TDSOL-BAB3

Jasmine mengerjapkan matanya perlahan, diiringi ringisan kecil yang lolos dari bibirnya. Tangannya menyentuh bagian kepala yang terasa sakit.

Bangkit. Jasmine mendudukkan tubuhnya seraya mengamati ruangan sekitar.

Dimana dirinya berada? Tempat siapa ini?

Berbagai pertanyaan bercokol di kepala Jasmine. Ruangan yang di dominasi hitam dan abu abu itu bukan tempat tinggalnya.

Tunggu! Seingatnya semalam ia hampir tertabrak truk. Kenapa tiba-tiba ia berada di ruangan ini? Meski ia tidak taat beragama, tapi bukan berarti ia tidak tau mana Surga dan Neraka. Jelas ia masih hidup.

Aroma harum nan tajam menusuk indra penciumannya. Sekali lagi Jasmine mengendus aroma harum itu yang ternyata aroma masakan dari arah luar, dan perutnya ikut bereaksi. Sial! Ia lapar.

Seingatnya semalam ia melewatkan makan malamnya, gara gara pria sialan itu.

Jasmine menapakkan kaki telanjangnya ke lantai berwarna hitam itu, Pasti pemilik rumah ini adalah orang yang menolongnya semalam.

Perlahan Jasmine melangkahkan kakinya keluar ruangan ini. Dan, seketika itu Jasmine membelalakkan matanya sempurna, bangunan yang cukup luas dengan interior yang luar biasa elegan dengan dominasi warna hitam dan putih.

Ini bukan rumah, tapi istana. Gumamnya.

Kembali Jasmine melanjutkan langkahnya menuruni anak tangga, sosok pria dengan tubuh tinggi sedang berkutat di balik kitchen set yang bersih dan luas. Jasmine terdiam di tempatnya menatap lekat ke arah pantry.

Tubuh tinggi dengan rambut tebalnya yang kecoklatan, di tambah punggung lebar yang kokoh membuat Jasmine menelan ludahnya berkali kali. CK! Sisi jalangnya lebih mendominasi.

"Permisi Tuan, maaf mengganggu sebentar. Aku hanya ingin mengucapkan terimakasih, karena Tuan sudah mau menolong ku semalam" ucap Jasmine seraya mendudukkan dirinya di bar stole.

Evan meletakan spatula dan berbalik badan setelah mematikan api.

"Tidak masalah, aku senang bisa membantu mu."

Rahang Jasmine jatuh seketika, matanya membelalak lebar nyaris keluar.

Suara itu, mata itu, senyum itu. Shit!!

Jadi pria sialan itu yang menyelamatkannya?

"Jadi kau yang menyelamatkan ku?"

"Menurut mu?" Kata Evan tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah terkejut Jasmine.

"Harusnya kau biarkan saja aku mati terlindas truk semalam." Sentak Jasmine kesal bercampur takut. Tubuhnya reflek bergerak mundur.

"Sudahlah, lupakan. Lebih baik kau makan." Evan kembali membalik tubuhnya dan berkutat di depan kitchen set.

Melongo. Jasmine butuh waktu beberapa detik untuk mencerna perkataan pria di depannya. Semalam pria itu terlihat seperti iblis, kenapa pagi ini terlihat berbeda sekali.

"Siapa nama mu?" Tanya evan singkat tanpa menoleh kebelakang.

"A-aku?" Jasmine mendadak bodoh.

"Tentu, menurut mu siapa lagi?"

Cih! Jasmine mendengus kesal. Pria itu selain aneh, juga menjengkelkan. "Aku Jasmine, Jasmine Martinez."

Evan menganggukan kepala, lalu menyodorkan makanan hasil buatannya itu ke arah Jasmine.

"Untuk ku?" Tanya Jasmine seraya menunjuk dirinya sendiri.

"Lalu untuk siapa lagi?"

Evan melepaskan apron di tubuhnya, berjalan memutari meja bar, lalu duduk di samping gadis itu.

