Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu

Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu

(Jika kulihat sorot matamu)

-diambil dari lirik lagu berjudul "Konco Mesra" ciptaan R. Husin Albana, dan dipopulerkan oleh penyanyi Nella Kharisma-

***

Jakarta

Tama

Ia memang menginstruksikan secara khusus, agar acara ramah tamah diselenggarakan di Dapur Mitoha. Selain tempatnya yang berjarak lumayan dekat dari kantor. Tak sampai menghabiskan waktu di perjalanan, karena dilanda kemacetan panjang.

Juga agar ia bisa turut berkontribusi memajukan Dapur Mitoha. Sebab suksesnya penyelenggaraan acara ramah tamah nanti, bisa menjadi iklan gratis bagi para rekanan.

Tapi ia lupa menginformasikan pada anak buah, jika musik favoritnya berjenis cadas. Bukan yang lain.

Pop modern atau band kekinian, masih okelah. Ia masih bisa menikmati.

Tapi ternyata, bintang tamu yang didatangkan justru penyanyi dangdut. Sedang hits memang. Memiliki ciri khas penampilan atraktif -sebutan halus dari 'mengundang mata lelaki'- dan suara menggoda. Yaitu Duo lebah madu.

"Selamat datang dan selamat bergabung untuk Bapak Komandan kita yang baru ... Bapak Winata Yuda ...." sambut Duo lebah madu begitu ia memasuki ruangan convention hall.

"Wiratama Yuda!" teriak seorang anak buahnya dari sisi kanan panggung. Berusaha memperbaiki penyebutan namanya yang salah kaprah.

See? Mengingat nama empunya acara saja kurang becus. Padahal ini adalah modal utama, gerbang pertama dari respek dan ketertarikan.

"Oh ... sori ...." satu dari Duo lebah madu yang berpenampilan paling atraktif, kini terkikik di atas panggung. Seraya mengerling ke arahnya.

"Saya salah ya, Pak Komandan. Maafkan saya ya, Pak. Jangan tembak saya, Pak. Aww ...."

Ia hanya tertawa sumbang. Sembari menyalami beberapa pejabat Kepolisian Sektor, di bawah wilayah tugasnya yang baru.

"Oke ... saya ulang sekali lagi ...." Duo lebah madu kembali bercuap-cuap di atas panggung.

"Selamat datang dan selamat bergabung untuk Bapak ...."

Sekilas ketika ia melihat ke arah panggung, Duo lebah madu sedang memperhatikan gerak mulut seorang anak buahnya.

"Kombes ... polisi ... Wira ... Tama ... Yuda ...."

Ia kembali tertawa sumbang. Sebab sang artis benar-benar tak memiliki pengetahuan tentang klien yang harus dijamunya kali ini. Mereka bahkan sama sekali tak mengenal medan.

"Okey, Pak Kombes Wiratama Yuda ... spesial kami persembahkan lagu terasyik untuk anda ...."

"Tarik, Maaang ...."

Kemudian mengalunlah intro musik dangdut remix yang sedang hits. Sebab sering terdengar diputar di tempat-tempat hiburan yang akan digrebek olehnya. Disusul nyanyian enerjik penuh godaan, yang dilantunkan oleh Duo lebah madu.

Ia duduk di meja utama. Diapit oleh sejumlah pimpinan Kepolisian sektor di wilayahnya. Juga dua orang Kabag. Saling berbincang sambil mendengarkan hiburan yang ditampilkan.

Penampilan Duo lebah madu sempat terhenti sejenak. Ketika ia tampil memberikan sambutan. Disusul sepatah dua patah kata dari perwakilan pimpinan Kepolisian sektor. Dan perkenalan secara resmi, antara dirinya dengan jajaran pejabat berwenang di wilayah tugasnya yang baru.

Setelah itu, acara ramah tamah yang sesungguhnya barulah dimulai. Seluruh hadirin membaur menjadi satu. Saling berbincang dan tertawa satu sama lain. Membicarakan hal yang cukup penting. Atau sekedar melempar candaan.

Sementara itu di atas panggung, penampilan yang dipersembahkan oleh Duo lebah madu kian memikat. Beberapa orang bahkan mulai tergoda, untuk ikut bergoyang dengan naik ke atas panggung.

"Pak Komandan ... nggak mau gabung sama kami berdua di sini, Pak ...." seru salah seorang personel Duo lebah madu, yang pakaiannya tak mampu mengakomodir apapun.

"Iya, Pak .... Ayo, dong, Pak .... Temani kami di atas panggung ...." timpal rekannya.

Ia hanya tertawa.

