TDSOL-BAB 14

Jasmine duduk di bar stole memperhatikan punggung Evan dari belakang, menyanggah dagunya dengan satu tangan di atas meja. Kenapa pria setampan itu mengidap psikopat?

Sayang sekali bukan? Tapi itu masih beruntung sih, karena Evan normal. Lebih sayang lagi mereka yang tampan tapi penyuka sesama jenis. Duh tidak bisa di bayangkan untuk para wanita yang masih jomblo.

"Apa yang sedang kau pikirkan?"

Evan meletakan piring putih itu ke hadapan Jasmine dengan alis bertaut.

Jasmine tersadar dari lamunannya, dan bergerak gelisah. "Bukan apa apa."

"Kau yakin? Kau tidak sedang memikirkan pria lain?" Evan memicing tajam mengamati raut wajah Jasmine.

"Yeah, sure." Jasmine menyelipkan rambut ke belakang telinganya, dan mulai mengiris potongan daging itu dengan irisan kecil. Namun, pria di depannya itu masih menatap tajam kearahnya tanpa berkedip dengan menggenggam pisau di tangannya erat.

Jasmine menarik nafasnya dalam, sembari menelan irisan daging itu dengan susah. Kemudian memberanikan diri membalas tatapan Evan.

"Bagaimana bisa aku memikirkan pria lain, jika pria tampan di depanku sudah cukup menggoda."

Evan tersenyum lebar, "kau merayuku?"

Jasmine menggeleng cepat. Cih, Dasar bodoh! Siapa juga yang merayu, ia terpaksa mengatakan itu daripada ia mati sia sia di atas meja makan ini.

Merasa senang dengan ucapan Jasmine, lantas Evan mengiris daging itu sedikit,lalu menyodorkannya ke arah Jasmine.

"Buka mulut mu" bibirnya tersenyum, namun suara itu begitu dingin.

Perlahan Jasmine membuka mulutnya dengan ragu, dengan mata terus menatap ke arah Evan takut takut. Jelas saja takut,  pria di depannya ini seorang psikopat yang bisa berubah sikap dalam sekejap.

"Kau tidak makan?" Jasmine melirik pria di depannya sekilas, lalu kembali memakan steak itu dengan lahap.

Evan menggeleng, kemudian menyodorkan piring itu di samping piring Jasmine "Aku tidak lapar"

Jasmine terkejut saat Evan menggeser piringnya, namun ia tidak peduli dan Jasmine kembali melanjutkan makannya tanpa beban.

Diam-diam Jasmine mencuri pandang ke arah pria yang sejak tadi memperhatikannya. Senyuman itu tak luntur sama sekali dari wajah Evan, dan itu membuat lesung pipi di wajah pria itu terlihat sempurna.

"Selera makan mu besar juga, tapi kenapa kau sangat kurus." Sindir Evan dengan menggelengkan kepala, melihat dua porsi steak habis dalam sekejap.

"Kau yang memberikan makanan ini untuk ku, yasudah aku makan" sahut Jasmine sekenanya.

Evan menopang dagu dengan kedua tangannya, memperhatikan Jasmine yang menyantap steak itu dengan lahap.

"Aku heran, jika kau bisa makan sebanyak ini kenapa tubuhmu rata"

Jasmine mendengus sebal "Aku tidak rata"

"Kau rata depan belakang" ujar Evan sengaja "cobalah bercermin"

Jasmine mengacungkan garpu di depan wajah Evan, lalu menusuk potongan daging itu dengan dramatis. "Aku tidak rata, akan aku buktikan."

"kau akan menunjukannya padaku?" Tanya Evan dengan senyum berlesung pipinya.

"Dasar setan!!" Jasmine memukul kepala Evan dengan garpu yang di pegang-nya tadi.

Evan menyentuh keningnya sambil meringis sakit. "Kau ini perempuan, tapi tidak lembut, tubuh mu juga tidak bagus. Apa kau transgender?"

"Evan!!" Sentak Jasmine kuat.

Evan tertawa puas melihat raut kesal Jasmine. "Aku bercanda sayang"

Jasmine kembali melahap steak itu dengan ukuran besar, matanya terus menatap Evan yang sedang memperhatikan-nya.

"Jika saja aku seperti dirimu, aku akan merobek mulutmu itu sampai telinga" tukas Jasmine kesal.

Evan terbahak mendengar jawaban Jasmine, baru kali ini ada seorang wanita yang ingin menghabisinya. Wanita angkuh dan keras kepala yang sudah membuat dirinya tertarik dan hingga tak bisa lepas.

Evan mengusap pucuk kepala Jasmine gemas, hingga rambut wanita itu berantakan. Lalu pergi meninggalkan Jasmine yang menggerutu dan mengumpat.

Menyebalkan!

Setelah menghabiskan dua porsi steak dan juga sebotol air mineral

Jasmine berjalan menaiki anak tangga untuk mencari keberadaan pria sinting itu.

Jasmine membuka pintu kamar yang ia tempati bersama Evan semalam, tapi pria itu tidak ada disana. Jasmine kembali melangkahkan kaki telanjangnya menelusuri rumah ini, dan mata grey-nya menangkap sebuah ruangan yang kemarin ia masuki. Ruangan dimana banyak tersimpan barang barang milik Evan tentang masa kecilnya.

Jasmine melewati ruangan itu begitu saja, dan melanjutkan niatnya mencari Evan di ruangan lain. Namun, langkahnya terhenti di depan pintu kaca begitu melihat sosok yang ia cari sedang berdiri di tengah ruangan tanpa memakai atasan, hingga mengekspos jelas tubuh kekar pria itu.

