Bab 5. Dangerous Liaisons

Dangerous Liaisons

(Permainan (cinta) yang berbahaya --mengandung makna kiasan--)

***

Surabaya

Pramudya Haribawa

Ia baru dua minggu berada di tanah air. Usai melakukan riset selama hampir 18 bulan di Karolinska Institute, Swedia. Dan harus menghadiri rapat koordinasi antara Kepala Dinas Kesehatan Provinsi beserta jajarannya, para Direktur Rumah Sakit, serta rekan-rekan dari IDI (Ikatan Dokter Indonesia). Di sebuah resort yang terletak di bilangan Kaliasin.

Ia yang sebelum bertolak ke Swedia lebih sering berdomisili di Jakarta, masih merasa canggung dengan suasana kota Surabaya.

Yang lebih lucu dan sedikit tak masuk akal lagi adalah, ia tersesat saat mencari convention hall di resort tersebut. Walau sudah memperoleh petunjuk yang cukup memadai dari petugas resort.

Padahal waktu dimulainya rakor (rapat koordinasi) sudah lewat. Bisa dipastikan ia datang sangat terlambat. Ini tentu bukan hal yang baik.

Karena meski lahir dan besar di kota ini. Ia adalah pendatang baru. Orang baru. Dan keterlambatan jelas akan menjadi representasi buruk dari integritasnya.

Namun selalu ada dewi penolong dalam setiap kesempitan. Dengan kehadiran seorang wanita muda. Cantik tentu saja. Melintas di hadapannya dengan langkah yang terburu-buru.

"Mba?" sapanya karena tak mempunyai pilihan lain.

"Convention hall di sebelah mana ya?" tanyanya seperti orang bo doh.

"Saya diundang untuk menghadiri rapat koordinasi dengan ke ...."

"Dengan Dinkes dan IDI?" sambar wanita muda itu cepat.

"Ya, betul," ia mengangguk dengan lebih bo doh lagi.

"Saya juga peserta rakor," jawab wanita muda itu seraya menyunggingkan seulas senyum tipis.

Ia pun segera mengikuti langkah cepat wanita muda itu menuju convention hall. Tanpa sempat bertanya nama ataupun berterima kasih. Sebab begitu sampai di depan pintu convention hall, wanita muda itu keburu mengangguk sopan ke arahnya. Seraya berucap,

"Ini tempatnya. Mari ... saya duluan."

Dan ketika ia mendapat kesempatan berbicara di atas mimbar, ia bisa melihat dengan jelas. Jika wanita muda yang tadi menunjukkan jalan padanya, masih duduk manis di dalam convention hall. Di kursi paling belakang. Mendengarkan dengan penuh atensi sambil sesekali mencatat.

Fatal attraction (ketertarikan yang fatal).

Seusai rakor, ia sempatkan secara khusus mengelilingi convention hall. Bermaksud mencari sosok wanita muda itu. Berniat untuk sekedar mengucapkan terima kasih. Atau hal yang sejenis. Namun tak pernah berhasil menemukan sosoknya.

Membuatnya lupa begitu saja.

Sama sekali tak pernah menyangka, jika ia masih memiliki kesempatan yang kedua.

Yaitu saat ia diperkenalkan sebagai Direktur Utama Rumah Sakit yang baru. Kepada seluruh civitas yang hadir.

"Dengan resmi kami perkenalkan, Direktur Rumah Sakit Niroga Utama. Dokter Pramudya Haribawa," ucap MC di atas panggung.

Ia naik ke atas panggung untuk berjabat tangan dengan Direktur Rumah Sakit sebelumnya. Namun matanya justru tertuju pada seseorang, yang duduk di baris kursi paling belakang.

"Kita ketemu lagi?" sapanya cepat. Sebelum terlambat. Dan sebelum wanita muda itu kembali menghilang.

Sebab, jika matanya tak salah menangkap, wanita muda itu terlihat sangat tak nyaman. Ketika berada di tengah keramaian.

***

Kinanti

Hampir semua orang di sekitarnya, membicarakan tentang sosok Direktur yang baru. Namun ia hanya mendengarkan. Sama sekali tak tertarik untuk ikut bergabung. Atau sekedar memberi selentingan informasi sok tahu. Yang banyak digemborkan oleh rekan sejawat.