"Kalau Komandannya ganteng begini sih ... kita mau ya Beb, lama-lama di sini ...." seloroh personel Duo lebah madu, yang rambutnya berwarna pirang seperti kemoceng.

"Maaf maaf nih ya, Pak ... jangan tersinggung lho, Pak. Saya hanya menyampaikan isi hati berdasarkan pandangan mata .... hahaha ... asyeeeek ....." sambung si rambut kemoceng sembari terkikik-kikik sendiri.

"Iya dong, Say ...." jawab rekannya cepat. "Apalagi di belakang barusan ... ada bisik-bisik ... kalau Pak Komandan lagi nyari pendamping hidup ...."

Ledakan tawa langsung membahana menyelimuti seantero ruangan convention hall.

"Saya daftar boleh ya, Pak ...." rengek si penampilan atraktif dengan manja. "Kalau boleh tahu ... syaratnya apa aja nih, Pak?"

"SKCK saya ada lho, Pak!" sahut si rambut kemoceng seolah tak mau kalah. "SIM juga lengkap ... kira-kira ada syarat lain nggak ya, Pak?"

Ia berkali-kali tertawa sumbang. Karena semua orang yang duduk melingkari meja, jelas sedang menertawakannya dengan sepenuh hati.

Ia berada dalam posisi yang sama sekali tak berwibawa. Menjadi bulan-bulanan sebab status yang kini disandangnya.

Duda.

"Apa harus saya jemput langsung ke kursi Bapak nih?" seloroh si rambut kemoceng, yang tengah bersiap untuk menuruni panggung.

Ia spontan melambaikan tangan tanda menyerah sekaligus menolak, "Yang lain aja. Yang lain aja ...."

"Masih banyak stok di sini ...." ia mencoba berseloroh pada para anak buahnya. Yang kebanyakan memasang wajah berbinar, demi melihat penampilan mengundang Duo lebah madu.

Akhirnya, Duo lebah madu berhasil menyeret dua orang sekaligus ke atas panggung. Entah siapa, ia sendiri lupa nama mereka. Yang pasti masih berdarah muda.

"Van!" ia memanggil Devano yang duduk di belakangnya.

"Ya, Pak?" Devano langsung mendekat.

Sekilas ia menangkap aura pias di wajah Devano. Sepertinya pemuda itu masih merasa tak enak hati padanya. Karena kurang koordinasi dalam menentukan bintang tamu.

 ----

"Maaf, Pak," ucap Devano cepat, ketika pada kesempatan pertama ia mengernyit. Begitu melihat bintang tamu yang diundang.

"Pimpinan terdahulu paling suka musik dangdut," kilah Devano. "Saya pikir ... Bapak juga sama."

Ia tertawa.

"Tidak akan saya ulangi, Pak," janji Devano sungguh-sungguh. "Kami baru tahu jenis musik yang Bapak sukai di menit terakhir. Sudah terlanjur mengundang Duo lebah madu. Tak bisa dibatalkan."

Ia masih tertawa, "It's okay ...."

"Di kesempatan berikut ... saya undang Gayatri atau The Crash ...." janji Devano dengan penuh keyakinan.

"Atau artis siapapun yang Bapak inginkan," sambung Devano berusaha menegaskan.

 ------

"Saya keluar sebentar," bisiknya pada Devano. "Tolong kamu dampingi para tamu."

Devano mengangguk, "Siap, Pak."

Ia keluar dari convention hall, bertepatan dengan mengalunnya lagu pop yang sedang hits. Namun di remix hingga musiknya terdengar lebih menantang. Dengan para penikmat yang mulai berhamburan naik ke atas panggung.

"Pak?"

Beberapa orang yang ia lewati menganggukkan kepala. Ia pun balas mengangguk. Berjalan cepat menuju ruang yang tak asing lagi baginya. Yaitu ruangan direktur.

Di mana Tante Iren telah menyambut kedatangannya.

"Wah, Tama ... makin seger aja nih ...." seloroh Tante Iren seraya menepuk bahunya. "Siap dengan petualangan baru?"

Ia hanya terbahak. Lebih memilih untuk mendudukkan diri di sofa tamu.

"Sibuk, Om?" sapanya pada Om Raka. Yang terlihat mengerutkan dahi di belakang meja.

"Sibuk terus dia ...." Tante Iren yang menjawab. "Lagi semangat kerja. Ada mood booster baru."

Om Raka langsung tergelak mendengar penuturan Tante Iren. Sementara ia meringis tak mengerti.

"Ada gebetan baru nih, Om?" tanyanya sepintas lalu.

"Bukan gebetan lagi ... tapi target terkini!" terang Tante Iren seraya tertawa.

