Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely

Show Me The Meaning of Being Lonely

(Tunjukkan padaku makna kesendirian)

-diambil dari judul lagu milik Backstreet Boys-

***

Surabaya

Tama

Ia berjalan melewati pintu kaca, yang dibukakan oleh seorang pegawai pria berseragam warna navy.

"Selamat malam, selamat datang di City Sky Club. Apakah sudah melakukan reservasi?"

Ia segera menyebutkan nama Wisak. Dan pegawai tersebut langsung mempersilakan untuk mengikutinya.

"Mari, saya tunjukkan tempatnya."

Ia mengekori pegawai tersebut, berjalan melewati deretan meja yang dipenuhi oleh pengunjung. Menuju tempat paling ujung. Berbatasan langsung dengan dinding pembatas kaca. Yang berada tak jauh dari meja bar. Di mana seseorang melambaikan tangan ke arahnya.

Setelah mengucapkan terima kasih pada pegawai yang baru saja mengantar ke tempat duduk, ia segera menyambut ajakan high five Wisak.

"Duda baruuu!" seloroh Wisak sambil terbahak.

Ia hanya menyeringai. Seraya mencomot welcome food yang tersimpan di hadapan Wisak. Yaitu sepotong breadstick dengan cacahan tomat dan lelehan saus keju di atasnya. Memiliki cita rasa yang mirip seperti pizza.

"Welcome to the whole new world (selamat datang di dunia yang baru)," Wisak masih saja terbahak.

"Not so new world (bukan dunia baru) juga sih ahahahaha ...." kali ini Wisak tergelak dengan penuh kepuasan.

Mulutnya yang terasa asam tetap mengunyah breadstick dengan gerakan cepat. Sama sekali tak berminat untuk menanggapi ejekan Wisak.

"Kalian bertiga bisa bikin trio nih," Wisak rupanya sedang bergembira. Sebab sejak menit pertama selalu mengakhiri ucapan dengan gelakan tawa.

"Elu, Rajas, sama Armand," Wisak mengangguk-angguk. "Trio duda manis manja. Buahahahahaah ...."

"Si Riyadh mana?" ia lebih memilih untuk mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru sisi rooftop. Namun tak berhasil menemukan sosok Riyadh.

Siang tadi Riyadh menghubunginya. Mengatakan jika sedang melakukan kunjungan kerja di Surabaya selama dua hari. Dan mereka berjanji untuk bertemu, di hotel tempat Riyadh menginap.

Sementara Wisak, sebenarnya sudah harus kembali ke Jakarta. Usai mengikuti sidak (inspeksi mendadak) menyambut Menteri ESDM (Energi dan sumber daya mineral) di Lombok Barat. Tempat di mana penambangan emas milik Dikara Group yang belum lama diresmikan. Mewakili Rajas, yang kabarnya tengah melakukan perjalanan bisnis ke daratan Eropa.

"Riyadh belum datang?" ia kembali bertanya. Sambil mencomot breadstick yang kedua. Sepertinya ia memang lapar.

"Tadi sebelum gua ke sini, masih meeting katanya," jawab Wisak seraya mengisap rokok dalam-dalam. Lalu mengembuskan asap putih secara perlahan ke udara.

"Never walk alone (tak pernah berjalan sendirian -jargon milik klub sepakbola Liverpool-)?" kini ia memiliki cara untuk membalas ejekan Wisak.

"Brengsek!" Wisak kembali terbahak. "Apaan setengah lusin kalah di kandang! Makan ati gua!"

Ia mencomot breadstick ketiga sembari tergelak.

Wisak adalah Liverpudlian. Dan kekalahan berturut-turut sebanyak 6 kali di laga kandang, jelas menjadi sasaran empuk jokes mereka. Yang paling menyakitkan tentu saja kalah 1-4 dari Manchester City di Anfield.

"Bye, Champions," ia bergumam dengan penuh kepuasan.

Bersamaan dengan datangnya seorang pegawai wanita, yang meletakkan welcome drink and food ke atas meja. Termasuk dua buah buku menu yang juga bersampul warna navy.

