Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini

Jakarta

Pocut

Dengan kening mengerut, ia berjalan melewati sepatu hitam mengilap. Kemudian melangkah memasuki pintu depan dengan pikiran kosong.

Yang pertama kali tertangkap oleh mata adalah Icad. Sedang berdiri sambil bersidekap di samping buffet. Memasang wajah yang jelas-jelas mengisyaratkan rasa ketidaksukaan. Namun entah ditujukan pada siapa.

Lalu pandangannya beralih pada Mamak, yang sedang duduk di kursi rotan. Sembari tersenyum dan mengangguk. Tengah larut dalam pembicaraan dengan sang tamu.

Tak ketinggalan pula Cang Romli, duduk di samping Mamak. Sedang memamerkan senyum super lebar. Hingga menampakkan gigi palsu, yang ukurannya jauh melebihi kapasitas mulut. Menyajikan pemandangan, yang bisa memancing orang lain untuk tersenyum.

Kemudian Umay, entah sedang mengatakan apa. Terlihat begitu antusias. Lengkap dengan gerakan kedua tangan ke atas udara. Seolah sedang memberi penjelasan melalui bahasa tubuh, sebab tak bisa diungkapkan oleh kata-kata.

Selanjutnya adalah Sasa. Yang sejak ia melangkah memasuki teras depan, tawa Sasa seolah pecah tiada henti. Terdengar begitu riang dan menyenangkan. Sedang duduk sambil memangku boneka bulu berukuran besar. Tepat di samping pria berpakaian seragam warna cokelat. Yang posisinya memunggungi pintu masuk.

Serta merta jantungnya melorot ke perut. Dan tanpa siapapun menyadari, hatinya mendadak gugup sampai harus menelan ludah berkali-kali.

Ia jelas telah berprasangka. Sampai kemudian Sasa berseru riang,

"Itu Mama ... udah pulang!"

Membuat semua yang tengah berada di ruang tamu, menoleh ke arahnya. Termasuk pria berseragam cokelat.

"Ma! Ada tamu nih, Ma! Mama dicariin sama Om!"

Detik itu juga, ia merasa teramat malu. Karena telah berprasangka buruk pada seseorang.

***

Mamak

Hari ini ia pulang ke rumah selepas Ashar. Dengan dibantu oleh Anwar dan Ella, yang ikut membawakan beberapa barang.

Namun di sepanjang gang yang mereka lewati, hampir semua orang mengatakan hal yang sama.

"Mak, barusan ada polisi nanya-nanya alamat rumah Mak Agam. Ada masalah apa tuh, sampai didatengin polisi segala?"

"Si Agam nggak berulah lagi kan, Mak?"

"Si Agam lama nggak keliatan Mak, nggak bikin masalah di luaran kan?"

Membuatnya mempercepat langkah menuju ke rumah. Sebab di rumah hanya ada anak-anak. Dan ini membuatnya semakin khawatir.

"Siapa, Mak?" tanya Ella ingin tahu. "Laki yang demen sama Pocut?"

Ia menggeleng dengan kening mengkerut.

Dan begitu sampai di depan rumah, ia justru dikejutkan oleh suara gelak tawa dari arah ruang tamu. Sama sekali tak ada pertanda yang mengkhawatirkan.

Ia segera melewati pintu sembari mengucap salam. Dan langsung dijawab oleh semua yang duduk di ruang tamu.

"Eh, Da! Ada tamu nih, nyariin Pocut!" seru Romli dengan senyum terkembang.

"Tadi gua lagi duduk-duduk di teras, eh ... ada polisi datang ke rumah elu," terang Romli. "Ya udah, gua samperin."

"Takutnya lu lagi kena masalah, sampai didatengin polisi segala," kali ini Romli kembali tersenyum lebar.

"Ternyata enggak ... lega gua ...." pungkas Romli seraya terkekeh.

Ia berjalan memasuki ruang tamu sambil berpikir.

Sementara seorang pria muda yang mengenakan seragam warna cokelat, bangkit dari duduk begitu melihatnya. Lalu mengangguk takzim.

"Selamat sore, Bu."

***

Sasa

Semalam ia bermimpi. Jika seseorang memberinya hadiah, berupa sebuah boneka beruang berukuran besar yang berbulu halus. Sama seperti boneka yang dilihatnya di rumah Raline.

"Sasa?" seru orang di dalam mimpinya. Sembari memperlihatkan boneka beruang.

"Untuk Sasa ...." orang tersebut berjongkok di hadapannya. Seraya menyerahkan boneka beruang padanya.

"Makasih, Om!" ia berseru riang.

Tapi ....

"Om siapa?" tanyanya ingin tahu. Sebab wajah orang yang memberinya boneka tak begitu jelas, terlihat samar.

