddokkes.

"Ya, Pak?" Cahyo berjalan menghampiri.

"Kamu katanya lagi ke unit sebelah, kenapa malah di sini?"

Cahyo terlihat gugup sebelum menjawab. "Sudah di handle sama bang Erik, Pak."

Ia mengernyit. "Lho? Erik lagi di dalam, kok."

"I-iya ...." Cahyo semakin gugup. "Maksud saya ...."

"Di mana mereka?" tanyanya cepat.

"Siapa, Pak?"

Ia memandang Cahyo kesal karena menanyakan hal bodoh. "Penghuni unit sebelah. Mereka di mana?"

"Di ... unit mereka, Pak. Sedang didampingi oleh Sigit. Atas perintah Bang Erik, kami ...."

"Saya mau ketemu sama mereka." Tanpa menunggu jawaban, ia bergegas menuju pintu keluar.

"Pak Tama!" Cahyo menyusul di belakang. "Bang Erik bilang, Pak Tama jangan ketemu sama mereka dulu."

Ia bergeming. "Sejak kapan Erik bisa ngatur saya?"

"B-bukan begitu, Pak. Tapi ...."

Ia tetap melangkahkan kaki melewati pintu keluar, menyusuri koridor berlantai marmer yang licin, menuju pintu kedua di sisi sebelah kanan koridor.

"Pak Tama!"

Rupanya Cahyo masih mengejar. Tapi ia sudah keburu memasuki pintu bercat warna putih di mana Sigit dan Wahyu terlihat sedang berbincang dengan seorang pria paruh baya berpenampilan familiar.

Ia hampir memberikan kata sapaan, namun urung sebab sudut matanya lebih dulu menangkap bayangan sesosok wanita yang muncul dari ruang dalam membawa nampan berisi tiga buah cangkir.

Wanita tersebut tertegun begitu menyadari kehadirannya di depan pintu.

Kejadian yang sama sekali tak terduga, dalam sekejap berhasil membuat pening yang masih mengganggu menjadi semakin menggusarkan.

Ia sempat mengira seseorang dengan sengaja memukulkan palu godam tepat di atas kepala secara bertubi-tubi, dengan tanpa ampun, mematikannya saat itu juga, menghancurkan harga diri hingga tak bersisa.

Remuk redam lalu binasa.

***

Keterangan :

Istilah 'Turn Back Crime' atau melawan kejahatan, muncul dalam sidang tahunan Interpol yang digelar April 2014, di Lyon, Prancis (sumber : liputan6.com).

Lyon adalah markas pusat Interpol. Peluncuran istilah itu dilakukan bertepatan dengan satu abad lahirnya lembaga yang beranggotakan 190 negara.

Turn Back Crime merupakan program Interpol tahun 2014. Jaringan kepolisian negara-negara sedunia ini, mengampanyekan kesadaran masyarakat untuk bersama-sama melawan kejahatan terorganisir di sekeliling mereka.

Beberapa kasus kejahatan yang tertulis, dikutip dari berbagai sumber. Seperti : beritajatim.com, suarajatim.id, merdeka.com, dll.

Visum adalah laporan tertulis yang dikeluarkan oleh penyedia layanan kesehatan (ditandatangani oleh dokter yang berwenang) berdasarkan pemeriksaan terhadap korban kekerasan seksual, fisik, atau mental. Dalam laporan tersebut, terdapat rincian kondisi kesehatan fisik dan psikis korban yang diperiksa (sumber : hellosehat.com).

Visum dilakukan pada luar tubuh. Bisa dilakukan pada mereka yang hidup maupun meninggal.

Terpopuler

Comments

𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓

𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓

Halo kak. salam kenal dari pocipan
yu, gc Cbm...
kami di sini akan belajar bersama mengenai teknis menulis yang baik dan benar. Jika kaka bersedia mohon Follow akun saya terlebih dahulu
saya akan undang setelah di Follow makasih

2024-08-30

0

Fitri Handayani

Fitri Handayani

kangen sama kamu mas jadinya aku kesini lagi.

2024-08-24

0

Ida. Rusmawati.

Ida. Rusmawati.

/Smile/

2024-06-21

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!