Bab 3. When A Blind Man Cries

When A Blind Man Cries

(Saat pria buta menangis -mengandung makna kiasan-)

-diambil dari judul lagu milik Deep Purple-

***

Surabaya

Erik

Ia berlari secepat kilat menyusuri koridor berlantai licin. Ia bahkan beberapa kali terpeleset hampir jatuh tersungkur, meski urung sebab masih mampu menjaga keseimbangan tubuh. Sembari terus berharap-harap cemas semua belum terlambat.

Ia bisa bernapas lega begitu sampai di depan pintu unit sebelah, matanya menangkap bayangan sosok sang komandan yang sedang membalikkan badan.

"Ma ...."

Namun kalimatnya terpotong di udara dan kelegaan bersifat fana. Sebab dalam hitungan sepersekian detik, tubuh tegap pimpinan sekaligus mentornya itu kembali berbalik, lalu merangsek maju, menerjang pria paruh baya yang tengah duduk di sofa.

BUG!

Ia tak bisa membayangkan seberapa besar kekuatan hantaman yang dilayangkan hingga membuat pria paruh baya itu terjengkang ke belakang.

Sigit dan Wahyu yang sempat terpana mulai bergerak tangkas memegangi tubuh mas Tama. Sambil memaki diri sendiri, ia pun bergerak maju untuk turun tangan.

Dan menghalangi kemarahan seorang Wiratama Yuda, pemegang sabuk hitam karate, jelas bukan perkara mudah. Mereka bertiga harus mengupayakan sekuat tenaga, menahan harimau marah agar tak kembali merangsek ke depan.

Sementara pria paruh baya yang tadi sempat terjengkang, kini bersusah payah berusaha berdiri dibantu seorang wanita. Seseorang yang menjadi alasan utamanya menghalangi sang pimpinan mengunjungi unit sebelah.

Pria paruh baya itu terbatuk dengan hidung yang mengucurkan darah segar.

Lihatlah kekuatan sang Tama. Sekali hantam, lawan langsung jatuh tersungkur tanpa ampun. Tepat mengenai sasaran vital.

Tanpa sadar ia ikut meringis melihat darah semakin deras mengucur, mengotori wajah pria paruh baya tersebut.

"Tahan, Pak! Tahan!" Sigit mencoba melakukan prosedur standar dalam keadaan genting.

Namun mas Tama tak menghiraukan. Tetap bersikeras menerjang. Alhasil mereka bertiga semakin kewalahan menahan.

BUG!

Pukulan kedua berhasil lolos.

Mereka bertiga saling memaki dan menyalahkan sebab telah gagal total mengamankan keadaan. Mengakibatkan pria paruh baya itu kembali tumbang.

"Mas!" jerit wanita cantik berwajah seperti mayat hidup saking pucatnya. Apakah karena terkejut atau ketakutan, ia tak tahu. Panggilan itu juga entah ditujukan pada siapa. Sebab dua orang pria sekaligus menoleh usai mendengar panggilan tersebut.

Satu pria paruh baya yang baru saja tersungkur.

Satu lagi pria yang sedang dijegalnya bersama Sigit dan Wahyu.

Begitu wanita cantik itu mulai membantu pria paruh baya untuk berdiri, ia tak mau kehilangan momen. Segera bergerak taktis menggunakan satu sapuan mendorong tubuh kokoh sang Tama hingga membentur dinding.

Ia bahkan bisa merasakan dengan teramat nyata. Aroma membara akibat api kemarahan. Yang bercampur dengan ketakberdayaan. Sebab harga diri yang telah hancur berkeping-keping.

Membuatnya jatuh iba tanpa perlu berpikir.

"Fucking **** (sialan)!" desisan penuh kegeraman terdengar mampir di telinganya.

Membuat Sigit dan Wahyu terus berusaha menekan tubuh Mas Tama, agar tetap merapat ke dinding. Sementara ia berupaya keras, untuk menghalangi pergerakan pimpinannya itu.

Ketika mereka bertiga merasa, jika Mas Tama tak lagi bersikeras untuk merangsek maju. Dan tubuh tegang serta liat pimpinannya itu mulai mengendur. Pria paruh baya di hadapan mereka telah berhasil berdiri kembali. Meski dengan bahu terhuyung.

"Pukulan pertama bisa dimengerti!" seru pria paruh baya tersebut dengan wajah berlumuran darah.