Jasmine menelan ludahnya kelat, saat melihat Evan mulai memukul samsak itu dengan beringas. Pria itu benar-benar tampan dan seksi, namun mengerikan. Cukup lama Jasmine memperhatikan Evan dari balik dinding kaca dengan raut kagum, sungguh ciptaan Tuhan yang nyaris sempurna.

Saat mata hazel Evan memergoki dirinya yang tengah memperhatikan pria itu diam diam, segera Jasmine berbalik meninggalkan ruangan itu bersama pemandangan yang menggoda, dan berniat kembali ke kamar.

Namun, ketika melewati ruangan rahasia itu Jasmine sedikit penasaran. Jasmine tergoda untuk melihatnya sekali lagi, ia menarik nafasnya  dalam-dalam sebelum memasuki ruangan itu sembari menoleh ke kiri dan kanan berharap Evan tidak melihatnya, ia mencoba memberanikan diri dengan tangannya yang sedikit deg-degan.

"Masuk lah"

Jasmine menoleh mendengar suara bariton dari balik punggungnya, Evan sedang berdiri di belakangnya dengan sudah berpakaian lengkap.

Jasmine tidak bergeming ketika Evan menyentuh tangan-nya yang masih memegang gagang pintu, dan membukanya perlahan.

Jasmine masih tidak percaya dengan apa yang di lihatnya saat ini, seingatnya kemarin Evan melarangnya masuk, tapi sekarang pria itu mengijinkan nya. Namun, sekarang Evan sendiri yang menyuruhnya masuk ke dalam ruangan itu yang ternyata sudah di sulap menjadi perpustakaan kecil dengan beberapa bantal sofa yang tergeletak di atas permadani kecil di tengah ruangan itu.

Jasmine mengikuti langkah Evan yang menuntunnya masuk lebih dalam, ia masih tidak percaya dengan semua yang di lihatnya. Evan melepaskan genggaman itu dan memilih buku di sisi kanan Jasmine.

Evan nampak memilah buku mana yang cocok untuk di baca oleh Jasmine, kebanyakan buku koleksi-nya adalah novel fantasi karangan Rick Riordan seperti Percy Jackson and the singer of Apollo, Battle Of The Labirinh dan salah satu fiksi dengan judul The Lord Of The Ring, karangan J.R.R Tolkien.

Namun, semuanya tidak ada yang cocok untuk Jasmine, hingga pilihan-nya jatuh pada novel fantasi yang di bumbui dengan drama romantis dan penuh konflik antara Draco Malfoy dan Hermione Jean Grenger. Evan mengambil salah satu Seri Harry Potter karangan J.K Rowling's dan memberikan novel itu pada Jasmine.

"Sepertinya ini cocok untukmu"

Wanita itu sudah tidak ada di tempatnya ketika Evan menoleh kesamping. Jasmine duduk di bantal sofa dengan pandangan fokus pada buku yang di pegangnya. Novel fantasy young adult, karangan Stephenie Meyer.

Evan mengedikan bahunya lalu kembali meletakan buku itu ke tempatnya, kemudian merebahkan tubuhnya di samping Jasmine. Evan terus memandangi wanita itu yang nampak acuh dengan keberadaan-nya, tanpa menoleh sedikitpun.

"Kau begitu serius membaca-nya, sampai mengabaikan ku." Evan nampak cemburu dengan buku yang di baca oleh Jasmine.

"Hem, aku sedang serius, tidak usah mengganggu ku." tukas Jasmine.

"haahh, selera mu mengerikan ya, kau baca cerita adult romance?" sindir Evan.

menoleh dengan tatapan horor. "aku suka alur ceritanya, bukan adegannya" sahut Jasmine tanpa mengalihkan perhatiannya dari buku yang di pegang-nya.

" jika kau mau, aku bisa memperagakan untuk mu." tawar Evan.

Jasmine menggelengkan kepalanya, "kau tidak cocok"

"kenapa? aku tampan dan menarik."

"karena kau bukan dia_aktor favorit ku" Sahut Jasmine sekenanya tanpa melihat raut kesal di wajah Evan.

"Siapa?"

"Edward Cullen" Jasmine terlihat sumringah saat menyebut nama itu, dan tentu saja semakin membuat Evan terbakar api cemburu.

Evan bangkit dari posisinya dan mendekati Jasmine, mengintip bagian bab yang di baca oleh wanita itu.

"Apa yang kau suka darinya? Pria berkulit pucat dengan dua taring, sungguh tidak keren"

Jasmine menoleh tidak terima, perkataan pria itu sama saja menghina idolanya.

"Yang jelas dia lebih tampan darimu" sungutnya. Dan itu berhasil membuat Evan tersinggung.

"apa matamu bermasalah? jelas aku lebih tampan darinya, dan tidak pucat seperti orang mati."

Jasmine menatap Evan tajam, "setampan apapun dirimu, kau bukan idola ku."

"Apa aku perlu merubah warna kulitku agar menjadi idolamu?" Tanya Evan dengan wajah serius.

🍁🍁🍁

ganti bang ganti 😂demi embeb...

Terpopuler

Comments

Ning Dwi

Ning Dwi

wkwwk evannn evannnn😂😂😂

2021-12-23

2

KomaLia

KomaLia

awas di bunuh pula idola mu jasmine

2021-12-21

1

VS

VS

tampan tapi penyuka jenis, ini ni salah satu alasan kenapa banyak cewek jadi jomblo akut

2021-12-13

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!