Bab 14. Same Shit, Different Way

Same Shit, Different Way

(Hal buruk yang sama, cara yang berbeda)

***

Surabaya

Kinan

Ketika malam itu Mas Tama datang ke rumah. Membawa salinan putusan akta cerai yang baru saja keluar. Kemudian mengembalikannya pada ibu. Ia seakan sedang melayang-layang di udara.

Dadanya terasa penuh sesak. Seperti dihimpit oleh satu dump truck penuh batu. Bagai kehilangan separuh nyawa. Benar-benar tiada daya dan upaya.

Bukan.

Bukan karena ia masih menyimpan rasa pada Mas Tama. Atau berharap bisa kembali menjadi satu keluarga yang utuh.

Toh perceraian ini bukan hasil pemikiran satu atau dua hari. Ia dan Mas Tama telah melewati banyak hal, banyak pertemuan, banyak pembicaraan. Dan yang terpenting adalah, sama-sama banyak membuat kesalahpahaman yang tak kunjung terurai. Bahkan hingga putusan cerai resmi keluar.

Tapi sekali lagi. Perpisahan bukanlah hal yang mudah. Meski saat kali pertama ia memutuskan pergi dari sisi Mas Tama, kata cerai seolah terus membayangi dan menghantuinya.

Namun keteguhan hati Mas Tama untuk tetap mempertahankan pernikahan, membuatnya terkadang berpikir. Someday ... somehow ... keadaan mereka akan kembali membaik seperti semula. Terlebih jika mengingat Reka.

Sayang apa la cur, kian kemari justru permasalahan mereka bertambah rumit. Semakin menggerogoti rasa di antara mereka berdua. Hingga akhirnya hilang tak bersisa.

Kemudian ditambah kehadiran tak terduga Mas Pram. Yang memberinya angin segar dan harapan kebahagiaan baru. Tentang bagaimana seorang pria seharusnya bersikap. Penuh kelembutan, sangat mengerti, selalu mengayomi, namun tetap bisa menjadi pemimpin. Benar-benar jelmaan sosok impian yang telah diidamkannya sejak lama.

Dan perpisahan ini berhasil membuat dirinya juga Mas Tama sama-sama hancur. Terutama Reka.

Reka tentu menjadi PR besar baginya. Tentang bagaimana cara memperbaiki sikap acuh dan dingin Reka terhadap Mas Tama.

Padahal ia merasa sudah melakukan yang terbaik. Dengan tak pernah mengatakan hal buruk tentang Mas Tama di hadapan Reka. Ia juga berusaha keras tak terlihat menangis atau bersedih di hadapan Reka.

Selalu berupaya jika keadaan sedang baik-baik saja. Meski ia tengah dilanda dilema akibat trauma mendalam masa kecil. Walau ia sedang bingung dengan apa yang sebenarnya diinginkan oleh diri.

Bahkan saat ia tengah menjalani proses terapi. Dengan resep obat berdosis cukup tinggi yang mengandung penenang. Ia tetap berusaha keras bersikap wajar di hadapan Reka.

Kendati itu artinya, ia harus menekan tumpukan perasaan asing dan emosi negatif. Yang mulai bermunculan selama menjalani proses terapi. Memaksa keluar seolah hendak mengambil alih penguasaan terhadap diri. Sampai ia terkadang lupa, dengan apa yang pernah dilakukan dan diucapkannya sendiri. Benar-benar sedalam itu efek luka masa lalu yang menggerogoti hati.

Namun entah mengapa, ia akan berubah menjadi wanita paling berbahagia jika berhadapan dengan Mas Pram. Menjadi wanita paling diinginkan dan diperjuangkan dengan sepenuh hati. Mas Pram berhasil mengisi ruang kosong di sudut hati. Sekaligus mengobati luka mendalam yang tak kunjung pulih.

"Aku udah cerita ke anak-anak tentang keberadaan kamu," begitu kata Mas Pram. Yang telah lebih dulu berpisah dengan sang istri.

"Dan mereka paham. Kalau aku dan Mami mereka memang tak baik jika terus bersama."

Ia hanya menghela napas. Tentu saja semudah ini. Karena kedua anak Mas Pram sudah berusia dewasa. Sekaligus open minded (memiliki pola pikir terbuka). Tak suka ikut campur. Dan tak mempermasalahkan tentang perihal pribadi orang lain. Bahkan orangtuanya sendiri.

Ia bahkan sudah pernah dipertemukan dengan kedua anak Mas Pram. Dan reaksi mereka tetap sama seperti yang pernah diceritakan oleh Mas Pram. Menerima kehadirannya. Meski bukan berarti dengan tangan terbuka.