Meski saat acara ramah tamah beberapa bulan yang lalu, Direktur tersebut menghampirinya dan menyapa.

"Kita ketemu lagi?"

Ia hanya tersenyum canggung seraya menggeleng. Sebab benar-benar tak bisa mengingat, pernah bertemu di mana dengan sang Direktur.

"Nggak ingat?"

Ia sempat menangkap nada kekecewaan. Yang terlontar dari mulut pria berkulit bersih dan berwajah oriental itu. Tapi tak terlalu mengambil pusing.

Baginya, disapa oleh Direktur baru bukanlah suatu kebanggaan. Apalagi prestasi. Hanya hal random yang sangat lumrah terjadi.

Pikirnya, mungkin saja Pak Direktur salah mengira orang. Karena menurut sebagian besar teman-temannya, ia memiliki tipe wajah yang cukup pasaran. Alias banyak orang, yang sekilas berwajah mirip dengannya.

Namun ketika ia tiba-tiba, sering diikutsertakan dalam berbagai kegiatan pendukung Rumah Sakit. Yang sebagian besar tak berhubungan dengan tanggung jawab pekerjaan. Ia mulai bertanya-tanya. Meski tak pernah terucap.

"Dokter Pram iku setengah dudo loh (Dokter Pram itu setengah duda lho)," begitu selorohan dan bisik-bisik yang banyak beredar di sekelilingnya.

"Sing wedhok njaluk tinggal ndek Jakarta timbang melok tinggal bareng ndek kene (istrinya lebih milih tinggal di Jakarta, daripada ikut pindah ke sini)."

"Heh, wedhok'an model opo ngunu iku, nggak ngancani bojone (istri macam apa nggak ngikut suami)."

"Ancen njaluk'e ngunu, Kan, sing wedhok desainer sukses (memang istrinya kan desainer sukses)."

"Mosok? Sopo? Sopo jenenge? (yang benar? siapa? siapa namanya?)."

"Iku loh, desainer Ratna Musawa. Sing duwe butik uakeh (itu loh, desainer Ratna Musawa. Yang punya butik banyak)."

"Loala iyo ta? Ket ero aku. Dadi Mba Ratna Musawa iku bojone dokter Pram ta? Sing hasil rancanganne biasa digawe rabine artis-artis iku, se (Iya kah? Baru tahu aku. Jadi Mba Ratna Musawa itu istrinya dokter Pram? Yang desainnya sering dipakai buat nikahan artis artis itu kan)?"

"Iyo. Sopo maneh (iya. siapa lagi)."

"Wiih ... keren yo."

Ia hanya menjadi pendengar setia. Sebab posisinya juga sama seperti istri dokter Pram. Tak mengikuti suami. Lebih memilih tinggal terpisah. Dan di cap sebagai istri yang tak berbakti.

***

Pramudya Haribawa

Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Beberapa bulan ke depan, usianya genap 58 tahun. Putra sulungnya bahkan sudah memasuki jenjang spesialis. Dan dalam hitungan minggu, ia akan memperoleh cucu pertama, dari putri keduanya.

Jelas bukan usia yang muda lagi.

Dan jika jatah hidup manusia dipukul rata, akan habis di usia 64 tahun. Maka waktunya tinggal 6 tahun lagi. Seharusnya dipergunakan untuk lebih mendekatkan diri pada Sang Pencipta. Agar sisa hidupnya berakhir dalam kedamaian.

Namun pesona seorang optalmologis termuda, benar-benar tak bisa dinafikkan.

Ia bahkan tanpa sadar, telah melakukan hal-hal di luar nalar akal sehat. Seperti memasukkan nama optalmologis tersebut ke dalam tim. Yang sebenarnya tak berhubungan dengan tugas seorang optalmologis.

Dan pertemuan tak terduga mereka di acara keluarga besar Madangkara, benar-benar menjadi titik terang. Tentang apa yang sebenarnya ia inginkan.

Ketika itu ia sedang berbincang dengan para sesepuh, saat melihat kehadiran sang optalmologis dengan seorang pria. Gagah, penuh wibawa, pastinya jauh lebih muda dibandingkan dirinya. Dan yang terpenting adalah, dikenal baik olehnya.

Tama. Terhitung masih sepupu jauh dengannya. Walau tanpa ikatan darah.

