Bab 8. Enigma

💞 Agar menjadi perhatian 💞

Bab ini setengahnya menceritakan tentang bagaimana proses autopsi dilakukan.

Bisa dilewati saja dan langsung membaca part Icad di bagian paling bawah, bagi readers tersayang yang merasa kurang nyaman dengan penjelasan proses autopsi ataupun penyebutan nama organ tubuh tertentu.

Happy reading 🤗

***

Enigma

(Teka-teki, tidak jelas -tentang ucapan-, misterius --arti menurut KBBI--)

***

Surabaya

Tama

Kekisruhan di depan ruang autopsi kian memanas.

Sekelompok orang di belakang Fidelis dan sejumlah petugas mulai saling dorong. Sementara Heru masih berupaya untuk mendinginkan suasana.

Ia dengan kepala yang terasa semakin berat juga pening, lebih memilih untuk pergi menjauh dari arena keributan. Bertepatan dengan munculnya Erik secara tiba-tiba.

"Mas!" Erik memberitahunya sejumlah informasi krusial.

Ia mengangguk mengerti. Kemudian bergegas meninggalkan kericuhan. Menyusuri selasar dengan setengah berlari. Lalu memutar arah melewati ruang isolasi. Dan kembali memasuki ruang pemulasaraan jenazah melalui pintu belakang.

Saat berlari itu pula, terdapat sebuah panggilan masuk ke dalam nomor ponsel dinasnya.

Metro 1 Calling

"Siap, Pak! Dimengerti!" jawabnya cepat. Sambil mengetuk pintu ruang autopsi.

 ----------

"Today I don't feel like doing anything

I just wanna lay in my bed"

(Bruno Mars, The Lazy Song)

Suara musik enerjik langsung menyambutnya begitu memasuki ruangan autopsi. Berbanding terbalik dengan suasana dingin dan asing yang menyergap. Termasuk bau formalin yang menusuk tajam.

Seorang dokter spesialis forensik dengan dibantu oleh asisten, terlihat tengah melakukan autopsi terhadap jenazah Om Jusuf.

Ia pun berjalan mendekati Rajas, yang sedang berdiri termangu di salah satu sisi. Berada cukup jauh dari meja autopsi.

"Here we go (kita mulai) ...." gumam Rajas begitu menyadari kemunculannya.

Ia menepuk bahu Rajas. Lalu bergerak ke depan agar bisa melihat dengan lebih jelas.

"Pak?" Sigit yang ditugaskan untuk mengawasi langsung jalannya proses autopsi, menganggukkan kepala begitu melihatnya.

Ia hanya mengangkat tangan kanan.

Rupanya proses pembedahan sudah berjalan setengahnya. Jenazah Om Jusuf telah disayat mulai dari kedua sisi bahu, area dada, perut, hingga ke daerah tulang pinggul.

Kulit dan jaringan di bawahnya juga telah dipisahkan. Sehingga tulang rusuk dan ruangan di daerah abdomen terlihat jelas.

Kini dokter forensik tengah berusaha melepas tulang rusuk untuk membuka akses. Sehingga dapat memperlihatkan organ leher dan dada.

Tidak banyak darah yang mengalir saat prosedur berlangsung. Sebab, jantung sudah tidak lagi memompa darah.

Begitu tulang rusuk di depan terlepas. Dokter kemudian memeriksa organ-organ di dalamnya melalui mata telanjang. Sementara Sigit telah siap mendokumentasikan.

Setelah asisten mencatat semua hal sesuai dengan yang diperintahkan oleh dokter, tahap selanjutnya adalah mengambil organ-organ tersebut.

Dokter mengambil organ trakea, kelenjar tiroid dan paratiroid, esofagus, jantung, aorta toraks, juga paru-paru.

Usai seluruh organ-organ tersebut diambil, dokter mulai mengambil organ lain di bawahnya. Yaitu usus, hati beserta empedu, pankreas, limpa, ginjal dan kelenjar adrenal, ureter, kantung kemih, aorta abnominal, dan organ reproduksi.