Ia tetap merasakan aroma asing yang kaku. Namun segera terobati oleh sikap mengayomi Mas Pram. Yang membuatnya bertekuk lutut dan jatuh cinta berkali-kali.

"Begitu masa iddah kamu selesai, aku akan segera melamar," Mas Pram bergumam yakin.

"Kita akan menghabiskan masa tua bersama," lanjut Mas Pram semakin yakin, membuat hatinya sontak menghangat.

Dan malam ini, tak ada angin tak ada hujan, tiba-tiba saja Mas Pram mengajaknya untuk dinner di luar. Sekedar melepas penat setelah seharian, mereka berdua sama-sama berjibaku dengan para pasien dan segala keluhannya.

Namun sama sekali tak pernah menyangka, jika ia akan kembali bertemu dengan seseorang dari masa lalu.

Ya, tentu saja. Mereka berdua tinggal di kota yang sama. Probabilitas pertemuan jelas cukup tinggi. Terlebih jika menilik dari gaya hidup dan selera mereka yang hampir sama.

Hanya saja tak sampai hati meski sekedar hanya mengira, jika di tempat ini ia akan mendapati seorang pria. Yang mengenakan kemeja warna abu berlengan panjang, namun digulung hingga siku. Dengan rambut basah berkeringat dan wajah merah padam. Tengah menggebuk drum dalam penghayatan penuh. Sedang memainkan Moby Dicknya Ledd Zeppelin.

Sama persis seperti bertahun silam. Saat kali pertama ia mengetahui, jika Mas Tama memiliki hobi bermain drum. Instrumental yang dimainkan adalah jenis yang sama.

Momen itu juga, ia langsung tersungkur ke palung laut terdalam. Dengan dada sesak menahan pedih yang teramat menyakitkan.

Ia kembali hancur.

Bahkan semakin hancur.

***

Tama

Riyadh dan Wisak benar. Ia memang sedang ingin menghantam seseorang. Dan seperangkat alat musik drum adalah pelampiasan sempurna. Sejenis exit strategy low impact (jalan keluar tanpa efek buruk yang ditimbulkan).

Terlebih ditambah dengan sambutan meriah dari para pengunjung sky bar. Ditandai oleh tepukan riuh yang menggema. Sesekali bahkan terdengar suitan menggoda. Membuatnya kian bersemangat menggebuki benda yang berada di hadapan.

Kini keringat sudah pasti mengalir deras membanjir di sekujur tubuh. Seiring dengan ritme pukulannya yang semakin cepat.

Namun ia dan Riyadh masih bisa saling melempar tawa lepas. Bukti nyata jika seorang pria tetaplah pria. Mereka membutuhkan mainan yang asyik sebagai pendistrak pikiran dan pelampiasan. Tak ada yang berubah.

Ia hampir berada di penghujung lagu. Ketika bencana tiba-tiba datang menghampiri tanpa diundang. Tepat saat kedua matanya, tak sengaja menangkap bayangan kehadiran sosok Kinan bersama Om Pram.

Hanya dalam satu kedipan mata, keriaan tiba-tiba berubah menjadi petaka. Keseluruhan fungsi tubuh mendadak kacau balau dengan sendirinya.

Dan ketika Riyadh dengan antusiasme tinggi sebab tengah dipenuhi euforia bertanya, "Next?"

Ia justru memasang wajah masam. Lebih memilih untuk meletakkan stick drum pada tempatnya. Kemudian beranjak pergi begitu saja.

Meninggalkan Riyadh yang terheran-heran dengan tingkah ajaibnya. Sekaligus mengabaikan teriakan para pengunjung, yang memintanya untuk kembali bermain.

"Toilet di sebelah mana?" tanyanya cepat, pada seorang pegawai berseragam yang pertama dijumpai.

Dan begitu masuk ke dalam toilet. Ia langsung menghambur ke depan kloset. Lalu memuntahkan seluruh isi perut. Dengan tanpa kecuali.

Bukti konkret jika sisi emosionalnya belum benar-benar pulih. Justru kini kian bertambah parah.

Ia sendiri tak bisa menebak, kira-kira sudah berapa lama berjibaku di dalam toilet. Memasukkan kepala ke lubang kloset. Untuk memuntahkan isi perut secara habis-habisan. Hingga membuat kedua bola mata dan hidungnya berair.

Apakah ia menangis?

Ia langsung terbahak, demi mendengar pertanyaan paling kurang ajar yang entah dilontarkan oleh siapa. Namun terdengar begitu jelas menggema di dalam kepala.