Keluarga mereka telah berhubungan baik sejak lama. Ia bahkan pernah beberapa kali mengunjungi kediaman pribadi orangtua Tama di Jakarta.

"Kita ketemu lagi?" sepertinya ia tak banyak memiliki perbendaharaan kosakata, jika berhadapan dengan sang optalmologis.

***

Kinanti

"Dokter Kinan ... dipanggil ke ruangan direktur."

Menjadi kalimat yang sering terdengar di setiap kesempatan.

"Gimana menurut dokter Kinan, tentang konferensi kardiovaskular di Dubai? Apa saya perlu ikut?"

Ia sempat terbengong-bengong, mendengar pertanyaan tak relevan dari dokter Pram.

Ia jelas bukan orang yang kompeten untuk menjawab. Bidang yang mereka geluti saja jauh berbeda.

"Dokter Kinan ... buruan ... dipanggil Pak bos tuh di ruangan."

"Ecieee ... ciee .... Ada yang kangen nih, baru pulang dari Dubai."

"Jangan lupa mintain oleh-oleh ke dokter Pram. Nanti bagi ke kita-kita yaa ...."

Ia memang wanita dingin, kaku, dan tak berperasaan. Tapi sikap dan perhatian berlebih dokter Pram terhadapnya, jelas mulai mengusik. Namun ia berusaha keras untuk terus menafikkan. Dan bersikap seolah semua biasa saja.

"Eh, Nan, gua baru ngeh ... kalau lo ternyata mirip banget sama Mba Ratna waktu masih muda," seloroh Eduard, dokter spesialis THT yang asli Jakarta.

"Mba Ratna siapa sih?"

"Istri dokter Pram."

"Oh, pantesan, dokter Pram sering manggil Kinan ke ruangan."

"Ternyata mengingatkan pada sang istri toh."

"Wah ... wah ... wah ...."

Ia pun berusaha keras untuk menjaga jarak dengan dokter Pram. Namun tak bisa menolak, jika dipanggil secara khusus ke ruangan direktur.

"Kamu udah makan siang belum? Ada tempat makan enak di ...."

Ia berusaha meyakinkan diri sendiri, jika semua yang terjadi adalah wajar dan sangat lumrah. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Tidak ada yang perlu ditakuti. Dan tidak ada yang perlu dicemaskan.

Ia berusaha menjadi staf yang patuh terhadap pimpinan. Ia juga berusaha keras membentengi diri, dari bombardir perhatian dan sikap menyenangkan dokter Pram.

Ia adalah wanita dingin, kaku, dan tak berperasaan. Jadi perhatian dari seorang dokter Pramudya Haribawa, bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan. Ia pasti akan bisa melalui semua, dengan sangat normal dan biasa. Tak akan ada hati yang berbicara.

Tapi ia telah salah.

Salah dalam menilai kapasitas diri.

Benar-benar telah melakukan kekeliruan yang teramat fatal.

Sosok dewasa dan kebapakan dokter Pram lambat laun berhasil menyentuh hatinya yang hampa. Berhasil menghangatkan sisi terdalam yang dingin dan sunyi.

Jadi ketika dokter Pram mengatakan, "Kehidupan pernikahan saya sudah berada di ujung tanduk. Kami menjalani kehidupan masing-masing. Tak kurang dan tak lebih."

Ia dengan naifnya langsung berurai air mata. Menangis tersedu-sedu. Di hadapan sosok kebapakan yang teramat didambakannya sejak lama.

Sejak ia mendengar bapak dan ibu saling berteriak di ruang tengah.

Sejak ia melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana bapak memukul ibu.

Sejak ia merasa sangat sakit ketika bapak menendang tulang keringnya.

Sejak luka tercipta dan hingga kini terus menggerogoti.

Itulah kali pertama, ia berani membuka diri di hadapan orang lain. Yang sayangnya benar-benar orang lain. Bukan siapa-siapa baginya.

Tanpa rasa canggung, dibeberkannya kisah paling menyakitkan, yang selama ini ia simpan baik-baik.

Diceritakannya seluruh rasa sakit, yang mengungkungnya sejak lama.

Diluapkannya semua amarah, yang membuatnya tertekan.

"I'll always have your back (aku akan selalu ada di belakangmu)."