Haiiss, ok! Kekesalan Jasmine sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. Apa yang ia tanya selalu di patahkan. Lihat saja, ia tidak akan menyentuh memakan itu.

"Makan lah, sejak semalam perutmu berisik sekali."

"Tidak mau, aku tidak selera. Sepertinya masakanmu tidak enak." Bohong, padahal saat ini liurnya nyaris tumpah. Makanan itu adalah makanan kesukaannya, Tortilla Espanola.

"Kau yakin? Padahal aku sudah bersusah payah membuatnya untukmu." Evan menatap Jasmine ragu, lalu sudut bibirnya membentuk seringaian kecil.

"Baiklah, biar ku buang saja makanan ini" evan bangkit seraya menarik piring itu dari hadapan Jasmine.

"Wait!" Jasmine menahan piring itu, menariknya kembali ke tempat semula. Dengan cepat Jasmine menyambar pisau dan garpu di hadapannya, mengiris dengan ukuran besar lalu melahapnya tanpa ragu.

Evan tersenyum lebar, lalu mengusap kepala Jasmine sambil berlalu, "good girl"

Shit! Jasmine nyaris tersedak omlette ala Spanyol itu, karena mendengar ucapan pria aneh itu.

"Kau!" Geram Jasmine tertahan. Ia menancapkan garpu itu dengan kasar di atas Tortilla yang tersisa setengahnya. Ingin sekali Jasmine menendang bokong pria sinting itu hingga terjungkal.

Sementara pria itu berjalan menaiki anak tangga mengabaikan ocehan Jasmine. Melihat reaksi wanita itu semalam membuat Evan mengurungkan niatnya untuk membunuh gadis itu. Dan, sebagai gantinya ia membunuh supir truk yang nyaris menabrak dirinya.

"Ayo, ku antar kau pulang."

Evan berdiri di samping gadis itu dengan menyandarkan punggungnya di meja bar.

Jasmine nyaris kehabisan napas melihat penampilan Evan, belum lagi aroma musk yang menusuk indra penciumannya membuat Jasmine melayang.

"Hei!" Evan melambaikan tangannya di depa wajah Jasmine.

"Ehm, yah. Aku...aku bisa pulang sendiri." Sahutnya gugup, terpaksa menolak untuk menutupi rasa malu karena sudah memandang pria itu.

Senyum mengejek terbit di bibir Evan, gadis itu belum tahu dimana tempatnya sekarang berada. Tempat tinggalnya  ini cukup terpencil, dan jauh dari jalan beraspal.

"Silahkan Nona Jasmine" Evan mengulurkan tangannya mempersilahkan Jasmine untuk pulang sendiri, bahkan Evan juga menunjukkan dimana pintu keluarnya berada.

Jasmine mengambil barang-barangnya lebih dulu di lantai atas, lalu dengan percaya dirinya berjalan melewati Evan yang tertawa kecil di sana.

Namun, langkahnya seketika terhenti. Jasmine mematung di tempat, membelalakkan matanya dengan rahang terbuka. F*CK! Pantas saja pria sinting itu mentertawakan dirinya. Ternyata ia berada di tengah-tengah lahan kosong yang di kelilingi pohon menjulang tinggi, bahkan tidak ada rumah lain di sekitarnya.

Jasmine berbalik, melangkahkan kakinya kembali memasuki ruangan tadi. Kali ini Jasmine menundukkan kepala, raut wajahnya tidak seberani tadi. Dari kejauhan telinganya menangkap kekehan kecil dari bibir pria sinting itu, namun Jasmine tidak bisa berbuat apa apa. Setidaknya ia mengalah untuk saat ini saja, tidak untuk nanti setelah ia kembali kerumah.

"Kau tidak jadi pulang Nona?" Tanya Evan mengejek.

Jasmine menggertakkan giginya menahan kesal, berdiri di hadapan Evan dengan memicing tajam.

"Baiklah aku mengalah, aku terima tawaranmu" kata Jasmine seraya menghela nafas berat.