Sedangkan dadanya kini kembali penuh sesak. Entah diakibatkan oleh apa atau siapa. Ia tak mau tahu dan tak ingin mencari tahu. Sebab perasaannya juga bak teriris sembilu. Pedih campur nyeri yang menghujam.

Ia kembali tertawa sendiri. Tawa paling getir dan terdengar menyedihkan yang pernah ada. Lalu buru-buru beranjak keluar. Mendekati wastafel. Dan langsung mencuci muka di sana.

Untung saja kondisi toilet sedang sepi. Hanya terdapat satu dua orang yang masuk ataupun keluar. Menjadi setting sempurna bagi orang semengenaskan dirinya.

Kemudian ia beralih memandangi kaca. Dan langsung menemukan sesosok wajah asing yang basah. Tanpa sadar tangannya bergerak mengusap di sepanjang garis cambang.

Ia pun mendesis kesal. Sebab baru menyadari jika lama tak bercukur. Membuat wajahnya terkesan kotor dan tak terawat.

Ia kembali memandangi kaca. Kali ini untuk memperhatikan pantulan diri dengan sungguh-sungguh.

Ia adalah seorang pria dewasa. Bukan anak kecil rapuh yang membutuhkan uluran tangan dari orang lain.

Namun pukulan telak yang berhasil menghancurkan harga diri, benar-benar membekas dan sulit untuk dilupakan.

Damned!

"Kirain udah mati lu!" seloroh Wisak. Begitu melihatnya berjalan dengan langkah gontai menghampiri meja bar.

Ia hanya menyeringai malas. Lalu mendudukkan diri di sebelah Riyadh.

"Mereka langsung pergi begitu tahu lu ada di sini," gumam Riyadh. Tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponsel.

Ia tertawa sumbang. Berpura-pura untuk tak menghiraukan.

"Ah!" Riyadh menggumam kesal. "Jam berapa sekarang?"

Ia tak peduli. Begitu juga dengan Wisak. Yang tengah asyik menyesap gelas berisi minuman berwarna kuning keemasan.

"Sep?" Riyadh bicara melalui ponsel. "Di mana?"

"Masih di kantor?"

"Belum beres?"

"Istri saya belum pulang ke rumah. Bisa tolong jemput ke kampus nggak?"

Ia masih duduk diam. Sementara Wisak mulai menyorongkan gelas lain ke arahnya, yang juga berisi minuman berwarna kuning keemasan.

Tapi ia menggeleng, "Gua nyetir sendiri."

Akan sangat lucu jika ia mendapatkan jackpot kemudian tak bisa pulang ke rumah. Atau lebih sial lagi, menyetir dalam keadaan mabuk lalu mendapat masalah.

"Bukan! Bukan yang di Setiabudi!" suara Riyadh mendadak meninggi.

Membuat dirinya dan Wisak menoleh.

"Di DU (Dipati Ukur) ... DU!" lanjut Riyadh dengan suara yang terdengar semakin kesal.

"Ya!"

"Kalau udah ketemu langsung kabari saya, Sep!"

Riyadh segera memutus sambungan ponsel dengan wajah keruh.

"Kenapa?" Wisak mengangkat dagu ingin tahu.

Riyadh menggerutu, "Jam segini Inne belum pulang ke rumah!"

Wisak kembali menyesap minumannya. Sementara ia memilih untuk memesan summer breeze, daripada harus meminum Cognac pemberian Wisak.

"Inne kayak punya masalah serius sama daya ingat," sungut Riyadh lagi. "Udah berkali-kali pergi ke DU, pulangnya masih nyasar juga."

"Bawa mobil sendiri nyasar?" Wisak mengernyit heran.

"Naik angkot," gumam Riyadh dengan wajah sebal.

"Hari gini ...." kini gantian Wisak yang menggerutu. "Taxi online bertebaran di mana-mana. Kenapa nggak bawa sendiri?"

Riyadh hanya mendecak. Meraih segelas mocktail lalu menyesapnya.

"Makasih," sementara ia baru saja menerima summer breeze dari bartender, dan langsung meminumnya.

"Inne nggak bisa nyetir," gerutu Riyadh. "Even naik motor pun nggak bisa."

"Tuh ... kado kawinan ngejogrok di rumah nggak pernah dipakai," gumam Riyadh yang kembali memeriksa ponsel.

"Udahlah ...." Wisak yang entah sudah menghabiskan berapa gelas Cognac, kini mulai bergumam-gumam dengan suara tak jelas.