"Silakan. Nanti kalau mau pesan, bisa panggil saya," pegawai wanita itu mengangguk ramah.

"Makasih, Mba," ia balas tersenyum.

Begitu pegawai tersebut berlalu, ia dan Wisak kembali saling mengejek. Berdebat tentang siapa yang akan menjadi juara Liga Primer di musim ini. Apakah tim asuhan Pep Guardiola atau justru Setan Merah yang tampil secara mengejutkan.

Ketika Riyadh muncul dari kejauhan dengan langkah tergesa.

"Sori, telat," ujar Riyadh begitu sampai di hadapan mereka berdua. "Lama nunggu?"

"Untuuung lu datang, Ri!" Wisak bernapas lega. "Habis gua dibantai sama si setan merah!"

Ia tergelak dengan penuh kepuasan.

"Keseringan bongkar pasang pemain sih!" Riyadh langsung larut dalam arena pembantaian. "Kebanyakan judi di starting eleven (11 pemain di menit pertama)!"

"Harusnya begitu kalah dua kali di kandang, udah bisa ketemu tuh penyakitnya," Riyadh ikut mencomot breadstick.

"Ini malah makin menjadi!" Riyadh menggelengkan kepala.

Mereka bertiga kembali larut dalam ejekan. Sambil sesekali terbahak. Membahas semua hal yang bisa mengendurkan urat syaraf. Mulai dari sepakbola hingga menilai deretan lalu lalang para wanita, yang tampil stand out di sky bar ini.

"Cakep cakep ceweknya," Wisak menyeringai. "Pantes lu betah tinggal di sini, Tam!"

Ia balas menyeringai.

"Oi, si Tama mana ada waktu kelayapan!" Riyadh tertawa sumbang. "Dia udah mabok ngejar gembong narkoba sama mafia."

Ia mengangguk setuju ke arah Riyadh.

"Nggak harus kelayapan toh?" Wisak tertawa. "Tinggal pilih, bisa delivery."

"Lu kate pesen ayam goreng!" Riyadh memaki namun sambil tergelak.

"Ayam fresh dong ah!" Wisak mendesis.

"Ngomong-ngomong tentang ayam, gua laper berat," ia tak mampu menyembunyikan rasa lapar yang sedari tadi mengganggu.

Wisak mengangguk setuju, "Kita fine dining. Full course menu."

"Gua baru aja makan," Riyadh menolak. "Dessert aja lah."

"Bro ... bro ...." Wisak melihat ke arah Riyadh lalu mengerling padanya. "Kita jamu duda baru dooooong."

"Sakit hati bisa sedikit terobati dengan lezatnya makanan ... dan perut yang kenyang. Iya nggak, Tam?" Wisak menabok bahunya lumayan keras.

"Ba ji ngan!" ia memaki. Tapi sambil tertawa sumbang.

Seraya menikmati pemandangan kota Surabaya di malam hari dari lantai 21 hotel berbintang. Menyaksikan hamparan lampu gedung pencakar langit dan juga kendaraan di bawah sana. Mereka memulai dengan starter yang lezat yaitu oriental salad.

Sembari terus memperbincangkan banyak hal. Namun ujungnya tetap bermuara pada bahasan tentang pekerjaan masing-masing.

Wisak yang tengah disibukkan oleh keberadaan tambang emas baru milik Dikara di Lombok. Riyadh di mana kementerian tempatnya bekerja, sedang giat melakukan pembangunan infrastruktur. Terutama jalan tol trans Jawa. Sementara ia tentu saja, berkisar tentang seputar kasus Om Jusuf, yang belum juga menemukan titik terang.

"Gua disuruh ngeluarin SP3 (surat perintah penghentian penyidikan)," ia menggelengkan kepala tak habis pikir.

Wisak ikut menggeleng tanda tak percaya.

Sementara Riyadh mengumpat pelan, "Gila!"

Dari masalah pekerjaan yang cukup memusingkan, mereka beralih membicarakan hal yang lebih privat. Seperti,

"Gimana rasanya bebas?" Wisak mengu lum senyum penuh arti. "Flying like a bird (terbang seperti burung). Fantastis ...."

