TDSOL-BAB 2

Sejak beberapa jam yang lalu Evan sudah duduk manis di sudut coffe shop tempat dimana Jasmine bekerja. Manik hazelnya tak luput memperhatikan gerak gerik Jasmine yang terlihat sibuk mengantarkan minuman pada para pelanggan.

Jasmine sama sekali tidak menyadari kehadiran Evan di sana, yang memang pria itu sengaja memakai hodie hitam hingga menutupi bagian kepalanya, serta kacamata hitam.

Belum lagi ramainya pengunjung Kram Bar malam itu, membuat Jasmine tak sempat untuk sekedar bernapas, apalagi untuk melirik pria tampan. Huft menyedihkan.

"Ini pesanan anda Tuan" dua porsi Hamburguesa de Pollo, Jasmine letakkan di atas meja dengan senyum ramah. Kemudian beralih ke meja satunya, dengan pesanan yang berbeda.

"Ini pesanan ada Nona" satu porsi  Tarta de Manzana con dulce de leche dan Mochaccino mendarat dengan mulus di meja pelanggan wanita dengan kaca mata bening bertengger di hidung mancungnya.

Kedua pesanan itu sebagai penutup jam kerjanya, Jasmine menghela napas lega sembari meletakkan nampan di atas meja, "huh, akhirnya selesai juga tugas ku"

Jasmine mendudukkan dirinya di kursi, lalu meraih botol air mineral dan meminumnya hingga tandas.

"Kau terlihat pucat sekali hari ini, apa kau sakit?" Lucia bertanya setelah mendaratkan bokong-nya di kursi, berhadapan dengan Jasmine.

Jasmine menggelengkan kepala, "aku baik baik saja, hanya sedikit lelah."

Lucia mengangguk paham, karena hari ini memang kedai sedang ramai.

"jika kau sakit, beristirahat lah. Jangan terlalu memaksakan diri, kau bukan robot." Ujar Lucia mengingatkan. Meski rasanya percuma, tapi tetap saja Lucia tidak bisa diam melihat sahabatnya sakit.

Jasmine bangkit dari kursinya sambil tertawa pelan, dan melangkahkan kakinya menuju ruang belakang untuk mengganti seragam.

"Jessy, dengarkan aku. Aku sangat peduli denganmu." Lucia mengikuti langkah Jasmine ke ruang belakang. Menahan pintu loker yang menjadi obyek pemandangan Jasmine saat ini.

Jasmine menyandarkan punggungnya, membalas tatapan Lucia.

"Mudah bagimu Luci, karena sejak dari janin kau sudah kaya raya. Jika aku libur bekerja, maka perut ku ini hanya terisi air putih saja." Jasmine mengusap perut datarnya dengan dramatis.

"Apa perlu ku pindahkan brankas ayahku itu ke rumah mu? Agar perutmu itu bisa terisi makanan berat." Tanya Lucia dengan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Lakukanlah jika kau ingin menjadi gelandangan, karena ayahmu yang otoriter itu akan mencoret namamu dari hak waris."

Tawa dua gadis itu menggema di dalam ruang belakang yang hanya ada mereka berdua saja. Baginya Jasmine adalah teman baik, gadis itu  tidak memanfaatkan dirinya yang berstatus anak dari pemilik kedai tempatnya bekerja.

"Baiklah, aku harus pulang cepat malam ini. Karena besok aku ada kuliah pagi."  Jasmine mulai mengemasi barang-barangnya setelah mengganti seragamnya.

"Aku pergi dulu, sampai ketemu besok" Jasmine melambaikan tangannya sambil berlalu.

"Hem, pulanglah cepat, sebelum ada pria kaya kesepian yang menculik mu." Seru Lucia sambil tertawa dan Jasmine mengacungkan jari tengahnya sebagai balasan, sebelum benar-benar menghilang di balik pintu.

***

Jasmine melangkahkan kakinya menapaki trotoar, manik abu abunya terus memperhatikan sekitar sambil mengeratkan jaket bulu yang di pakainya.

Cuaca dingin semakin menambah penderitaan-nya, Jasmine hanya bisa gigit jari melihat beberapa pasangan kekasih yang sedang bermesraan. Kenangan terakhir dengan sang mantan kekasih terekam buruk di kepalanya. Membuat Jasmine sedikit trauma untuk kembali menjalin hubungan dengan seorang pria. Tapi, ia tetaplah wanita normal yang menginginkan cinta.

Cih, berlebihan! Tidak bisakah mereka bermesraan di dalam ruangan? Membuat iri saja. Jasmine menggerutu ketika sang pria merayu wanitanya dengan kata-kata romantis dan saling bercumbu mesra.

Segera Jasmine mempercepat langkahnya, menghindari pemandangan yang menyesakan dada. Namun, di persimpangan jalan Jasmine merasa takut. Entah kenapa rasanya seperti ada yang sedang mengikuti dirinya.