"Pukulan kedua ... pasti akan kubalas!" lanjut pria paruh baya tersebut seraya mendesis kesakitan.

Membuat Mas Tama kembali memberontak, dan berusaha untuk menerjang. Namun mereka bertiga telah lebih dulu sigap menghalangi.

"Kalau ada pukulan ketiga ...." pria paruh baya tersebut mengacungkan telunjuk dengan berapi-api.

"Aku tuntut situ pakai pasal penganiayaan!"

 ------

Melalui isyarat mata, ia meminta Sigit dan Wahyu supaya tangkas memegang kendali. Sementara ia segera menarik lalu mendorong tubuh pimpinannya agar segera keluar dari unit rasa neraka itu.

"J ancok (brengsek)!" umpat Mas Tama ketika ia berusaha mendorong tubuh tegap pimpinannya itu, agar terus menjauh dari unit ja hanam.

Menyusuri koridor sialan berlantai licin. Membuat langkah mereka seakan terseok dan tak berujung.

Dan karena tak ada tempat lain lagi. Ia pun terpaksa mendorong tubuh Mas Tama agar memasuki TKP. Di mana penyanyi belia nan jelita, tengah dibimbing oleh Teguh untuk keluar ruangan.

Ia tak mengatakan apapun. Baik kepada Teguh maupun gadis menawan itu. Karena sedang berkonsentrasi pada Mas Tama, yang sedari tadi mengumpat dan memaki pada diri sendiri.

Namun melalui anggukan kepala, ia meminta Teguh untuk segera membawa gadis cantik itu ke tempat yang aman. Sebelum hari kian beranjak pagi. Dan wartawan mulai berdatangan seperti semut menghampiri gula.

Ia terus mendorong punggung Mas Tama, melewati meja makan yang menjadi tempat terakhir korban. Sedang dianalisis oleh tim gabungan dari Reskrim (reserse kriminal) Polres dan Polda. Menuju pintu kaca yang mengarah ke balkon. Kebetulan telah terbuka lebar.

Dengan satu gerakan cepat cenderung kasar, ia mendorong punggung Mas Tama ke arah balkon. Lalu segera menutup pintu kaca yang berada di balik punggungnya.

***

Tama

Ia terus mengumpat dan memaki. Meski entah ditujukan pada siapa.

Pada diri sendiri yang merasa menjadi kaum pandir paling mengenaskan?

Atau pada pria paruh baya yang dikenal dengan sangat baik olehnya?

Apa mungkin pada Kinan, yang tampak pucat dan polos sebab hanya mengenakan bathrobe (jubah mandi).

Oh, brengsek sekali!

Ia mengepalkan tangan dengan geram. Lalu menghantamkannya pada pinggiran balkon. Yang terbuat dari besi baja dengan sekuat tenaga.

Sakit?

Pedih.

Mungkin saja buku-buku jarinya telah berdarah bahkan terluka.

Namun rasanya tak sesakit seperti saat ia berada di ruangan terkutuk tadi.

"Mas?"

Suara deheman Erik dan uluran rokok membuatnya menoleh.

Dengan gerakan kasar sekaligus gemetar, ditariknya sebatang rokok. Sementara Erik membantu untuk menyalakannya.

***

Erik

Entah sudah berapa lama mereka berdiam diri dalam suasana hening. Sementara dari kejauhan nun di bawah sana, sayup-sayup mulai terdengar suara adzan Subuh, yang berkumandang saling bersahutan.

Namun tak lama kemudian, suara adzan telah menghilang. Berganti dengan desau angin yang cukup kencang.

Rupanya tekanan udara yang semakin rendah. Dan lapisan udara yang semakin tipis juga renggang. Telah berhasil menghalau aneka ragam suara yang berasal dari bawah.

Dan punggung tegap yang tengah berdiri di depannya tetap bergeming. Tak beranjak sedikitpun. Terus memandang lurus di kejauhan. Memperhatikan kerlip lampu jembatan Suramadu. Yang menjadi view utama dari balkon di lantai 52 ini.

Ketika ia merasa waktu semakin menipis. Sebab hari kian beranjak pagi. Seseorang terdengar mengetuk pintu kaca yang berada di belakang punggungnya.

"Ijin lapor, Pak!" Cahyo telah lebih dulu membuka pintu kaca. Membuatnya bergerak menyingkir ke samping. Agar tak menjadi penghalang.