Tapi ia menjawab dengan sangat serius, "Jujur ... gua lega. Akhirnya masalah sama Kinan selesai."

Kemudian mengembuskan napas panjang, "Tapi gua juga nyesel bisa sampai di titik ini."

"Nyesel lepasin bini lu?" Wisak mengernyit.

"Bukan," ia menggeleng. "Nyesel kenapa gua nggak usaha dari dulu. Tahu-tahu udah ...." ia kembali menghela napas panjang.

"Nggak bisa ditolong lagi," lanjutnya dengan berat hati.

"Kalian berapa kali mediasi?" Riyadh tertarik ingin tahu. "Ada tuh temen gua, bolak balik mediasi nggak ada titik temu."

"Stres dia," lanjut Riyadh. "Dari urusan gono gini, balik nama asset, sampai hak asuh anak."

"Meh," Riyadh menggelengkan kepala.

"Kita nggak ada ribut-ribut soal itu sih," jawabnya seraya mengembuskan napas.

"Reka udah jelas sama Kinan," ia tersenyum getir. "Orang sama gua kelihatan benci banget."

"Parah lu sampai dibenci anak sendiri," Riyadh menggelengkan kepala. "Lu nggak ada usaha buat ngedeketin dia?"

Ia mengangkat bahu, "Titik ini yang gua sesali habis-habisan."

"Kinan ngomong jelek tentang elu ke Reka?" tebak Wisak.

Ia menggeleng, "Gua nggak ngurusin itu, man. Terserah Kinan mau ngomong apa ke Reka. I don't care."

"Yang gua sesali adalah .... gua ke mana aja selama ini? Sampai kami berdua jadi seperti orang asing," ia kembali menghembuskan napas panjang.

Mengingat tentang Reka selalu menimbulkan rasa pedih di dada. Pertemuan pertama mereka berdua beberapa hari lalu bahkan berakhir buruk.

Karena Reka memilih untuk kabur darinya, saat permisi pergi ke toilet. Sementara ia terus menunggu seperti orang bodoh di tengah restoran yang ramai. Sampai hampir satu jam lamanya. Sebelum akhirnya Kinan menelepon dan meminta maaf. Memberitahu jika Reka sudah berada di rumah.

"Waktu benar-benar nggak akan pernah kembali," pungkasnya dengan napas berat.

"Jadi ... lu nggak ada mediasi mediasian?" Riyadh kembali bertanya. "Langsung tancap gas?"

"Dua kali mediasi dan sidang, kami berdua sama-sama memutuskan untuk nggak hadir," jawabnya seraya melahap main menu berupa wagyu steak. Yang sebenarnya lezat, namun entah mengapa terasa hambar begitu memasuki mulutnya.

"Langsung ketuk palu," sambungnya miris.

"Kalau mediasi antar keluarga?" Riyadh mengernyit. "Pasti alot tuh Om Setyo kasih ijin cerai."

Ia kembali mengangkat bahu, "Masalah gua sama Kinan udah terlalu lama. Udah kronis akut. Kinan bahkan udah nggak pernah nginjak rumah orangtua gua sejak Reka balita."

"Sades!"

"Parah!"

Riyadh dan Wisak menatapnya iba.

"Dulu awal-awal Kinan menghilang dari keluarga besar gua, kita sempat beberapa kali disidang," ia mencoba mengingat.

"Duduk berempat sama Papa Mama."

"Gua maunya apa. Kinan maunya apa."

"Tapi ...." ia menggeleng pasrah. "Nggak pernah ada titik temu. Yang ada gua makin stres."

"Daripada pusing ... mending gua lampiaskan ke pekerjaan. Right?" ia melontarkan pertanyaan retoris pada dua orang sahabatnya itu.

"Itulah, Tam," Wisak mendesis. "Married is worst thing ever (menikah adalah hal terburuk)."

"Not my type (bukan tipeku)," Wisak menggeleng mantap. "Mana kalau cerai mesti ngurus ke Vatikan. Kayak si Rajas tuh! Berat!"