Ia sudah berulangkali mengikuti proses autopsi. Termasuk mayat yang telah terkubur selama berhari-hari dan hampir membusuk. Juga mayat yang hangus akibat kebakaran. Maupun mayat yang hancur akibat pembunuhan dan mutilasi.

Tapi melihat seorang yang dikenal cukup baik seperti Om Jusuf diautopsi, membuat perutnya bergolak tak karuan. Ditambah kepala pening dan mata mengantuk. Menjadi perpaduan buruk yang menyebalkan.

Sementara suara Bruno Mars dengan iringan musik menghentak, masih terdengar memenuhi seluruh sudut ruangan.

Ia segera menelan saliva dengan cepat. Berusaha keras memperhatikan dokter, yang kini tengah memeriksa sampel organ dengan menggunakan mikroskop.

"Pak Tama!" dokter forensik beralih dari mikroskop dan melihat ke arahnya.

"Saya membutuhkan waktu yang lebih lama."

 ---------

Fidelis yang juga mengklaim sebagai perwakilan resmi pihak keluarga korban, hanya memberi waktu 24 jam untuk menyelesaikan proses autopsi. Dan bersikeras membawa jenazah Om Jusuf, untuk diterbangkan ke Jakarta pada esok hari.

Rajas tak bisa berbuat banyak. Sebab bukti dan dukungan bagi Fidelis, lebih kuat di mata hukum dibandingkan dengan posisi Rajas.

Jadilah mereka menyelesaikan proses autopsi secara maraton.

 ----------

Ini adalah hari kelima dari waktu terbunuhnya Om Jusuf. Namun titik terang belum berhasil diperoleh.

Berbelitnya keterangan yang diberikan oleh Cundamanik. Serta hasil pemeriksaan urine yang menyatakan, jika Cundamanik tengah berada dalam pengaruh narkoba saat kejadian. Menimbulkan banyak dugaan, tentang kronologi terbunuhnya Om Jusuf yang sebenarnya.

Dan dalam pemeriksaan hari ini, kesaksian Cundamanik justru kian berbelit. Bahkan setiap kali diperiksa, selalu muncul jawaban baru dari mulut Cundamanik. Yang jauh berbeda, tidak konsisten, dan bertentangan dengan keterangan sebelumnya.

"Kalau jawaban kamu terus berubah dan tidak pernah jelas, pemeriksaan ini nggak akan pernah selesai!" gertaknya pada Cundamanik.

"Kamu mau ... diperiksa penyidik selama satu bulan?" kali ini ia sedikit mengancam.

"Atau mau saya pakaikan alat pelacak kebohongan?" ia benar-benar telah hilang kesabaran.

Detik itu juga, Cundamanik langsung ambruk dan dilarikan ke Rumah Sakit.

"Klien kami kelelahan dan mengalami stres," begitu alasan yang diberikan oleh pengacara Cundamanik. Ketika keesokan hari, Cundamanik tidak hadir dalam pemeriksaan lanjutan.

Untuk meyakinkannya, pengacara Cundamanik bahkan melampirkan sepucuk surat keterangan dari seorang psikiater. Yang menegaskan kondisi psikis Cundamanik dalam istilah medis.

Namun pemeriksaan tetap berjalan. Meski itu artinya, mereka harus mendatangi Rumah Sakit, tempat Cundamanik mendapat perawatan.

 ---------

"Versi pertama menurut pengakuan Cundamanik," terang Erik, saat ia meminta tim untuk memberikan laporan. Sebelum terbang ke Jakarta mendampingi Metro 1.

"Saksi terbang dari Jakarta ke Surabaya, dua hari sebelum kejadian."

"Bersama dengan tim dan manajernya. Untuk melakukan show di beberapa tempat."

"Sementara korban baru mendarat di Surabaya, beberapa jam sebelum waktu kematian."

"Mereka menghadiri private party di sebuah hotel berbintang sekitar jam delapan malam."

"Satu jam kemudian, mereka meninggalkan pesta yang belum usai. Menuju ke sebuah bar di pusat perbelanjaan yang terletak tepat di bawah apartemen."