Kemudian Mas Tama menoleh dengan ekspresi wajah keras dan kaku.

"Tim sudah selesai melakukan penyisiran TKP!"

"Semua barang bukti telah berhasil diamankan."

Mas Tama mengangguk.

"Ada satu yang menjadi perhatian," lanjut Cahyo.

"Apa?" sergah Mas Tama cepat.

"Di pantry banyak ditemukan ceceran serbuk berwarna putih," jawab Cahyo. "Terduga sebagai methamphetamine (sabu-sabu)."

"Kami meminta instruksi selanjutnya!" pungkas Cahyo.

***

Tama

Erik bersikeras bisa menangani keadaan dengan baik. Tapi ia tetap harus turun langsung ke lapangan. Terlebih yang menjadi korban adalah Om Jusuf. Pria matang yang cukup diseganinya. Sebab selain sebagai paman dari sahabatnya, Om Jusuf adalah guru terbaik di bidang bisnis. Profesi sampingan yang tengah mulai coba digelutinya.

Dari TKP ia kembali meluncur ke rumah.

"Mau mandi dulu," begitu alasannya pada Erik. Padahal ia sudah terbiasa mandi, bahkan tidur di kantor. Terlebih jika tengah menangani kasus penting.

Ia bahkan memiliki lemari khusus di ruang kerjanya. Yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan beberapa stel pakaian dan perlengkapan pribadi. Agar ia tak harus pulang pergi dari kantor ke rumah.

Tapi begitu masuk ke dalam rumah, dan menghambur ke kamar mandi. Ia bukannya langsung membersihkan diri. Tapi justru menubruk kloset.

Lalu memuntahkan seluruh isi perut tanpa kecuali.

 ----------

Ia menyandarkan kepala ke sisi dinding bath tub. Hingga posisinya kini tengadah sempurna. Sementara shower terus dinyalakan. Dengan posisi yang sengaja diatur agar menghadap tepat di wajahnya.

Membuat air terus menerus berjatuhan membasahi keseluruhan wajahnya. Berharap mampu menyamarkan rasa pedih dan perasaan terbuang yang kini tengah mengoyak jiwa. Hingga hancur lebur tak berbentuk lagi.

Pramudya Haribawa, batinnya geram.

Dokter spesialis jantung yang juga merupakan Direktur Utama Rumah Sakit tempat Kinan membuka praktek, jelas bukan orang asing baginya.

Mereka bahkan saling mengenal dengan baik.

Dengan sangat baik.

Keluarga mereka sering saling mengunjungi.

Sebab selain karena Mas Pram, begitu hampir seluruh orang terdekat memanggil nama pria tersebut, adalah atasan Kinan. Mas Pram juga masih terhitung saudara jauh baginya. Walau tak memiliki hubungan darah.

Kakak pertama eyang dari pihak Papa, menikah lagi dengan eyang dari pihak istri Mas Pram. Begitulah mereka bisa memperoleh julukan saudara jauh.

Tapi Kinan?

Ia mengembuskan napas panjang dan berat. Lalu terbatuk. Karena kucuran air yang berasal dari shower, berhasil membuatnya tersedak.

Ia bahkan terbatuk tanpa henti selama beberapa menit. Membuat hidung dan tenggorokannya terasa pedih.

Setelah berhasil menguasai diri, ia kembali menyandarkan kepala ke salah satu sisi bath tub. Lagi-lagi membiarkan air deras kucuran shower mengenai wajahnya. Meski dengan resiko, ia bisa tersedak lagi.

Sambil memejamkan mata, ia coba mengingat kejadian beberapa waktu lalu. Saat tengah berada di Jakarta. Sedang mengurus kepulangan Papa dari Singapura. Juga aqiqah Aran, bayi Anja.

Yu Adah memberitahunya tentang sesosok pria yang datang bersama Kinan ke rumah mereka.

"Saya yakin pernah lihat bapak itu," begitu kata Yu Adah.

"Nggantenge koyo ngono yo ra iso lali (gantengnya begitu sampai nggak bisa lupa)."

Ia tak terlalu ambil pusing. Meski tetap merasa penasaran.

Namun hati kecilnya berusaha memikirkan seribu satu alasan. Mungkin Kinan sedang ingin refreshing. Bersama teman atau rekan sekerja. Atau bahkan saudara sepupu. Terbukti Yu Adah merasa familiar ketika menjumpai pria yang mendatangi rumahnya bersama Kinan.