Ia tetap melanjutkan makan. Sementara Riyadh terlihat berpikir.

"Jadi ... lu mutusin buat pisah, udah melalui banyak pertimbangan?"

Ia memandang Riyadh, "Ratusan kali."

"Bahkan ribuan kali berpikir mungkin," lanjutnya lagi. "Gua nggak pernah yakin kalau perceraian adalah hal yang tepat."

"Meski gua nggak bahagia. Dan gua yakin banget ... Kinan juga tersiksa."

"Yah, bro ...." Wisak tertawa sumbang. "Kalau kalian berdua tersiksa, kenapa mesti dipertahankan?"

"Hidup hanya sekali!" Wisak menggeleng tak setuju. "Harus kita nikmati."

"Maksud gua ...." ia menelan saliva yang juga terasa pahit. "Gua selalu berpikir ... someday (suatu hari) ... somehow (entah bagaimana caranya) ... gua masih bisa memperbaiki keadaan sama Kinan."

"Tapi ternyata ...." ia mengangkat bahu. "Malah makin rumit."

"Gua tahu kami berdua sama-sama nggak bahagia," sambungnya. "Tapi melihat Kinan bersama orang lain ...."

"Paman elu, man," sela Wisak tanpa tedeng aling-aling. "Paman elu sendiri! Bukan orang lain!"

Ia hanya menyeringai masam ke arah Wisak. Lalu bergumam getir, "Melihat Kinan bersama Om Pram di apartemen. Sampai seluruh anak buah gua menghalangi buat kita bisa ketemu."

Ia memaki demi mengingat kembali kejadian di apartemen.

"Kita bahas yang lain lah," Riyadh memandangnya khawatir. "Eh, Sak! Gimana kabar proyek di Belitung? Udah diberesin sama Yugo?"

Tapi ia kembali meneruskan kalimat, "Melihat mereka berdua di depan mata. Bikin gua bener-bener nggak bisa mikir lagi!"

"Apalagi waktu kita ketemu untuk yang kedua kali ... di hari ulangtahun Reka," sekarang ia sedang tak ingin berhenti berbicara. "Bang sat!"

"Gua pikir ... enough (cukup). Gua sama Kinan nggak ada jalan lain lagi kecuali pisah."

Suasana di antara mereka bertiga mendadak hening. Hanya terdengar suara denting sendok yang beradu dengan piring. Serta gumaman percakapan orang-orang di sekeliling mereka. Dan sajian live music dari arah panggung.

"Kita buka lembaran baru ...." seloroh Wisak memecah kesunyian. Lalu merangkul bahunya. Namun ia mengendik, berusaha melepaskan rangkulan Wisak.

"Selamat tinggal masa lalu dan segala penyesalan elu!" namun Wisak terus berusaha merangkulnya. Hingga mereka berdua terlibat adu otot. Karena ia terus berusaha menghindar.

"Singkirin tangan lu!" makinya berang.

Namun Wisak justru terbahak. Pun dengan Riyadh.

"Mungkin dengan perceraian ... lu berdua jadi bisa berteman," Wisak yang tak lagi berusaha merangkulnya mempermainkan alis naik turun.

"Yang pasti ... ada banyak bunga nungguin elu, Tam!" Wisak merentangkan kedua tangan ke samping.

"Tuh lihat ...." kemudian Wisak menunjuk ke satu arah.

"Cewek di sana dari tadi ngelihat ke arah kita terus," sambung Wisak dengan senyum sumringah.

"Iya sih, utamanya pasti lihatin gua ... siapa lagi kan," imbuh Wisak dengan gaya narsisnya.

Lalu Wisak terbahak, "Gila! Dari tadi nggak kedip lihatin elu!"

"Parah nih! Gua kalah set lagi sama duda! Brengsek!" Wisak pura-pura memaki.

"Duda selalu terdepan, bro," Riyadh mendesis.

Tapi ia hanya menyeringai malas, "Gua nggak mikir hal selain Reka."