"Kasih driver ... aman ...."

"Daripada bini lu kenapa-napa di jalan."

Riyadh hanya mendesis ke arah Wisak. Kemudian suasana di antara mereka bertiga mendadak hening. Hanya terdengar gumaman orang saling berbicara di sekeliling mereka.

Sementara dari arah panggung, suara musik menghentak yang digawangi oleh seorang DJ kenamaan, rupanya telah berhasil membakar dance floor. Menciptakan suasana panas yang riuh rendah.

Namun mereka bertiga tetap sibuk dengan pikiran masing-masing. Sama sekali tak terpengaruh oleh hingar bingar yang menggoda.

Tak lama kemudian, Riyadh kembali mengangkat panggilan yang masuk ke dalam ponsel.

"Ya?"

"Oke. Makasih, Sep!"

"Kan ... Inne nyasar lagi," gumam Riyadh sebal usai meletakkan ponsel ke atas meja bar. "Untung ketemu sama Asep."

"Jago juga Asep nyari bini lu!" Wisak terkekeh.

Tapi Riyadh menggelengkan kepala, "Nope. Inne sendiri yang datang ke Magna karena nyasar. Untung Asep belum jadi pergi."

Sementara ia sama sekali tak memedulikan obrolan Riyadh dan juga Wisak. Lebih memilih untuk menyesap habis summer breeze miliknya.

Kini mereka bertiga kembali terdiam. Tak ada yang berminat untuk membuka pembicaraan. Semua tenggelam dalam renungan sendiri.

Wisak menghembuskan asap putih ke udara. Sambil sesekali menyesap gelas minumannya.

Sementara Riyadh sibuk di depan layar ponsel dengan kening berkerut.

Sedangkan ia sama seperti Wisak. Mengisap rokok dan berharap seluruh penat bisa langsung hilang, bersamaan dengan asap yang membumbung ke udara.

"Selamat malam ...." sebuah sapaan lembut berhasil mengejutkan mereka bertiga. "Dengan Mas Wisak?"

Ia mengernyit heran. Begitu juga dengan Riyadh. Demi mendapati seorang gadis berusia awal 20an, yang memiliki wajah cukup familiar. Kini telah berdiri di hadapan mereka bertiga dengan senyum merekah.

Familiar karena ia tahu, gadis tersebut adalah seorang influencer yang cukup ternama. Dalam beberapa kesempatan terakhir bahkan sudah sering tampil di layar kaca.

Ia dan Riyadh sempat saling melempar pandang sebab tak mengerti.

Namun gadis cantik tersebut tanpa sungkan langsung berjalan mendekati Wisak. Dan mengambil duduk di sisi sebelah kiri Wisak.

Sontak membuat dirinya dan Riyadh kembali saling melempar pandang. Namun kali ini sambil menyeringai sebal. Begitu menyadari, jika Wisak tak pandang bulu dalam melancarkan virus womanizernya.

"Gua cabut dulu," Riyadh menyimpan ponsel ke dalam saku. "Jam tujuh pagi ada meeting sama orang Pemprov."

Ia pun menguap. Mengikuti jejak Riyadh berkemas. Setelah sebelumnya meletakkan selembar rupiah ke atas meja.

"Buru-buru amat, masih sore nih," Wisak terkekeh senang.

Tapi ia dan Riyadh sudah keburu beranjak.

"Thanks, bro," ujar Riyadh sembari melambaikan tangan ke arah influencer cantik di samping Wisak. Lalu mengangguk, "Mari ...."

"Buru-buru amat mau ke mana, Om?" seloroh gadis belia tersebut.

Membuatnya terbahak tanpa suara. Sementara Riyadh hanya tersenyum kecut karena dipanggil dengan sebutan Om. Padahal Wisak tadi disapa Mas dengan nada yang teramat manis.

"Makasih traktirannya," ia menepuk bahu Wisak sekilas sebelum melangkah pergi.

"Eh, lu ikut cabut juga, Tam?" Wisak menatapnya tak percaya.

"Udah kenyang," ia menepuk perut yang telah kosong akibat muntah-muntah tadi.

"Perut iya kenyang," Wisak tersenyum jahil. "Bawah perut belum diservice."

Ia hanya menyeringai getir. Lebih memilih untuk melambaikan tangan. Lalu segera berlari mengejar Riyadh yang telah terlebih dahulu beranjak pergi.

Dan di dalam lift mereka berdua hanya saling berdiam diri. Sampai Riyadh keluar di lantai 15. Di mana mereka akhirnya berpisah. Karena ia masih harus meluncur ke bawah menuju basement.