Toh selama bertahun-tahun situasi rumit pernikahan mereka, ia bukanlah sejenis orang suci. Tekanan pekerjaan dan adrenalin yang sering terpacu, mengharuskan sisi maskulinnya harus tetap terasah.

Sudah tak terhitung berapa kali trio konglo gesrek mengiriminya kado tak terduga. Namun justru paling diinginkan oleh (mungkin) sebagian besar pria (normal).

Ia memang selalu berusaha menolak.

Bagaimanapun juga, ia masih berstatus sebagai seorang suami. Juga abdi negara. Harus menjaga integritas dengan sebaik mungkin.

Ia tentu tak ingin, karier cemerlang yang dibangun dari tangga terbawah, akan hancur dalam sekejap. Hanya gara-gara ia tak mampu menahan diri.

Namun terkadang, pertahanannya akan jebol jika sedang berkumpul bersama teman-temannya itu. Yang memiliki gaya hidup bebas ala metropolis.

Walau tak sampai mengkhianati janji pernikahan. Sebab masih ada sosok Riyadh yang menjadi benteng terakhirnya. Masih memiliki kewarasan dalam memegang teguh norma.

"Happy happy oke lah," begitu Riyadh selalu bergumam. "Gua juga butuh refreshing."

"Kerjaan bikin stres!"

"Tapi kalau sampai making love," Riyadh menggelengkan kepala. "Not my type (bukan tipeku)."

"Lu bakalan nyesel sampai mati! Hanya gara-gara 30 menit with someone from nowhere (seseorang dari antah berantah). Lu mau ngancurin masa depan?!" sambung Riyadh dengan berapi-api.

Ya, tentu saja. Pengalaman telah berbicara. Tragedi yang menyertai perjalanan cinta Riyadh, jelas menjadi pengalaman berharga bagi sahabatnya itu.

Ia pun melakukannya tanpa harus melakukannya.

If you know what i mean (jika kau paham apa yang kumaksud).

Tapi Kinan?

Bersama Mas Pram?

Di apartemen eksklusif berdua?

Dini hari?

Hanya mengenakan bathrobe (jubah mandi)?

Dan lebih telaknya lagi, semua itu tersaji di depan mata, tepat di hadapan seluruh anak buahnya.

Detik itu juga berhasil menghancurkan harga dirinya dengan tanpa ampun.

Ia pasti sedang berada di neraka sekarang.

Sebab yang tersisa hanyalah rasa marah, kecewa, pedih, nyeri, ngilu, sekaligus tak berdaya.

Dan semua dorongan terburuk itu berhasil menggerakkan tangannya untuk meraih benda terdekat. Lalu melempar hingga tepat mengenai kaca wastafel.

PRANGNG!

Lemparan jitu yang berasal dari botol shampoo berhasil menghancurkan kaca hanya dalam waktu sekian detik. Menghamburkannya hingga berserakan memenuhi hampir setengah permukaan lantai kamar mandi.

Ia pun kembali menyandarkan leher ke salah satu sisi dinding bath tub dengan perasaan lelah. Menerima kucuran air dari shower. Berharap bisa mematikan api yang menyala dan membakar sekujur tubuhnya.

Namun sejurus kemudian pintu kamar mandi justru diketuk dari arah luar.

Tok! Tok! Tok!

Kemudian diikuti suara panik Yu Adah.

"Mas Tama? Mas!"

"Pean di dalam ta, Mas (anda di dalam -kamar mandi-, Mas)?"

"Mas!"

"Lapo (kenapa), Mas?"

"Mas Tama!"

Suara ketukan di pintu kamar mandi masih terus terdengar. Tapi ia tetap bergeming. Justru semakin menenggelamkan diri ke dalam bath tub.

***

Terpopuler

Comments

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

ud bang buang aja s kinan ke laut , ngapain marah2 , istri seperti itu mah ud ga ad nilainya walaupun pny beribu ribu alasan utk selingkuh . Suami bs menjaga hrg diriny ini malah istri yg ga pny akhlak

2025-01-13

1

dyul

dyul

perempuan yg katanya mental healt
tapi di ajak konseling gak mau
si perempuan paling merasa korban
padahal dia yg nyakitin org2 sekelilingnya

2024-12-26

1

dyul

dyul

sedih banget....
perempuan terzolimi....
tapi sering ngamar sm sepupu sendiri...

2024-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!