Bab 12. Cukup Sampai di Sini

Jakarta

Kinan

Ia tak tahu mengapa larut dalam tangis kesedihan bersama Mama. Padahal, ia sudah mempersiapkan hati sejak jauh-jauh hari. Sejak Mas Tama datang ke rumah di hari ulang tahun Reka. Saat Mas Tama bertanya dengan sangat datar dan lugas,

"Jadi ... siapa yang maju. Kamu ... atau aku?"

Apakah ini berarti, ia masih mengharapkan Mas Tama?

Entahlah.

Sebab sedingin dan sejauh apapun jarak antara dirinya dengan Mas Tama, ia menyadari sisi kualitas Mas Tama, sebagai sosok suami paling diinginkan oleh hampir sebagian besar wanita. Secara tampilan fisik juga kepemilikan materi. Di luar ego dan ketidakpekaan yang sudah menjadi karakter bawaan Mas Tama.

Atau sejatinya ia hanya merasa khawatir, karena sebentar lagi akan kehilangan fasilitas utama dan status sebagai istri sah Mas Tama.

Tapi mengapa harus khawatir? Toh ia dan Mas Pram bahkan sudah merancang masa depan bersama. Dan ia merasa sangat nyaman akan hal tersebut.

Mungkin memang kecamuk perasaan seperti ini wajar terjadi, saat kita menyadari jika sebentar lagi akan kehilangan sesuatu. Sesuatu yang sejatinya sangat berharga. Namun tersisih karena ia terlalu memberi ruang pada luka masa lalu.

"Kita sudah lama nggak ketemu," ucap Mama lembut. "Kapan terakhir kali kita ngobrol berdua?"

Ia hanya tersenyum malu. Pastinya sudah lama sekali. Hampir seusia Reka mungkin.

Dan selama itu pula Mama tetap berlaku sebagai mertua yang baik. Tak pernah berusaha mencampuri urusannya dengan Mas Tama, yang kian hari justru makin bertambah rumit. Pun tak pernah menuntutnya, untuk bersikap sesuai dengan keinginan stereotip seorang mertua pada menantu.

Mama juga dirinya masih saling berbagi bingkisan di setiap momen spesial keluarga.

Mama bahkan benar-benar memberinya ruang, kebebasan, juga penghormatan. Entah terbuat dari apa hati Mama, hingga bisa berlaku sebijak ini. Mungkin pengalaman hidup yang kaya, berhasil membuat Mama bisa menempatkan diri dengan tepat.

"Mama sedih ... semua harus berakhir seperti ini."

Ia hanya bisa menunduk malu.

"Mama dan Papa, selalu menginginkan yang terbaik untuk kalian semua."

Ia mengangguk mengerti.

"Jika memang perceraian adalah jalan terbaik yang harus ditempuh, kami tetap mendukung apapun keputusan kalian berdua."

Ia menatap Mama dengan penuh penghargaan. Ibu mertua terbaik yang pernah dimilikinya. Yang sebentar lagi akan menjadi orang lain. Sebab sudah tak ada lagi ikatan di antara mereka.

"Untuk malam ini ...." Mama menatapnya lembut. "Kinan menginap di sini, ya?"

Ia tak bisa menolak. Ia pun segera menghubungi Mas Pram yang sudah menunggu di sebuah hotel. Dan meminta maaf karena perjalanan pulang ke Surabaya harus berubah menjadi esok pagi.

"Mama bujuk kamu?" tanya Mas Tama. Ketika untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, mereka kembali berada dalam satu kamar yang sama.

Ia menggeleng, "Mama mendoakan yang terbaik."

Mereka tidur dengan posisi saling memunggungi. Jarak yang begitu dekat namun sebenarnya teramat jauh. Dengan tembok kokoh yang sengaja mereka bangun tinggi-tinggi. Tanpa ada seorangpun yang berkeinginan untuk melanggarnya.

Semua terasa semakin asing, dingin, dan tak mungkin terjangkau lagi.

***

Tama

Ia memandangi punggung Kinan yang bergerak teratur turun naik. Tengah terlelap di alam mimpi.

Dalam keadaan sedekat ini, kemarahan dan emosi yang beberapa pekan terakhir terus merongrong perlahan mulai menguap. Berganti dengan sejumput rasa penyesalan yang tiada berguna.

Ia marah dan hancur saat mengetahui keberadaan Kinan di apartemen bersama Om Pram. Tapi jauh sebelumnya, ia jelas memegang peranan dalam keretakan rumah tangga mereka.