"Aku bahkan tidak menawarkanmu apa apa"

What? Jasmine mengeram. Pria di depannya ini sengaja ingin bermain-main rupanya. Baiklah, Jasmine menarik nafas dalam kemudian berbalik dengan melangkah cepat ke arah pintu keluar. Memangnya ia tidak bisa pulang sendiri? Akan ia buktikan pada pria sinting itu.

Dengan cepat Evan meraih tubuh Jasmine dan memanggulnya bagai karung beras. Jasmine meronta dengan berteriak kencang, yang bahkan tidak akan ada satu manusiapun yang mendengarnya.

Evan memasukan Jasmine ke dalam mobil hitamnya, kemudian melaju dengan kecepatan penuh meninggalkan mansion-nya.

***

Evan menghentikan mobilnya di sebuah bangunan bertingkat yang nampak kumuh di pinggiran kota, apartemen kecil milik Jasmine.

"Kau tinggal disini?" Tanya Evan seraya menoleh ke samping.

Jasmine menganggukan kepala lemah, memang ada yang salah dengan tempat tinggalnya?

"Ya, memang kenapa?" Kata Jasmine ketus, senyum meremeh dari wajah pria di sampingnya ini seperti sedang menghina tempat tinggalnya.

Evan mengedikan bahunya acuh seraya senyum tipis, kemudian melepas seatbelt-nya dan bergegas turun.

Ish, menyebalkan sekali! Lagi pula kenapa pria itu ikut turun dari mobil sih?Gerutu Jasmine. Ia pun turun dari mobil Evan.

"Terimakasih sudah mau mengantar aku pulang." Jasmine menundukkan kepala sekilas, kemudian melangkahkan kakinya memasuki bangunan itu.

"Hei, kau tidak mengajak ku?"

"Tidak, rumah ku sangat jelek, kau pasti tidak akan suka" Jasmine melanjutkan langkahnya mengabaikan seruan Evan.

Gadis itu!! Awas saja...

Evan berjalan mengikuti Jasmine dari belakang, menaiki tiap anak tangga hingga lantai berapa ia tidak ingat karena terlalu lama berjalan.

Jasmine nyaris menutup pintu apartemennya, namun benda itu di tahan oleh seseorang hingga pintu itu kembali terbuka lebar.

Jasmine terkejut, hingga tubuhnya mundur beberapa langkah.

"Hei, apa apaan kau ini! Kenapa kau ikut masuk?"

Evan mengabaikan gadis itu, ia terus melangkah masuk seraya mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan. Apartemen milik Jasmine terlalu kecil, namun semua barang-barang di sana tertata rapih dan bersih. Evan mendudukkan dirinya di sofa kecil yang ada di dekatnya, ruang tamu milik Jasmine bahkan hanya setengah dari luas kamar mandinya.

"Kau bisa sopan sedikit tidak? Aku bahkan belum mengijinkan mu untuk duduk disana!"

"Aku bahkan sudah mengijinkanmu untuk tidur bersama di ranjangku." Sahut Evan santai.

Damn! Apa telinganya tidak salah dengar? Pria itu mencuri kesempatan tidur bersamanya. Jasmine melipat kedua tangannya dengan sorot mata tajam, seakan tatapannya bisa menguliti tubuh Evan hidup-hidup.

"Aku tidak memintanya! Sungguh kau tidak sopan!"

Evan menegakan tubuhnya, membalas tatapan Jasmine "kau berhutang nyawa padaku. Lagi pula aku sama sekali tidak tertarik dengan bentuk tubuhmu itu. Bukan tipeku"

What? Jasmine benar benar merasa di jatuhkan harga dirinya, jatuh sejatuh jatuhnya. Bahkan tidak ada lagi sisa untuk di banggakan.

Dasar pria sinting, sialan!

🍁🍁🍁

To be continued...

Terpopuler

Comments

Kezie fitri

Kezie fitri

ini visuall cwenya mna thor saya baru mampir

2024-03-06

0

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

karya yg sangat luar biasa is the best thor

2021-11-29

1

novi 99

novi 99

After
Hardin scott

2021-11-14

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!