TDSOL- BAB 5

Hari ini menjadi hari yang buruk setelah kejadian malam itu bersama Andreas. Kini dirinya resmi menjadi kekasih pria sinting yang baru saja melukai dirinya dengan pisau. Tidak ada kata yang mampu Jasmine lontarkan selain kata 'ya.'

Jasmine tidak pernah menyangka hidupnya akan sesial ini, nyawanya berada di tangan pria bernama Evan Leandro Matias. Menyedihkan sekali bukan?

Tidak hanya sampai disitu, pria sinting berwajah tampan itu turut mengancam akan membunuh orang orang terdekatnya, jika saja Jasmine menolak menjadi kekasihnya.

"Baiklah, karena kau sekarang menjadi kekasihku. Kau harus tinggal bersama ku." Kata Evan santai, melirik gadis itu dengan ekor matanya.

"Tidak mau!" Sahut Jasmine cepat.

Evan mencengkeram kedua pipi Jasmine erat, dan berkata di depan wajah gadis itu "kau menolak ku?"

Jasmine menggelengkan kepalanya gelisah, bekas luka sayatan tadi semakin menyiksa. Tangan Evan begitu kuat mencengkeram kedua pipinya, hingga kembali mengeluarkan darah.

"Bu-bukan itu ma-maksud ku." Ucap Jasmine tergagap.

Perlahan Evan melepaskan tangannya, dengan tatapan menyelidik "Lalu, kenapa kau menolak tinggal bersama ku?"

"A-aku...aku..."

"Kau takut aku akan meniduri mu?" Sela Evan seraya tertawa sarkas, lalu menyandarkan tubuhnya di sofa.

"Buang jauh-jauh pikiranmu itu, aku bahkan tidak tertarik untuk menyentuh mu."

Jasmine berdecak sebal, sombong sekali pria itu. Tapi, tetap saja Jasmine tidak bisa tenang, meskipun pria itu mengatakan jika tidak tertarik padanya. Tapi, nyawanya dalam bahaya setiap saat.

"Aku...tetap tidak bisa tinggal bersamamu, aku bekerja dan kuliah."

Evan berdecih, lalu menegakkan tubuhnya menatap tajam gadis itu "berapa upah yang kau dapat? Aku akan menggantinya 10 kali lipat."

Jasmine seketika lemas, ia tidak punya alasan lagi untuk menolak tinggal bersama.

"Beri aku waktu, aku masih ingin tinggal disini. Setidaknya, sampai aku menyelesaikan tugas ku dulu."

"Terserah kau saja. Tapi aku tidak akan pulang tanpamu."

Jasmine mengeram kesal, dasar pria sinting! Sakit jiwa! Bedebah sialan!

Jasmine bangkit dari sofa, lalu berjalan dengan menghentakan kakinya di lantai menuju kamarnya. Dengan sengaja Jasmine menutup pintu itu keras, untuk sekedar melampiaskan kekesalannya.

Jasmine menatap pantulan wajahnya di cermin, luka robek bekas sayatan itu cukup lebar. Jasmine menghela nafas lelah, tangannya menyambar laci meja rias mencari kotak obat untuk mengobati luka di bawah rahangnya.

Perlahan Jasmine meneteskan obat pada kapas, lalu menempelkan kapas itu pada lukanya perlahan lahan dengan gemetaran.

"Aashh...perih sekali."

Bulir bening mulai menetes tanpa di minta, entah apa yang akan terjadi nantinya saat ia tinggal bersama. Baru menolak begitu saja ia sudah mendapat siksaan seperti ini, bagaimana jika ia sampai melarikan diri.

Dengan keras Jasmine melempar kapas itu ke tempat sampah di sudut ruangan, kemudian merebahkan tubuhnya di atas ranjang. Kepalanya Jasmine rasanya mau pecah, karena memikirkan pria sinting itu. Namun, belum sempat Jasmine memejamkan mata seseorang mengetuk pintunya dari arah luar.

"Heii, kau sedang apa di dalam? Keluarlah!"

Jasmine meremas sprei itu kuat, lalu menutup telinganya dengan bantal. Sengaja ia mengabaikan seruan pria sinting itu yang terus memanggilnya, ia sama sekali tidak peduli.

"Hei gadis bodoh, kenapa kau tidak membuka pintu?"

Jasmine berjengit kaget, kenapa suara pria itu terasa dekat sekali? Perlahan Jasmine membuka bantal yang sedari tadi menutupi wajahnya.

"Shit! Bagaimana bisa kau masuk?"

"Mudah sekali... kau meninggalkan kunci yang menggantung di lubang kunci. Dengan mudah aku mendorong kunci itu hingga jatuh, lalu menariknya dari bawah dengan kertas."

Jasmine terkejut, selain sinting pria itu juga cukup jenius. Di saat orang lain akan langsung mendobrak pintu itu, tapi Evan justru mengambil jalan rumit.