Tak ada yang paling benar ataupun paling salah di sini. Ia dan Kinan sama-sama berada di sisi yang benar tapi juga salah.

Terlebih ia bukanlah sejenis pria suci, yang tak pernah tertarik pada wanita manapun selain Kinan. Ia bahkan sudah memberi ruang tersendiri untuk satu sosok yang cukup menarik perhatian. Sosok terlarang yang seharusnya dihindari.

"Penerbanganmu jam berapa?" tanyanya usai menemani Papa berolahraga ringan di halaman samping.

Ia pikir mereka akan pulang ke Surabaya bersama. Tapi ternyata Kinan sudah memiliki agenda sendiri.

Dan ia hanya bisa tersenyum getir, saat mengetahui, siapa orang yang menyambut Kinan di sebuah hotel.

Sudah cukup sampai di sini.

--------- 

Surabaya

Dua kali panggilan mediasi, dan mereka berdua sepakat untuk melewatkannya. Hakim akhirnya mengabulkan putusan cerai. Selang waktu seminggu, ia telah mengantongi akta cerai.

"Saderengipun kulo nyuwun pangapunten ingkang kathah, Bu (sebelumnya saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, Bu)," ucapnya ketika malam ini sepulang dari kantor, menjadi waktu yang dipilih untuk berpamitan dengan ibu.

"Ojo ngono, nak. Mestine ibu sing njaluk sepuro (jangan begitu, nak. Seharusnya ibu yang minta maaf)," ibu menggeleng tak setuju.

"Ibu nggak iso ngewangi opo-opo (ibu nggak bisa membantu banyak)."

Ia mengangguk, "Kulo kaleh Kinan mpun mutusi badhe pisah (saya dan Kinan sudah memutuskan untuk berpisah)."

"Pangapunten ingkang kathah sedoyo kalepatan kulo (mohon maaf yang sebesar-besarnya atas semua kesalahan saya)," sambungnya sungguh-sungguh.

"Menungso iku panggonane salah. Tulung ikhlasno kelakuane Kinan yo, nak (manusia itu tempatnya salah. Tolong ikhlaskan perilaku Kinan ya, nak)," ibu kini mulai terisak.

"Kulo titip Kinan kaleh Reka teng mriki (saya titip Kinan dan Reka di sini)," ia berusaha menenangkan.

"Iyo (iya), nak. Iyo," ibu masih saja berlinang air mata. "Kinan mbek Reka In syaAllah aman ndek kene (Kinan dan Reka aman di sini)."

Ia bisa menghadapi ibu tanpa kesedihan berlebih. Namun saat berpamitan dengan Miko, ia hampir tak mampu menguasai diri.

Miko yang berbeda dengan mereka. Miko yang membutuhkan perhatian lebih dari siapapun. Namun bisa berucap dengan jelas, "Terima kasih, Mas Tama. Untuk semuanya selama ini."

"Sehat-sehat ya, Mik," ia menepuk bahu Miko perlahan. "Titip Reka di sini."

Miko mengangguk, "Iya, Mas. Aku jagain Reka biar nggak nakal."

Ia tersenyum. Miko menjadi sosok yang membuatnya berat untuk mengucap salam perpisahan.

Selepas berpamitan dengan ibu, ia juga mengajak Kinan untuk mengunjungi bapak. Yang kini tinggal bersama keluarga barunya.

Dan selama ia berbicara dengan bapak, Kinan tak henti-hentinya meneteskan air mata.

"Semakin aku membenci bapak ... ternyata semakin aku mencintainya," isak Kinan di dalam mobil saat hendak pulang.

Ia hanya bisa menghela napas panjang.

"Aku benci bapak," imbuh Kinan dengan air mata berderai. "Tapi aku tahu kalau aku juga cinta sama bapak, hormat sama bapak, menghargai bapak. Aku ...."

"Luka ini benar-benar membunuhku ...." Kinan makin terisak.

"Mungkin seharusnya aku memeluk luka. Bukannya menjauhi dan memusuhinya ...."

"Mungkin harusnya aku berdamai dengan diri sendiri. Bukannya mencari pembenaran ...."

Ia tak mengatakan apapun. Ia juga tak melakukan apapun. Berusaha memberi kesempatan seluas-luasnya pada Kinan untuk meluapkan perasaan.

Sebab fokusnya kini hanya satu. Yaitu bagaimana caranya bisa meraih Reka kembali. Benar-benar PR yang sulit juga rumit.