Menjadi ucapan keramat dari dokter Pram, yang seolah berhasil mengobati luka menganga dalam dirinya.

Ia tahu ini adalah sebuah kesalahan.

Kesalahan terbesar.

Yang akan menghancurkan dirinya, Mas Tama, Reka, bahkan dokter Pram dan keluarganya. Hanya dengan sekali pukulan.

Tapi ia benar-benar tak bisa berbuat apa-apa.

Ia merasa nyaman.

Merasa menemukan dunianya yang telah lama hilang.

Merasa memperoleh apa yang selama ini ia inginkan.

Tak pernah ada pernyataan cinta di antara mereka. Kalimat penuh makna yang mendayu. Atau rayuan nan melenakan.

Hanya sebuah kalimat sederhana, "Panggil saja Mas. Kita bukan orang lain. Kita telah saling mengenal."

Mas Pram berhasil membujuknya untuk menemui seorang psikolog. Namun ternyata belum cukup. Ia diharuskan menemui seorang psikiater. Dan mendapat bantuan terapi melalui obat-obatan. Sebab trauma dan rasa sakitnya benar-benar telah merajalela.

"Everything gonna be ok (semua akan baik-baik saja)," begitu seringkali Mas Pram berusaha menenangkannya.

Ia dan Mas Pram benar-benar menjalani hubungan penuh kenyamanan yang begitu dewasa.

Tak ada sentuhan fisik.

Ya tentu saja, ia masih berada dalam kondisi psikis yang labil. Masih menjalani sederet terapi dan perawatan.

Lagipula ia adalah seorang wanita terhormat. Ia memang sakit, tapi belum gila. Belum.

Dengan Mas Tama yang suaminya sendiri dan gagah perkasa saja ia tak sanggup. Apalagi dengan Mas Pram. Yang notabene termasuk orang asing. Meski secara emosional terasa begitu dekat.

"Kemarin istriku sudah memasukkan gugatan," ucap Mas Pram suatu hari.

Tapi ia hanya bisa tersenyum kecut, "Beri aku waktu."

Apa karena ia masih mencintai Mas Tama?

Hanya kemungkinan kecil.

Karena yang menjadi ketakutan terbesarnya bukanlah kehilangan sosok suami idaman sejuta wanita seperti Mas Tama. Tapi ketakutan dalam mengambil keputusan. Ketakutan bagaimana nanti. Ketakutan tentang apa yang terjadi kemudian.

Tapi kesalahan terbesarnya adalah, tidak berusaha mengomunikasikannya dengan Mas Tama.

Hubungan mereka praktis hanya sebatas soal Reka semata. Tak ada yang lain.

Jalur komunikasinya seakan buntu. Ia bahkan tak bisa menemukan kalimat yang tepat. Untuk sekedar membuka percakapan dengan Mas Tama.

Ia benar-benar merasa ... telah berubah menjadi sosok yang baru. Yang menjadi orang asing, dalam hubungannya dengan Mas Tama.

"Persembahan terbaik ...." Mas Pram memberinya hadiah spesial di momen ulang tahunnya.

Sebuah apartemen mewah dengan unit terbatas. Yang terletak di tengah kota. Tepat berada di atas pusat perbelanjaan kalangan menengah ke atas.

"Kamu bisa melakukan terapi di sana," sambung Mas Pram cepat. Mungkin merasa jika ia akan menolak.

"Biar kamu nggak perlu antre di rumah sakit. Cukup telepon psikolog dan psikiaternya suruh datang."

"Biar kamu cepat pulih."

"Aku tahu kamu akan sembuh."

"Aku tahu."

Predikatnya pasti kini telah bertambah. Dari istri durhaka menjadi wanita yang tak tahu diri. Karena menerima hadiah yang cukup fantastis dari pria lain.

Tapi ia benar-benar membutuhkannya.

Untuk kesembuhannya.

Untuk kelangsungan hidupnya di masa depan.

Tapi seperti sudah menjadi hukum alam. Setiap hal buruk yang coba disembunyikan, pasti akan terkuak jua.

Sore itu ia kembali melakukan terapi di apartemen. Dan baru tuntas ketika waktu telah beranjak malam. Ia benar-benar lelah. Dan memutuskan untuk menginap.