"Ada apa lagi? Aku ingin beristirahat."

"Makan lah, aku sudah menyiapkan makanan untuk mu." Kata Evan seraya mendudukan dirinya di sudut meja rias.

"Ma-makan?"

"Hem, cepatlah bangun." Titah Evan dengan nada tak ingin di bantah.

Jasmine beranjak dari tempat tidur dengan terpaksa, sebelum pria sinting itu melukainya lagi.

Dalam diam Evan mengikuti langkah Jasmine dari belakang, menatap punggung gadis itu. Gadis bodoh di depannya ini sungguh keras kepala, ia akan senang bermain main dengan gadis itu menggunakan goresan pisaunya.

Ragu-ragu Jasmine mendudukkan dirinya di sofa, sepiring sandwich sudah tergeletak manis di atas meja. Kenapa pria itu memasak makanan untuknya? Apa setelah ia sudah cukup berisi, pria itu akan membunuhnya dan mengambil dagingnya. Aasshh, Sial! Sial!

"Aku tidak lapar" kata Jasmine menggelengkan kepalanya cepat.

Evan memicing tajam, ternyata gadis itu masih punya nyali untuk membantahnya. Baiklah, ia akan memberi pelajaran pada gadis bodoh itu, agar otaknya berpikir secara benar sebelum mati sia sia di tangannya. Evan mengeluarkan pisau tadi dari saku celananya. Memainkan benda itu di depan wajah Jasmine.

"Apa kau mau, aku menyuapi mu dengan benda ini? Tawar Evan dengan seringai mengerikan.

"Ah, terimakasih. Sepertinya aku sudah mulai lapar, aku bisa memakannya sendiri." Segera Jasmine menyambar sepiring sandwich isi tuna itu, dan langsung melahapnya.

Evan menepuk kepala Jasmine dengan senyum tipis sambil menepuk kepala Jasmine "good girl."

Cih. Apa apaan pria itu? Seenaknya saja menyebutnya good girl. Aku sudah dewasa. Lihat aja nanti kalau dia sampai jatuh cinta padaku, akan aku patahkan hatinya. Gerutu Jasmine dengan mulut penuh dengan sandwich.

"Setelah ini, temani aku ke suatu tempat." Kata Evan lagi setelah menaruh pisau lipat itu ke tempatnya semula.

Nyaris saja Jasmine tersedak sandwich yang belum sempat tertelan oleh-nya, Jasmine terbatuk-batuk sambil menepuk dadanya yang terasa sesak.

"Minum lah!" Evan menyodorkan sebotol air mineral.

Di saat genting seperti ini, pria sinting itu bisa berbuat baik juga. Tanpa ragu Jasmine menyambut minuman dan menenggaknya hingga tandas.

"Terimakasih" ucap Jasmine setelah menelan makanan sialan itu yang nyaris membunuhnya.

"Aku hanya tidak ingin melihatmu mati dengan mudah, karena aku masih membutuhkan mu."

See...baru saja Jasmine berpikir jika pria sinting itu baik, ternyata hanya karena tidak ingin melihatnya mati dengan mudah. Sialan! Jika tau seperti itu, lebih baik ia tidak menerima minuman itu tadi dan memilih mati saja.

Jasmine mengusap sudut bibirnya yang basah, dengan kasar. Lalu bangkit berdiri di depan Evan dengan nafas memburu. Sekarang atau nanti, toh ia pasti akan mati juga, setidaknya Jasmine berusaha untuk tidak terlihat lemah di depan bedebah sialan itu.

"Sampai kapan kau akan menyandera ku seperti ini huh?!" Ucap Jasmine dengan sisa keberanian yang ia miliki.

Evan mengedikkan bahunya sembari menggeleng pelan, mata hazelnya menatap tajam mata abu abu Jasmine dengan tatapan yang sulit di artikan.

Tanpa sadar, Jasmine sudah memancing singa yang sedang tidur. Pria sinting itu bahkan sudah berdiri di hadapannya dengan wajah tanpa ekspresi. Jasmine dapat merasakan hembusan nafas Evan yang mendekatkan wajahnya hingga hidung mereka saling bersentuhan.

"Tidak ada batas, bahkan sampai kau mengemis padaku untuk membunuhmu."

🍁🍁🍁

Ngeri gak sih 😂 tapi Evan sweet kok nanti 😂

Terpopuler

Comments

Indah Ipong

Indah Ipong

ngeri lah thor..masak nggak...g sabar nunggu sweet nya Evan😂

2021-10-31

0

Susilawati Dewi

Susilawati Dewi

dasar evan gila

2021-09-29

0

🍄 _Arzelline_

🍄 _Arzelline_

tenang author.. aq suka kekerasan.. 😂

2021-09-17

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!