***

Jakarta

Pocut

"Boleh lihat tangan kanannya, Cut?" tanya tamu wanita dengan perhiasan berkilauan itu padanya.

Ia sempat tertegun karena bingung. Namun sebelum sempat menolak, tamu wanita tersebut telah meraih pergelangan tangan kanannya.

"Wah?" tamu tersebut menatapnya dengan mata berbinar. "Tangan kamu bagus sekali."

"Urat hijaunya kelihatan jelas," sambung tamu itu lagi. "Kontras dengan kulit kamu yang putih bersih."

"Mak Agam ...." ucap tamu wanita tersebut ke arah Mamak. "Saya cocok ini sama Neng Cut."

"Istri pembawa keberuntungan," lanjut tamu tersebut dengan penuh keyakinan. "Urat hijau yang jelas terlihat, pertanda bisa membawa suami pada kemasyhuran, nama besar, kekayaan."

Mamak berdehem. Sementara ia mulai merasa jengah dan tak nyaman.

"Mau ya, jadi istri keempat suami saya?"

Ia bersedia menerima tamu tersebut karena datang dari jauh. Sekaligus menghargai sebagai sesama wanita. Tapi ternyata, ujung-ujungnya mengarah pada hal yang mati-matian dihindarinya.

Ia telah berulangkali menolak lamaran. Bukan hal yang baik memang. Ia bahkan tak pernah menginginkannya. Apalagi dilamar oleh pria beristri, dijadikan istri ke sekian, atau dijodohkan dengan seorang kenalan.

Menikah lagi sama sekali tak pernah ada dalam pikirannya. Meski hanya sekedar lintasan.

Baginya, Bang Is adalah suami pertama dan satu-satunya. Tak ada lagi orang lain.

Ia tentu ingin kembali berjumpa dengan Bang Is. Dan menikah lagi membuatnya tak bisa mendampingi Bang Is kelak. Terlebih, Icad sudah mengultimatumnya untuk tak menikah lagi. Ia bahkan terang-terangan mengucap, tak mau memiliki ayah baru.

Toh ia masih bisa membesarkan anak-anak sendiri. Apalagi ia sudah berjanji pada diri sendiri, akan terus mendampingi Mamak sampai kapanpun.

Jadi, ketika tamu yang berdatangan ke rumah semakin beragam dan terasa kian mengganggu. Sementara ia juga tak bisa terus menghindar dengan bersembunyi di belakang rumah, atau berdiam diri di kamar, atau bahkan menumpang bersembunyi di rumah tetangga.

Tawaran dari Pak Raka sejak jauh hari, tentang kesempatan baginya untuk bekerja di Selera Persada mulai mengusik.

Lagipula keude sudah bisa dipegang oleh Cing Ella. Dengan dua orang tukang masak yang kerap diperbantukan. Mamak hanya tinggal mengawasi.

Anak-anak juga sudah semakin besar. Icad, Umay, dan Sasa sudah bisa mandiri. Tak lagi bergantung penuh padanya.

"Kamu dulunya lulusan SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas)©, bukan?" Pak Raka mencoba memastikan.

"Bisa lah untuk pembukuan keuangan dan administrasi sederhana."

"Kebetulan ada staf administrasi yang kena musibah kecelakaan. Harus off sampai benar-benar pulih."

Dan ketika ia coba mengeluhkan tentang banyaknya tamu yang berdatangan, Mamak hanya berucap.

"Jangan lupa memohon petunjuk."

"Mamak lebih tenang kalau kau menikah lagi."

Ia menghela napas panjang mendengar penuturan Mamak.

"Tapi kalau memang sudah tak nyaman dengan tamu yang tak bisa kita tolak kedatangannya, Mamak hanya bisa mendoakan yang terbaik."

"Yang penting luruskan niat dalam bekerja."

***

Keterangan :

SMEA sekarang dikenal dengan nama SMK (sekolah menengah kejuruan)

Terpopuler

Comments

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

s kinan perempuan ga tau malu , blm cerai aja sikapny sebagai istri tama seperti itu . Ketemuan d tempat seperti itu , apartemen hotel . Lah istri macam ap kamu nan .

2025-01-18

0

dyul

dyul

loe bukan sedih nyesel
loe cmn bingung
om om kesayangan elo, bisa gak kasih privilege kayak mas tama kasih ke klg loe....

2024-12-26

0

dyul

dyul

cuman miko yg tau Terima kasih
karena dia tau mas tama yg ngurus klg kinan, cmn bingung, seorg ibu kok gak bisa mengingatkan anak perempuan nya

2024-12-26

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!