"Gua udah pernah gagal sekali," lanjutnya getir. "Gua nggak mau terluka lagi."

"Ah, serius amat sih!" Wisak mengernyit tak senang.

"Gua tahu, lu lagi pingin gebukin orang," seloroh Riyadh.

Ia tertawa keras menyetujui ucapan Riyadh.

"Soal gebuk menggebuk sih emang elu jagonya!" Wisak ikut tertawa. "Tuh!"

Ia dan Riyadh mengikuti arah pandangan Wisak.

Sejurus kemudian, Riyadh dan Wisak sama-sama menyeringai. Tapi ia menggelengkan kepala menolak mentah-mentah.

Tapi sepuluh menit berlalu, ia justru telah bersiap di belakang drum. Tengah menunggu Riyadh yang masih menyetel bass. Sementara Wisak duduk tepat di depan panggung. Sambil mengacungkan dua jempol ke atas tinggi-tinggi.

Sebenarnya, menggebuk drum adalah hobi lamanya yang hampir terlupakan. Dulu jaman SMP, ia sempat memiliki band bersama beberapa orang teman. Namun begitu masuk ke SMA berasrama, masa depan bandnya langsung bubar jalan. Dan menggebuk drum hanya menjadi kegiatan sampingan bersama teman-teman terdekat. Ngejam ala kadarnya untuk menghilangkan penat sebab tuntutan hidup dan pekerjaan.

"Siap?" Riyadh menoleh ke arahnya.

Ia mengangguk.

Tadi mereka berdua sempat berbicara dengan penanggungjawab homeband. Meminta izin untuk memainkan musik yang sedikit menghentak.

"Just one song (hanya satu lagu)," Riyadh berjanji. Diiringi anggukan persetujuan dari penanggungjawab homeband dan manager sky bar.

Ia tersenyum sendiri saat mengangkat stick drum. Dengan kaki kanan bersiap di atas pedal. Kemudian mulai memukulkannya pada snare, bass, dan juga cymbal dengan penuh semangat.

Drum! Drum! Drum! Casss!

Memancing Wisak untuk menjadi satu-satunya orang, yang berdiri dari kursi sembari bertepuk tangan dengan penuh semangat.

Kini ia tengah memainkan intro. Namun karena saking lamanya tak pernah bermain drum. Kaki kanannya sempat terbang dan terlambat menginjak pedal. Alhasil ia beberapa kali ... blak! Terkena hantaman beater pedal. Dan rasanya lumayan sakit.

Tapi ia justru tertawa. Dengan penuh semangat langsung masuk ke Moby Dicknya Led Zeppelin. Sementara Riyadh berusaha mengimbangi permainannya menggunakan bass.

Dan di luar dugaan, hampir seluruh pengunjung yang berada di sky bar ini langsung bertepuk tangan menyambut permainan musik mereka berdua. Memberikan atensi luar biasa pada penampilan dadakan yang sama sekali tak direncanakan.

Ia terus memukul drum dengan penuh semangat. Meluapkan amarah, penyesalan, dan perasaan buruk lain. Yang beberapa minggu terakhir begitu mengganggu.

Berusaha melepaskan seluruh prasangka dan perasaan negatif yang melingkupi.

Tunjukkan padaku makna kesendirian, bisik sudut hatinya yang terdalam.

Itu adalah seluruh rasa pedih, menyakitkan, sekaligus penyesalan.

Dan suara tepuk tangan meriah berhasil mengejutkannya. Padahal ia masih berada di tengah-tengah alunan ciamik Moby Di ck.

Disusul tolehan kepala Riyadh ke arahnya dengan senyum terkembang,

"Lagi?"

***

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

udah sakit, tambah sakit, selingkuhan si kinan, omnya sendiri....
gak gila atau bunuh diri aja udah keren

2024-12-26

0

YuWie

YuWie

doble kill tam...sante saja kinan akan gelo nantinya ninggalin kamyu

2025-02-01

0

mentari

mentari

ternyata mertua yg terlalu baik dan ngga ikut campur,bikin mantu ngelunjak ya.

2024-10-07

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!