Tak pernah menyangka, jika Mas Pram akan datang mengunjunginya. Langsung dari bandara. Selepas mengikuti WCC (World Congress Cardiologi) di Jenewa, Swiss. Namun sempat transit di Jakarta.

Ia sedang membaca Riley in the morningnya Sandra Brown, sambil berendam di bathtub. Dengan aneka lilin aromaterapi yang menenangkan. Ketika ponselnya berdering. Memberitahu jika Mas Pram telah berdiri di depan pintu apartemen.

Tanpa berpikir panjang. Ia langsung menyambar bathrobe. Dan segera membukakan pintu. Walau sebenarnya Mas Pram bisa masuk sendiri, tanpa harus dibukakan pintu olehnya.

Mereka duduk di ruang tengah. Membicarakan banyak hal menyenangkan. Sembari menyesap teh manis hangat. Sampai lupa waktu. Jika malam telah beranjak pagi.

Ia mulai mengantuk. Menguap berkali-kali. Dan berniat untuk tidur.

Namun ketukan keras di pintu mengubah segalanya.

Mas Pram yang membukakan pintu.

Dan ia terkejut setengah mati. Demi mendapati dua orang petugas reserse berpakaian sipil. Telah berdiri di depan pintu apartemen. Dan beberapa petugas lainnya terlihat lalu lalang. Keluar masuk ke unit apartemen sebelah.

Ia tahu, jika masa penghakiman telah tiba.

 ---------

Para reserse itu sudah pergi. Setelah berpesan, jika kesaksian mereka berdua sangat dibutuhkan dalam proses penyelidikan.

Ia dan Mas Pram menyanggupi.

Kini, ia tengah merawat luka akibat hantaman keras Mas Tama. Yang berhasil membuat hidung Mas Pram hampir patah.

"Aku harus temui Tama," gumam Mas Pram dengan wajah memerah sebab amarah.

Tapi ia menggeleng, "Nggak usah. Biar aku saja."

"Akan segera kuselesaikan urusan dengan Mas Tama," sambungnya cepat.

***

Keterangan :

Niroga. : bebas dari penyakit (bahasa Sansekerta)

Dangerous Liaisons adalah judul dari sebuah film produksi Hollywood tahun 1988. Yang dibintangi oleh John Malkovic dan Michelle Pfeiffer.

Dangerous Liaisons juga merupakan judul dari sebuah film produksi Tiongkok tahun 2012. Dibintangi oleh Zhang Ziyi, Cecilia Cheung, dan Jang Dong Gun.

Yang diadaptasi dari novel berjudul Les Liaisons Dangereuses karya Pierre Choderloss de Laclos.

Dangerous Liaisons di bab ini, tidak ada kaitannya dengan tiga hal di atas. Hanya mengambilnya sebagai judul bab. Sebab makna tersirat yang tepat dengan isi cerita Renjana Senja Kala.

Terpopuler

Comments

dyul

dyul

aneh ya bahasa si kinan
masa penghakiman tiba....
iya deh... si paling mental healt

2024-12-26

0

dyul

dyul

perempuan gak berhati
kl merasa gak mau knp gak nolak
kl merasa gak di cinta
knp gak cerai.....