"Memesan semangkuk sup jamur dan segelas red wine."

"Lalu naik ke apartemen."

"Berbincang sampai tengah malam."

"Dan saksi lupa sampai jam berapa."

"Tapi sebelum pergi tidur, korban mengeluh lapar."

"Kemudian saksi membuat roti panggang dengan ditaburi gula halus."

"Namun bubuk putih yang diakui sebagai gula halus, setelah diperiksa ternyata positif meth (sabu)."

"Setelah itu saksi pergi ke dalam kamar. Melakukan ritual wanita."

"Begitu kembali ke ruang tengah, saksi sudah mendapati korban terkulai di atas meja. Tak sadarkan diri. Dengan hidung dan mulut mengeluarkan buih."

"Tapi saksi tidak langsung menelepon polisi."

"Saksi justru menghubungi manajernya. Yang diakui sudah kembali ke Jakarta sehari sebelumnya."

"Satu jam kemudian, barulah sang manajer menghubungi polisi."

"Ada missed waktu selama satu jam. Dari ditemukannya korban sudah tak sadarkan diri dan waktu melaporkan pada polisi."

"Seolah saksi dan manajer sedang mempersiapkan sesuatu."

"Dan missed yang kedua, perkiraan waktu kematian adalah tiga sampai empat jam sebelum korban ditemukan oleh petugas."

"Ini tentu bertolak belakang dengan rentang waktu satu jam sebelumnya."

"Tapi keterangan versi pertama ini, sesuai dengan kesaksian dari pihak security apartemen. Yang melihat saksi dan korban, bersama-sama naik ke unit mereka di rentang waktu antara pukul sepuluh sampai sebelas malam."

"Termasuk dari rekaman kamera CCTV."

"Lalu versi kedua ...." Erik masih melanjutkan laporannya.

"Ada bukti pemesanan tiket pesawat, jika saksi datang ke Surabaya dari Jakarta, hanya beberapa jam sebelum kejadian."

"Dan nama mereka berdua, tidak ada di dalam daftar tamu private party ...."

***

Jakarta

Icad

Sore ini rumah dalam keadaan sepi. Sebab hanya ada dirinya dan Umay.

Nenek seperti biasa masih di keude. Dan Mama sebenarnya sudah pulang ke rumah sejak siang tadi. Tapi sesudah Ashar, Mama pamit pergi ke rumah Bu RT bersama ibu-ibu yang lain. Untuk mengikuti arisan PKK. Sekaligus sosialisasi dari pegawai kelurahan, tentang program bantuan bagi keluarga pra sejahtera.

Sementara Sasa, sedari tadi asyik bermain petak umpet bersama teman-temannya, di pekarangan kosong depan rumah.

"Pemirsa ... anda masih bersama kami di Breaking News."

Begitu suara keras yang berasal dari layar televisi.

"Kecilin, May!" serunya ke arah Umay. Yang tengah asyik menonton TV, sambil memakan kue pemberian seorang tamu pria, yang berkunjung ke rumah mereka dua hari lalu.

Tapi seperti yang sudah sudah, Umay sama sekali tak menghiraukan orang lain jika sedang duduk di depan TV. Dunia seolah hanya berisi Umay dan pesawat televisi.

"Pemirsa .... setelah kemarin presiden dan wakil presiden, datang melayat ke rumah duka San Diego Suites. Untuk memberi penghormatan terakhir kepada konglomerat Jusuf Parawihardja."

"Maka pagi tadi, sejumlah Menteri dan pejabat lainnya, terlihat menghadiri upacara pemakaman konglomerat Jusuf Parawihardja."

"Kecilin, May!" ia kembali berseru.

Tapi Umay justru bertanya, "Konglomerat itu apa, Bang?"

Ia hanya mencibir, "Kata Mama, jangan nonton acara orangtua!"

"Orang paling kaya ya, Bang?" Umay kembali bertanya.

Ia hanya mendesis tak peduli.

Dan Umay kembali terpaku di depan layar televisi.