"Wah ...." ia menggelengkan kepala. Lalu ikut berseloroh. "Kemajuan nih ... udah mau membuka hati."

"Siapa dulu dong ... mood boosternya ...." tawa Tante Iren semakin keras. "Hati laki manapun juga bakalan langsung terbuka dengan sendirinya."

Om Raka kembali tergelak. Kali ini sambil mengangkat gagang telepon, "Cut! Tolong cari PKS (perjanjian kerja sama) dengan ...."

"Antar ke ruangan saya ... sekarang!"

Ia sempat terhenyak mendengar ucapan Om Raka di telepon. Namun langsung mengabaikannya. Sebab apa yang dipikirkannya jelas hal yang mustahil.

"Wah ... high quality nih pastinya," ia memilih untuk kembali berseloroh. "Sampai bisa bikin Papanya Shaina tertarik."

"Kamu kenal sama orangnya kok, Tam," Tante Iren melihat ke arahnya mencoba memberi tahu.

"Iyakah?" ia mulai mengernyit. "Siapa?"

"Perawat? Pramugari? Pegawai Bank? Yang mana?" tanyanya ingin tahu.

"Tama hapal banget sama selera Omnya, hahahaha ...." lagi-lagi Tante Iren tertawa.

Ia pun balas tertawa.

Bersamaan dengan suara pintu yang diketuk.

"Masuk!" seru Om Raka mempersilakan.

"Yang pasti bukan ketiganya," Tante Iren menggeleng.

"Oya? New comer dong?" matanya membulat karena semakin penasaran. "Bukan mahasiswi kan, Om?"

Tawa Tante Iren semakin keras. Begitupun dirinya.

"Ini filenya, Pak."

Namun telinganya justru menangkap gelombang suara lembut yang cukup familiar.

Detik itu juga, kepalanya sontak menoleh ke arah sumber suara. Seolah ada yang mengomandoi.

Dan kenyataan yang terpampang di depan mata ... ternyata cukup mengejutkan.

"Lho, kok di sini?" tanpa sadar ia bahkan langsung berdiri. Begitu menangkap sesosok ramping yang mengenakan kerudung warna pastel, tengah berjalan pelan menuju meja Om Raka.

Yang benar saja.

Bagaimana Pocut bisa ada di sini?

"Kok ... bisa?" tanyanya seperti orang bo doh. Dengan kepala dipenuhi pertanyaan yang cukup membingungkan.

"Bisalah," seloroh Om Raka santai. "Sini, Cut."

Ia memperhatikan Pocut yang mengangguk dengan ekspresi gugup. Berjalan melewatinya dengan tanpa menoleh sedikitpun.

"Eh, serius ini!" ia langsung beranjak mengekori langkah Pocut. "Kok bisa ... nyampai ke sini?"

"Kamu ...." kini ia telah berdiri di samping Pocut. Menatap wajah tegang itu dengan kening berkerut.

"Kerja diaaa ...." jawab Om Raka cepat. "Kenapa kaget begitu sih, Tam?"

"Surprisingly ...." seloroh Tante Iren seraya tertawa kecil.

"Kerja?" ia masih menatap Pocut dengan wajah bingung. "Di sini?"

"Sejak kapan?"

"Udah lama?"

"Baruuu ...." Om Raka kembali menjawab. "Sekpriku dia. Keren kan ... Pocut bisa jadi sekpri?"

"Sekpri? Sekertaris pribadi?" ia terheran-heran dengan nada suaranya yang mendadak berubah tak menyenangkan. Cukup terdengar asing di telinganya sendiri.

"Seriously (serius)?" ia masih menatap Pocut yang berdiri dengan canggung.

Semua terasa sangat aneh dan tak menyenangkan.

Namun ledakan tawa Om Raka dan Tante Iren. Juga candaan yang dilontarkan oleh Om Raka. Justru membuatnya kian bertambah bingung.

Ia masih memperhatikan Pocut, yang terlihat sangat tak nyaman. Tengah berusaha meletakkan sejumlah file ke atas meja Om Raka. Kemudian mengangguk ke arahnya dengan gugup.

 --------

Pocut hanya sebentar di ruangan Direktur. Sebatas menyerahkan file yang diminta oleh Om Raka.

"Nanti tolong ini dibuatkan ...." kini Om Raka tengah memberikan instruksi pada Pocut. Yang berdiri tepat di sisi meja. Memperhatikan seluruh ucapan Om Raka. Sesekali diselingi anggukan dan ucapan,

"Baik, Pak."

Sementara ia hanya bisa terlolong di seberang meja. Tanpa bisa melakukan apapun.

Oh, very well shit (sangat baik, sialan)!