Selama itu pula keadaan lift kosong melompong. Tak ada orang lain selain dirinya.

Membawa ingatannya kembali melayang pada luka menganga.

Some shit, different way, batinnya sinis.

Membuatnya kini bisa memahami satu hal. Yaitu betapa ia dan Kinan sama-sama terluka saat masih bersama. Semakin terluka ketika memutuskan untuk berpisah. Dan luka yang justru kian dalam meski mereka benar-benar telah berpisah.

Luka yang berasal dari perpaduan sempurna antara amarah, sakit hati, kekecewaan, kesedihan, sekaligus penyesalan.

Sisi lain dari pasangan yang memutuskan untuk berpisah. Terlebih sudah memiliki buah hati. Namun jarang terungkap ke permukaan.

Ting!

Terbukanya pintu lift serta merta berhasil membuyarkan lamunan.

Dan sembari melangkah keluar, relung hati yang terdalam seakan berbisik walau masih diliputi secercah keraguan.

Kau memerlukan obat.

Obat yang mujarab.

Ia segera melangkahkan kaki panjang-panjang menuju tempat di mana kendaraannya terparkir. Dengan kepala yang dipenuhi oleh berjubel pertanyaan. Dan satu dari sekian banyak yang paling mengusik adalah,

Di mana ia bisa menemukan obat yang mujarab?

Apakah ia bisa menemukannya?

Ataukah ia akan terus berkubang dalam luka, hingga seluruh harga diri habis tak bersisa lagi?

***

Keterangan :

Masa iddah. : adalah masa tunggu. Masa di mana seorang wanita yang telah ditinggal wafat oleh suaminya atau diceraikan karena talak. Untuk menunggu dan menahan diri dari menikahi laki-laki lain.

Masa iddah terbagi menjadi beberapa ketentuan :

Pertama, wanita yang ditinggal wafat suami dan dalam keadaan hamil, maka iddahnya adalah hingga melahirkan. Berdasarkan QS 65 : 4.

Kedua, wanita yang ditinggal wafat suaminya dan tidak dalam keadaan hamil, maka iddahnya selama 4 bulan 10 hari. Tidak ada perbedaan antara wanita yang belum haid, masih mengalami haid, atau sudah berhenti haid (menapouse). Pun tidak ada bedanya apakah sudah pernah bergaul suami-istri atau belum. Berdasarkan QS 2 : 234.

Ketiga, wanita yang dicerai suami dalam keadaan hamil, maka iddahnya hingga melahirkan.

Keempat, wanita yang dicerai suami, tidak dalam keadaan hamil, sudah pernah bergaul suami-istri, dan sudah/masih haid, maka iddahnya adalah tiga kali quru. Berdasarkan QS 2 : 228.

Kelima, wanita yang dicerai tidak dalam keadaan hamil, sudah pernah bergaul suami-istri, dan belum haid atau sudah menopouse, maka iddahnya adalah selama tiga bulan. Berdasarkan QS 65 : 4.

Keenam, wanita yang dicerai namun belum pernah bergaul dengan suaminya, maka tidak ada masa iddah baginya. Berdasarkan QS 33 : 49.

Adapun bulan yang menjadi patokan penghitungan adalah bulan hijriyah (sumber tentang bab masa iddah diambil dari : nu.or.id).

Summer breeze : adalah minuman yang terbuat dari campuran jus jeruk, soda berwarna biru, serta jamur enoki sebagai isi. Rasanya segar, dengan sedikit asam dari jeruk (Wikipedia).

Mocktail. : merupakan minuman kombinasi dari sari atau jus buah, dengan berbagai macam minuman bersoda (idntimes).

Jackpot. : adalah terlalu banyak mengonsumsi minuman beralkohol. Hingga menjadi mabuk, kepala pusing, muntah-muntah, terkadang sampai tak bisa berdiri.

Terpopuler

Comments

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

yg pertama selingkuh itu ya kamu nan tp kok se olah2 yang salah d sini s mas tama , aneh kamu nan. Kamu itu emang ga pny rasa syukur n terimakasih pny suami seperti mas tama. Ga ad suami yg sempurna.

2025-01-19

0

YuWie

YuWie

Magna?..ehh cakra ngajar bimbel dimana..kok lupa2 ingat. magna jg bukan? Bosnya siapa ya Riyad kah..ahhh lupa bgt hrs luncur lagi buka BP

2025-02-01

0

💐Tari Nyonya Sibuea💐

💐Tari Nyonya Sibuea💐

murahan..n nggk ad iman pst na😏

2025-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!