Jasmine menghentikan langkahnya, dan berpura-pura mengangkat telepon. Ia berdiri tepat di bawah tiang lampu penerangan yang temaram sambil melirik ke belakang dengan ekor matanya.

Dan... tubuhnya gemetar seketika. Sosok tingi dengan pakaian serba hitam di tengah gelapnya malam sedang berdiri menghadapnya.

Suasana sepi malam itu membuat Jasmine waspada dan segera mempercepat langkahnya dengan berlari kecil.

Pria dengan pakaian serba hitam itupun turut berlari mengikuti lagkah Jasmine, hingga membuat Jasmine semakin kalang kabut ketakutan, dan terjatuh.

"Siapa kau!" Sentak Jasmine begitu Evan sudah hampir mendekat ke arahnya.

Evan tidak menjawab, ia hanya mengulurkan tangan pada Jasmine, berniat membantu gadis itu untuk bangkit.

Defensif, itulah sikap yang Jasmine tampilkan dengan raut pucat pasi. "A-pa sebenarnya ya-yang kau inginkan? Ke-kenapa kau mengikuti ku?!"

Seringai kecil terukir di sudut bibir Evan sembari berjongkok di depan Jasmine,"aku ingin berkenalan denganmu, dan menjadi teman mu."

Jasmine menggeleng dengan tubuh bergetar hebat, "Kau sengaja mengikuti ku sejak di bus shelter siang itu. Aku yakin bukan itu tujuanmu?!"

"Memangnya begitu kentara ya?"

Tawa ganjil menelusup ke telinga Jasmine, bersamaan sorot mata kelam  pria itu saat mengangkat wajahnya yang terasa menusuk rongga pernapasan Jasmine.

Tercekat. Aliran darahnya terasa membeku melihat pria itu mengacungkan pisau di depan wajahnya.

"Pisau ku ingin berkenalan denganmu. Dan aku bersumpah akan melakukannya dengan cepat, agar kau tidak merasa kesakitan."

"F*CK you!" Seru Jasmine lantang dan segera bangkit dengan sisa tenaga yang ia miliki. Ia tidak boleh mati sia-sia di tangan pria aneh itu. Never!

Berlari tak tentu arah bagai orang gila, tanpa menoleh kebelakang sedikitpun hingga tanpa sadar menabrak tubuh seseorang di depannya.

Bruk!!

"Huh...huh...huh..." dengan napas tersengal dan tubuhnya yang terasa lemas, membuat Jasmine harus berpegangan pada jaket seseorang yang baru saja ia tabrak.

"Help me please..." Dengan suara parau Jasmine meminta pertolongan pada pria itu tanpa melihat wajahnya terlebih dulu.

"Dengan senang hati aku akan membantumu." Ujar seseorang itu.

Mendongak. Dan...mata Jasmine membelalak seketika menatap pemilik suara bariton tersebut. "Ka-kau?!"

"Hem, it's me..." sahut Evan santai.

"No...no!!"

Jasmine bergerak mundur, seraya melepaskan pegangannya pada jaket Evan. Berbalik dan kembali berlari sejauh mungkin dimana ia tidak bertemu lagi dengan pria itu, bahkan tanpa sadar Jasmine sampai menerobos jalanan hingga suara klakson dari arah berlawanan membuyarkan pertahanan Jasmine.

Sebuah truk besar sedang mendekat ke arahnya dengan kecepatan penuh, Jasmine mematung di tempat tanpa bisa bergerak.

"Aaaaaa"

Bruk!!!

Kepala Jasmine menghantam sesuatu hingga membuatnya pingsan di tempat.

Lagi, untuk kedua kalinya Evan menyelamatkan nyawa Jasmine dari bahaya. ***** membunuhnya lenyap seketika melihat calon korbannya tergeletak tak berdaya.

Itu bukan gayanya menghabisi seseorang dalam keadaan tak sadarkan diri, ia lebih suka melihat wajah ketakutan serta jerit kesakitan dari korbannya. Bagai mendapatkan sensasi dan kenikmatan yang luar biasa.

Mau tak mau Evan mengangkat tubuh Jasmine dan membawanya pulang, ke mansion-nya. Menunggu sampai gadis itu sadar dan memulai permainan-nya.

🍁🍁🍁

Maaf, aku rombak...karena di sweet but psycho bermasalah...

Semoga gak bosen..

Terpopuler

Comments

Clara

Clara

ceritanya serem banget si thoor tp bikin penasaran,lanjut thoor

2021-12-24

0

Siti Chotimah

Siti Chotimah

punya crita spt ini sblumnya ya thor.. pantes ditunggu kok gk update.. ternyata dirombak ya

2021-12-19

1

VS

VS

critamu bikin penasaran thor

2021-12-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!