"Makasih banyak, Cut," seruan Om Raka berhasil membuyarkan otak kagetnya.

Disusul anggukan kepala Pocut ke arahnya untuk yang kedua kali. Sebelum akhirnya beranjak pergi. Lalu menghilang di balik pintu kaca.

"Dia ... mood booster Om Raka?" tanyanya tanpa bisa menahan diri.

Om Raka hanya tersenyum simpul. Sementara Tante Iren mengacungkan jempol.

"Gimana selera Om mu sekarang, Tam? Udah lebih baik kan?" selorohan Tante Iren membuatnya mendesis sebal.

"Varian yang berbeda ...." lanjut Tante Iren lagi. "Tantangan yang berbeda pula."

Ia kembali mendudukkan diri dengan kepala berdenyut. Lalu bertanya dengan sedikit kesal, "Om ... udah ngomong ke dia?"

Di luar dugaan, Om Raka justru tergelak. Pun dengan Tante Iren.

"Belum lah ...." Om Raka menyeringai. "Slow but sure (pelan tapi pasti). Bikin Pocut mau kerja di sini aja mesti jungkir balik dulu."

"Kali ini penuh perjuangan dia, Tam ...." Tante Iren masih tertawa. "Lain daripada yang lain ...."

Ia segera pamit dari ruangan Direktur. Sebab entah mengapa, moodnya mendadak memburuk. Semangatnya turun drastis ke dasar jurang. Dan pikiran yang beberapa waktu terakhir mulai benderang, kini kembali ruwet.

Namun ketika ia tengah berjalan menuju convention hall, tanpa sengaja matanya menangkap sesosok familiar sedang berada di ujung selasar. Kemudian menghilang di balik sebuah pintu.

Dengan langkah panjang dan cepat, ia berusaha menyusul sosok familiar tersebut.

"Pak! Pak Tama!" seru seseorang di depan pintu convention hall memanggil-manggil namanya.

Tapi ia tak memedulikan. Hanya mengangkat tangan kanan sekilas. Ia bahkan tak berusaha untuk menoleh. Sebab tengah bergegas menuju ujung selasar.

Pantry

Begitu huruf yang tertulis di atas pintu tujuannya.

Dengan satu gerakan cepat, didorongnya pintu kaca tersebut. Sapuan pandangannya langsung mendapati sosok yang dicari. Tengah sibuk menyeduh minuman di depan dispenser.

"Lagi bikin kopi atau teh?" sapanya tanpa berpikir.

Membuat orang yang diajak bicara, langsung menghentikan kegiatan yang sedang dilakukan. Namun tak segera menoleh ke arahnya. Pocut tetap memunggunginya.

"Kamu ... bukannya nggak minum kopi?" tanyanya lagi. Saat matanya tak sengaja menangkap bungkusan kopi sachet di tangan kiri Pocut.

Tapi pertanyaannya justru membuat Pocut terkejut. Hingga tanpa sadar, hampir menjatuhkan gelas yang sedang dipegang.

"Aduh!" Pocut terdengar mengaduh. Sebab air di dalam cangkir tumpah mengenai tangan.

Ia langsung bergerak maju, berusaha untuk mendekat. Ingin menolong Pocut yang baru saja tersiram air panas.

Tok! Tok! Tok!

Tinggal dua langkah lagi, ia bisa meraih Pocut. Yang kini sedang meringis, sambil meniup-niup punggung tangan bekas tersiram air panas.

"Pak Tama! Ada kunjungan dari Pak Dandim (komandan kodim)!"

Suara Devano langsung menyurutkan langkahnya.

"Ditunggu di convention hall sekarang juga."

Dan dari pintu ruangan yang terbuka lebar, sayup-sayup terdengar suara nyanyian enerjik yang berasal dari Duo lebah madu.

"Yen tak sawang sorote mripatmu

(Jika kulihat sorot matamu)

Jane ku ngerti ono ati sliramu

(Sebenarnya aku tahu dirimu ada rasa padaku)

Nanging onone mung sewates konco

(Tapi yang ada hanya sebatas teman)

Podo ra wanine ngungkapke tresno"

(Sama-sama tak berani mengungkapkan suka)

-Nella Kharisma, Konco Mesra-

***

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

Duren tapinya mas...
cuman cara jadi dudanya yg ngenes, 1 korps tau istrinya selingkuh, cmn pake bathtrob doang, jatuhin martabat banget

2024-12-27

0

dyul

dyul

gebetan saya tante iren..... kata mas tama..... ampun dah🤣🤣🤣🤣

2024-12-27

0

Lily

Lily

bukan cuma papa shaina, papa reka juga tertarik lho

2025-01-03

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!