2024-12-26

1

💐Tari Nyonya Sibuea💐

💐Tari Nyonya Sibuea💐

in lah pelakor si flying fictim 😅😅

2025-01-10

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Turn Back Crime
2 Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3 Bab 3. When A Blind Man Cries
4 Bab 4. Killing Me Softly
5 Bab 5. Dangerous Liaisons
6 Bab 6. Seven Deadly Sins
7 Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8 Bab 8. Enigma
9 Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10 Bab 10. What You See, What I Feel
11 Bab 11. Have Nothing to Say
12 Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13 Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14 Bab 14. Same Shit, Different Way
15 Bab 15. Sooner or Later
16 Bab 16. The Longest Ride
17 Bab 17. The Longest Ride (2)
18 Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19 Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20 Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21 Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22 Bab 22. I'm My Father's Son
23 Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24 Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25 Bab 25. I'm Not Afraid
26 Bab 26. A Brave Boy
27 Bab 27. Everything Goes Fine
28 Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29 Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30 Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31 Bab 31. Gone Too Soon
32 Bab 32. Loen, Gata, Jih
33 Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34 Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35 Bab 35. The Love I Never Knew
36 Bab 36. Sorry, I Let You Down
37 Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38 Bab 38. Just Beginning
39 Bab 39. Right Here Waiting
40 Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41 Bab 41. Neubrie Loen Wate
42 Bab 42. Unconditional Love
43 Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44 Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45 Bab 45. A Man Who Runs to God
46 Bab 46. Found You Without Looking
47 Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48 Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49 Bab 49. I'll Give You All
50 Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51 Bab 51. Suci Sekeping Hati
52 Mohon Maaf Lahir Batin
53 Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54 Bab 53. Adalah Engkau
55 Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56 Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57 Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58 Bab 57. Aku Wanita Biasa
59 Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60 Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61 Bab 60. How Can I Not Love You
62 Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63 Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64 Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65 Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66 Bab 65. Welcome to My Life
67 Bab 66. No One Understand
68 Bab 67. One Fine Day
69 Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70 Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71 Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72 Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73 Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74 Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75 Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76 Bab 75. The Last Man Standing
77 Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78 Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79 Bab 78. We're Such A Happy Family
80 Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81 Bab 80. Coz You're The One
82 Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83 Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84 Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85 Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86 Bab 85. When Somebody Loved Me
87 Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88 Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89 Bab 88. Memilikimu Selamanya
90 Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91 Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92 Bab 91. Alright, Wifey
93 Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94 Bab 93. Merayakan Cinta
95 Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96 Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97 Bab 96. There Would be No Love in My Life
98 Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99 Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100 Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101 Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102 Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103 Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104 Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105 Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106 Bab 105. Into The Night
107 Bab 106. Too Good To Be True
108 Bab 107. Somewhere Between The Night
109 Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110 Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111 Bab 110. Hitam Pekat Luka
112 Bab 111. Di Dasar Jurang
113 Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114 Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115 Renjana Senja Kala (END)
116 Extra 1 : Dibuang Sayang
117 Extra 2 : Dibuang Sayang
118 Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119 Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120 THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)
Episodes