Tapi orang tersebut hanya tersenyum sambil mengusap kepalanya.

Lalu terdengar suara Mama yang berbisik di telinganya, "Sasa ... bangun sayang, waktunya sekolah."

Jadi, ketika sore ini, ia sedang bermain petak umpet di halaman seberang rumah bersama teman-temannya. Lalu tiba-tiba rumahnya kedatangan pak polisi. Yang membawa boneka beruang berukuran besar. Ia pun langsung berlari meninggalkan teman-temannya.

"Sasa! Mau kemana? Giliran kamu jaga!" seru teman-temannya.

"Aku udahan!" teriaknya sambil terus berlari menuju ke teras rumahnya.

Lalu bertanya dengan napas tersengal, "OM? Ke sini nyari Sasa ya, Om?"

"Itu boneka buat Sasa?"

Pak polisi itu sempat tertegun, tapi kemudian tersenyum. Lalu berjongkok di hadapannya.

"Om lagi nyari rumahnya Pocut," ucap Pak Polisi sambil memeriksa kertas yang sedang dipegang. "Benar ini rumahnya?"

Ia menganggukkan kepala keras-keras sambil mengacungkan jempol, "Pocut nama Ma ...."

"Sasa!" seru Bang Icad yang sudah berdiri di depan pintu dengan memasang wajah kesal. "Sini, masuk! Jangan ngobrol sama orang asing!"

***

Tama

Ia ditugaskan berada di Jakarta selama dua hari. Dengan jadwal yang sangat padat.

Dari mendampingi Metro 1 melakukan rapat terbatas dengan Timor Bandung 1 (Kapolri). Kemudian memberikan laporan faktual tentang kasus kematian Om Jusuf pada Kabareskrim (Kepala badan reserse kriminal). Melakukan koordinasi dengan tim dari Bareskrim. Menghadiri upacara pemakaman Om Jusuf di Karawang. Serta melakukan konferensi pers, terkait kasus kematian Om Jusuf bersama Kabid Humas Mabes Polri.

Benar-benar tak ada waktu luang tersisa.

Ia bahkan sampai lupa, kapan terakhir kali bisa tidur nyenyak. Sebab seminggu belakangan, seluruh fokus dan energi dikerahkan maksimal. Guna mengungkap kasus kematian Om Jusuf, yang sampai sekarang masih menjadi misteri. Meski hasil visum et repertum telah keluar.

Tapi berada di Jakarta, jelas mengingatkannya akan sesuatu. Atau pada seseorang?

Entahlah.

Apakah pikiran melanturnya ini, bisa dibenarkan atau tidak. Karena ia sudah terlanjur meminta bantuan pada Gigih, yang kebetulan juga sedang berada di Bareskrim.

"Pinjem anak buah lu sebentar."

Tanpa harus menunggu, seorang petugas berusia muda telah berdiri di hadapannya.

"Ini alamatnya," ia menuliskan alamat yang telah dihapalnya di luar kepala, pada selembar kertas post it berwarna kuning.

"Ini uangnya," kemudian menyerahkan sejumlah rupiah. "Kalau kurang, kasih tahu saya. Kalau lebih, ambil buat kamu."

"Tolong beli semua yang disukai anak-anak," ujarnya cepat. "Dan pastikan nama yang tertera di sini ...." ia menunjuk kertas yang telah bertuliskan sebuah alamat.

"Yang menerimanya," sambungnya lagi. "Pakai dokumentasi."

"Kalau sudah selesai, langsung hubungi nomor saya."

Begitu petugas muda itu pergi, Gigih langsung terbahak.

"Mainan baru?"

Ia balas tertawa tak kalah sumbang. Lalu berkata dengan tanpa berpikir, "Masa depan baru."

Membuat tawa Gigih semakin pecah, "Si Tama jadi ba ji ngan sekarang!"

"Inget bini di rumah!" seloroh Gigih dengan wajah tanpa dosa.

Berhasil membuat pening di kepalanya yang belum juga mereda, kini semakin menjadi.

***

Pocut

Polisi muda yang membawa sejumlah bingkisan telah pamit pulang. Cang Romli yang tak henti mendesaknya, agar segera memilih satu dari sekian pria yang datang ke rumah, juga sudah beranjak pergi.

"Buru kawin, Cut," Cang Romli terlihat bersungguh-sungguh. "Nggak baek lama-lama sendiri."

"Mumpung banyak yang mao sama elu," Cang Romli menyeringai. "Tinggal pilih satu dah. Yang menurut lu paling pantes buat jadi babenya anak-anak."

"Ida udah kasih restu kok. Iya, Da?"

Mamak mengangguk, bahkan sebelum Cang Romli menyelesaikan kalimatnya.