Adiknya yang satu ini, memang paling hobi menonton televisi. Dan menjadi satu-satunya orang di rumah ini, yang betah menonton TV selama berjam-jam lamanya.

Entah apa yang menarik, dari kotak berbentuk tabung, yang seukuran kardus mie instant itu.

Ya. Televisi di rumah mereka adalah barang produksi lama. Sebab, hampir tak ada lagi tetangga di sekitar mereka, yang memiliki TV jenis tabung. Semua sudah beralih pada televisi layar datar. Yang terlihat sangat keren dan juga canggih.

Umay pernah merengek pada mama, minta dibelikan TV yang baru. Tapi kata mama, TV bukanlah kebutuhan penting. Sebab masih banyak kebutuhan lain yang lebih utama.

"May! Kecilin!" kali ini ia berteriak lebih keras.

Namun Umay bergeming. Dengan mata berkonsentrasi penuh ke layar televisi.

"Salah satu pendiri PARA Group, Jusuf Parawihardja. Yang meninggal secara misterius di Surabaya. Dan kasusnya kini masih ditangani oleh pihak berwajib. Tadi pagi dimakamkan di pemakaman keluarga, yang berlokasi di Karawang, Jawa Barat."

"Prosesi pemakaman Jusuf Parawihardja, pemilik perusahaan konglomerasi PARA Group, dimulai pada pukul 10.00 WIB."

"Upacara pemakaman berlangsung khidmat dan tenang, dengan dimulai kebaktian yang dipimpin oleh Pendeta Gilbert Monova."

"Ribuan tamu pelayat, termasuk anggota keluarga, karyawan PARA Group, dan sejumlah pejabat tinggi negara, terlihat memenuhi tenda pemakaman yang bernuansa putih dan cukup megah, di kawasan peristirahatan terakhir keluarga Parawihardja."

Ia melempar pensil ke arah Umay dengan kesal.

"Aduh!" sungut Umay sambil mengelus kepala, yang baru saja terkena lemparan pensilnya.

Umay menengok ke arahnya dengan muka bersungut. Ia pun sudah siap untuk kembali melempar penghapus. Tapi urung, karena terdengar suara ketukan di pintu ruang tamu.

"Permisi!"

Disusul pekikan girang Sasa, "OM? Ke sini nyari Sasa ya, Om?"

***

Pocut

Ia sedang berjalan pulang dari rumah Bu RT bersama dengan beberapa orang tetangga. Ketika hampir semua orang yang mereka lewati di sepanjang gang menuju ke rumah, tersenyum ke arahnya sambil berkata,

"Cut! Ada tamu noh di rumah lu!"

"Kedemenan baru ye, Cut? Cakep banget."

"Keren tamunya, Cut."

"Mama Sasa ... ada Pak Polisi ke rumah Sasa."

Ia langsung terkesiap.

"Siapa, Cut?" tanya orang-orang di sekelilingnya.

"Laki yang demen sama elu lagi?"

"Laki yang mau ngelamar elu lagi?"

Tapi ia hanya menggelengkan kepala sambil meringis bingung.

"Nggak tahu. Tamu salah alamat mungkin," ia menjawab sekenanya. Namun dengan hati bertanya-tanya. Meski tak ingin menebak apapun.

Dan baru kali ini ia merasa, perjalanan pulang dengan berjalan kaki dari rumah Bu RT, terasa sangat panjang dan mengkhawatirkan.

Terlebih begitu sampai di depan rumah, telinganya mendengar suara tawa renyah Sasa dan celetukan riang Umay. Serta sepasang sepatu dinas berwarna hitam mengilap, yang tersimpan tepat di depan pintu. Membuatnya ingin berbalik pergi saat itu juga.

***

Keterangan :

Penjelasan proses autopsi dikutip dari Hellosehat.com sama klikdokter.com.

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

jangan suudzon dulu cut, itu anak buahnya bukan pak Tama nya🙃

2024-12-14

0

dyul

dyul

yaelah.... pocut.....

2024-12-26

0

dyul

dyul

sasa....

2024-12-26

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!