Updated 120 Episodes

1
Bab 1. Turn Back Crime
2
Bab 2. "Adek Cantek Boh Hate Abang"
3
Bab 3. When A Blind Man Cries
4
Bab 4. Killing Me Softly
5
Bab 5. Dangerous Liaisons
6
Bab 6. Seven Deadly Sins
7
Bab 7. "Aneuk Mameh, Bek Moe"
8
Bab 8. Enigma
9
Bab 9. Kau di Sana, Aku di Sini
10
Bab 10. What You See, What I Feel
11
Bab 11. Have Nothing to Say
12
Bab 12. Cukup Sampai di Sini
13
Bab 13. Show Me The Meaning of Being Lonely
14
Bab 14. Same Shit, Different Way
15
Bab 15. Sooner or Later
16
Bab 16. The Longest Ride
17
Bab 17. The Longest Ride (2)
18
Bab 18. Meurumpok Deungon Gata Lom
19
Bab 19. Yen Tak Sawang Sorote Mripatmu
20
Bab 20. The Man Who Can't be Moved
21
Bab 21. "Dapatkah Aku Memeluknya?"
22
Bab 22. I'm My Father's Son
23
Bab 23. Pria Berkaos Biru Gelap
24
Bab 24. Peu Haba Deungon Hate?
25
Bab 25. I'm Not Afraid
26
Bab 26. A Brave Boy
27
Bab 27. Everything Goes Fine
28
Bab 28. Hate Loen Han Get-Get Mantong
29
Bab 29. Take Me Home, I'm Fallin'
30
Bab 30. Bila Waktu Tlah Memanggil
31
Bab 31. Gone Too Soon
32
Bab 32. Loen, Gata, Jih
33
Bab 33. Han Teupu Haroh Peugah Peu
34
Bab 34. You Can't Always Get What You Want
35
Bab 35. The Love I Never Knew
36
Bab 36. Sorry, I Let You Down
37
Bab 37. Ka Seb, Sampoe Hinoe
38
Bab 38. Just Beginning
39
Bab 39. Right Here Waiting
40
Bab 40. Pelukan Tak Terduga
41
Bab 41. Neubrie Loen Wate
42
Bab 42. Unconditional Love
43
Bab 43. Rho Le Ie Mata Meunyo Tingat Masa Nyan
44
Bab 44. Kami, yang Diragukan Negara dan Warga
45
Bab 45. A Man Who Runs to God
46
Bab 46. Found You Without Looking
47
Bab 47. When Everything Goes Wrong, You Make It Right
48
Bab 48. Bah Loen Peupah Hatee Nyo Dilee
49
Bab 49. I'll Give You All
50
Bab 50. Satu Nama Tetap di Hati
51
Bab 51. Suci Sekeping Hati
52
Mohon Maaf Lahir Batin
53
Bab 52. Bialah Angin Nan Tau Rindu
54
Bab 53. Adalah Engkau
55
Bab 54. "Pria Pemberani yang Pandai Bersiasat"
56
Bab 55. No Man Ever Steps in The Same River Twice
57
Bab 56. Uroe Raya, Uroe Bagia
58
Bab 57. Aku Wanita Biasa
59
Bab 58. Tak Ada Harga Semahal Cinta
60
Bab 59. Dua Benteng Tangguh
61
Bab 60. How Can I Not Love You
62
Bab 61. Pretty Woman, The Kind I Like to Meet
63
Bab 62. Selamat Uroe Lahee, Beu Meubahgia Sabee
64
Bab 63. I Don't Like You : I Like You
65
Bab 64. Di Persimpangan Dilema
66
Bab 65. Welcome to My Life
67
Bab 66. No One Understand
68
Bab 67. One Fine Day
69
Bab 68. Never Leave You, Really Love You
70
Bab 69. Hape Laho Do Ho Among, Tumadingkon Hami On
71
Bab 70. "Keep Your Head Up!"
72
Bab 71. Mengurai Benang Kusut
73
Bab 72. Bagai Getah Dibawa ke Semak
74
Bab 73. Step by Step, Everything Will be Fine
75
Bab 74. Only Time Will Tell and Heal
76
Bab 75. The Last Man Standing
77
Bab 76. Pinangan 300 Mayam
78
Bab 77. "Terimakasih Sudah Menerimaku"
79
Bab 78. We're Such A Happy Family
80
Bab 79. We're Such A Happy Family (2)
81
Bab 80. Coz You're The One
82
Bab 81. Menyusun Kepingan Puzzle
83
Bab 82. Tanpamu Jiwaku Takkan Utuh
84
Bab 83. Memang Kau Bukan Yang Pertama Bagiku
85
Bab 84. Kaleuh Suedeh Teuka Bahgia
86
Bab 85. When Somebody Loved Me
87
Bab 86. Meusandeng Ngoen Gata : Begin Again
88
Bab 87. Memilikimu Sepanjang Malam
89
Bab 88. Memilikimu Selamanya
90
Bab 89. Bagai Anak Ayam Kehilangan Induknya
91
Bab 90. Wanna Take Forever Tonight
92
Bab 91. Alright, Wifey
93
Bab 92. Don't Wanna Close My Eyes
94
Bab 93. Merayakan Cinta
95
Bab 94. Semburat Merah di Pipi
96
Bab 95. Without You, There'd be No Sun in My Sky
97
Bab 96. There Would be No Love in My Life
98
Bab 97. Your Words Don't Define Who I Am
99
Bab 98. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa
100
Bab 99. Tanpamu Apa Artinya, Tanpamu Serasa Hampa (2)
101
Bab 100. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu
102
Bab 101. Walau Di Mana Berada, Ingatku Dalam Doamu (2)
103
Bab 102. Jangan Berhenti Mencintaiku
104
Bab 103. Arti Kehadiranmu, Kasih
105
Bab 104. Kau Adalah Hidupku, Lengkapi Diriku
106
Bab 105. Into The Night
107
Bab 106. Too Good To Be True
108
Bab 107. Somewhere Between The Night
109
Bab 108. Rangkaian Sajak Terindah
110
Bab 109. Gelayut Mendung di Tepi Jurang
111
Bab 110. Hitam Pekat Luka
112
Bab 111. Di Dasar Jurang
113
Bab 112. 1. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
114
Bab 112. 2. Hari Di Mana Janji Tertunaikan
115
Renjana Senja Kala (END)
116
Extra 1 : Dibuang Sayang
117
Extra 2 : Dibuang Sayang
118
Extra 3 : Välkommen till Halmstad
119
Extra 4 : Matahari di Langit Timur (1)
120
THE LAST : Matahari di Langit Timur (2)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!