Dan di sela-sela waktu Maghrib hingga Isya ini, suasana rumah terasa sunyi. Hanya terdengar suara televisi yang menyala. Tengah menayangkan siaran berita petang terkini.

Mamak sedang merajut di kursi. Katanya ingin membuat jaket baru untuk Aran.

"Jaket yang lama sudah kekecilan," begitu kata Mamak. "Biar bisa dipakai, kalau Aran jalan ke Bandung nengok ayahnya."

Icad sedang mengerjakan PR. Umay dan Sasa tengah anteng duduk di depan televisi, sambil menikmati seabrek jajanan. Yang tadi dibawakan oleh polisi muda. Sementara ia sedang menulis pembukuan sederhana, tentang daftar pemesanan ayam tangkap dan pembayarannya.

"Kuenya enak ya, Bang," gumaman riang Sasa mampir di telinganya.

"He eh," Umay jelas setuju. "Besok kita bekel ke sekolah ya, Sa?"

Ia mendongak dari buku yang sedang ditulisinya, dan melihat Sasa mengangguk mantap.

Bertepatan dengan layar televisi, yang menayangkan berita kematian seorang konglomerat. Membuat perhatiannya tertuju pada benda berbentuk tabung itu.

"Nama tenar dan indikasi pemakaian obat terlarang, menjadi sorotan utama dalam kasus kematian yang menimpa konglomerat Jusuf Parawihardja."

"Termasuk terseretnya nama artis muda berbakat kesayangan masyarakat Indonesia, Cundamanik Larasati."

Kemudian layar beralih menayangkan gambar, tentang liputan kasus kematian sang konglomerat. Mulai dari TKP yang bertempat di Surabaya, hingga prosesi pemakaman sang konglomerat yang cukup megah.

"Berikut konferensi pers, yang dilakukan oleh Kabid Humas Polri bersama Dirreskrimum Polda Jatim, tentang hasil visum et repertum almarhum Jusuf Parawihardja."

Kini layar televisi menampilkan gambar, dua orang polisi berseragam lengkap. Yang sedang melakukan konferensi pers.

"Tidak ada tanda kekerasan di tubuh korban," terang seorang pria yang berwajah cukup familiar.

"Namun terdapat sembap paru."

"Yaitu banyaknya air yang terdapat dalam paru-paru korban."

"Kondisi sembap paru juga bisa disebabkan karena suatu penyakit."

"Tapi prosesnya akan berlangsung lambat jika dikaitkan dengan waktu kematian korban."

"Jadi di sini kami ...."

"MA!" pekikan keras Sasa membuatnya terlonjak kaget.

"Iya, Sa?" tanyanya gugup.

"Yang di TV bukannya ... Om yang pernah antar Sasa ke dokter ya, Ma?"

"Bukan!" namun justru Umay yang menjawab. "Yang di TV itu, polisi yang kemarin nangkap penjahat. Yang Umay tonton!"

"Ih," Sasa menjengit. "Bukaaaan. Itu Om yang antar Sasa ke dokter. Terus ngajak Sasa makan di restoran yang baguuuuus ... yang ada bad ...."

Ia langsung terhenyak mendengar celotehan Sasa. Lalu buru-buru mencegah Sasa dari mengatakan hal tak penting lainnya, "Sasa! Ayo kerjakan PR! Jangan nonton TV terus!"

Sementara dari sudut mata, ia tahu pasti jika Mamak sedang menatapnya tajam.

"Umay!" ia berusaha menutupi rasa gugup dengan memanggil nama Umay.

Yang masih saja ribut berdebat, tentang siapa sebenarnya pak polisi di layar televisi. Apakah orang yang mengantar Sasa ke dokter, atau orang yang ditonton Umay di televisi.

"Matikan TVnya! Sebentar lagi Isya!" serunya lagi sambil membereskan buku catatan penjualan. Lalu buru-buru masuk ke dalam kamar.

***

Keterangan :

Visum et repertum : disingkat VeR adalah keterangan tertulis yang dibuat oleh dokter dalam ilmu kedokteran forensik atas permintaan penyidik yang berwenang.

Mengenai hasil pemeriksaan medik terhadap manusia, baik hidup atau mati. Ataupun bagian atau diduga bagian tubuh manusia. Berdasarkan keilmuannya dan di bawah sumpah. Untuk kepentingan pro yustisia (Wikipedia).

 

Terpopuler

Comments

Lily

Lily

padahal keluarga ada dijakarta malah ingat orang lain ndan 😁

2024-12-14

0

Jong Nyuk Tjen

Jong Nyuk Tjen

rupanya bang tama mulai ad rasa ke .......

2025-01-16

0

Lily

Lily

itu calon papa baru anak anak

2024-12-14

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!