TDSOL-BAB 13

Jasmine menggelengkan kepalanya tidak percaya, "a-apa maksudmu?"

"you are mine... Jasmine." Evan mengecup kening Jasmine cukup lama.

Jasmine menjadi bingung sendiri dengan sifat Evan yang berubah seratus delapan puluh derajat dalam sekejap. Saat ini Evan seperti pria yang sedang jatuh cinta.

Tapi, beberapa saat yang lalu, pria itu bersikap seperti orang gila yang mengamuk.

Evan menjauhkan kepalanya untuk menjangkau wajah Jasmine, menangkup kedua pipi Jasmine dan menatapnya penuh penyesalan. "Aku minta maaf"

Evan mengecup bibir pucat itu sekilas, lalu membelai rambut Jasmine seraya merapikannya. Rambut wanita itu kusut karena ulahnya beberapa saat lalu.

Tak merespon. Jasmine terdiam membisu bagai patung, tidak peduli lagi dengan apapun yang Evan lakukan.

Evan mendesah pasrah, menatap Jasmine maklum. Perbuatannya memang mengerikan bagi manusia normal, namun tidak untuknya. Itu sesuatu yang menyenangkan.

"Jangan lakukan sesuatu yang membuat ku marah, dan semuanya akan baik baik saja."

Evan mengecup singkat, dan mengusap pelan luka bekas sayatan yang ia torehkan disana. "Apa masih sakit?"

Jasmine menoleh kesamping, "menurut mu?" Tanya wanita itu pelan, rasanya tenggorokan Jasmine kering seperti tercekik.

Jasmine menyingkirkan tangan Evan dari lengannya perlahan. Pria di depannya ini selain gila, dia juga bodoh! Bagaimana mungkin sakitnya hilang dalam sekejap? jelas masih terasa, dan sampai kapanpun tidak akan bisa di lupakan. Lama lama ia bisa menjadi gila jika terus bersama Evan.

"Aku minta maaf, aku bersumpah tidak akan mengulanginya lagi. Asal kau tetap di samping ku" Evan bersungguh-sungguh mengatakan itu, dan hanya mendapat tatapan bingung dari Jasmine.

"Sekarang tidur lah" Evan membaringkan tubuh Jasmine di atas tempat tidur, dengan dirinya ikut serta berbaring di samping wanita itu.

"Kenapa kau masih disini?" Jasmine bertanya datar.

"Tidur, tentu saja. Memang apa lagi?"

Hening sesaat. Jasmine mencoba mencerna perkataan Evan dengan akal waras-nya.

Sementara Evan mulai mencari posisi nyaman di samping wanita itu, sebelum akhirnya Evan kembali berucap.

"Kecuali jika kau meminta ku untuk melakukan-nya. Maka dengan senang hati akan aku turuti" Kekehnya geli.

Jasmine mendengus, dengan nafas yang memburu menahan kesal. Apa apaan pria itu? Siapa juga yang  menginginkan-nya?.

Manik abu-abunya melirik ke bagian perut, dimana tangan Evan sudah melingkari perutnya posesif. Ingin sekali Jasmine menyentak tangan iblis itu menjauh. Tapi, tenaganya sudah habis, ia sudah tidak sanggup lagi berdebat dengan pria gila itu.

"Sudah malam, tidur lah" Evan berbisik di balik ceruk leher Jasmine.

"Bagaimana aku bisa tidur jika kau memelukku dengan sangat erat seperti ini." Sahut Jasmine cepat.

"Sorry"

Evan melonggarkan sedikit pelukannya di perut Jasmine,  menghirup dalam-dalam aroma tubuh wanita itu yang begitu menenangkan.

"Jangan seperti ini Evan, aku tidak nyaman" Jasmine menggoyangkan bahunya agar Evan menyingkir.

"Kenapa? Aku nyaman." Sahutnya dengan mata terpejam.

Jasmine berdecak. Jelas saja pria itu nyaman, karena mendapatkan apa yang dia inginkan. Sementara dirinya? Ia terpaksa. Katakan saja seperti itu, padahal tubuhnya seperti mendapat sengatan panas akibat hembusan nafas Evan di tengkuknya.

"A-aku tidak biasa tidur jika kau terus seperti ini. Terlebih dengan pria di ranjang yang sama" Jasmine berucap dengan mengigit bibir bawahnya.

Ayolah, ini negara bebas, masa tidur bersama pria saja tidak pernah. Mustahil bukan?

Evan membuka matanya dengan menarik sudut bibirnya ke atas. "Benarkah? Jadi aku pria pertama bagimu?"

"Bu-bukan begitu...aku__"

"Bersyukurlah, karena kau mendapatkan-nya sekarang. Kau beruntung bisa tidur bersamaku di tempat tidur ku ini." Evan menyela ucapan Jasmine sambil terkekeh geli, sembari mengeratkan pelukannya.

Jasmine menganga lebar, apa apaan? Kenapa malah dirinya yang harus bersyukur? Harusnya pria itu yang beruntung, karena bisa tidur bersama ku, dan menjadi yang pertama. Menjengkelkan! Awas saja nanti!.

Perlahan rasa kantuk menyerang, hingga Jasmine tanpa terasa memejamkan matanya.

Sementara Evan, setelah wanita yang di peluknya terlelap. Ia justru bangkit dan keluar dari dalam ruangan itu. Evan melangkahkan kakinya menuju ruangan pribadinya.

***

Suara rintik hujan mulai terdengar di indra pendengaran Evan, pria itu mengerjap pelan untuk melihat keadaan sekitar. Tetesan bening itu membasahi dinding kaca mansion-nya, tetesan itu semakin lama semakin merapat menandakan bahwa di luar sana hujan deras.

Evan menarik tubuh Jasmine ke dalam pelukannya, ketika wanita itu bergeser menjauh. "Kau mau kemana hum"

"Kau sudah bangun?" Jasmine membalikan tubuhnya menatap pria yang sedang memeluknya erat.

"Menurut mu? Apa orang yang sedang tidur bisa berbicara?"

Evan tersenyum melihat raut kesal Jasmine,  mata wanita itu melebar serta mengerucutkan bibirnya hingga beberapa centi.

"Minggir, aku mau bangun." Jasmine menyingkirkan tangan Evan menjauh.

"Apa aku menyuruhmu bangun?" Evan kembali menarik wanita itu.

Jasmine memutar bola matanya jengah, sebenarnya apa yang pria ini inginkan?

"Aku ingin ke kamar mandi, Apa tidak boleh juga?"

Evan napak berpikir, kemudian melepaskan tangannya dari tubuh Jasmine. "Baiklah, hanya sebentar"

Jasmine berdecak sebal dengan mengeratkan giginya menahan kesal. Kemudian turun dari atas tempat tidur.

"Tunggu! Apa aku perlu menemani mu di dalam sana? Aku takut kau melarikan diri."

Jasmine berbalik sembari mengacungkan jari tengahnya. Dan Evan terbahak dengan respon yang Jasmine berikan. Ia lebih menyukai sisi bar-bar wanita itu, ketimbang raut takut yang Jasmine tampilkan saat bersamanya.

Evan menoleh ketika mendengar suara pintu kamar mandi yang terbuka, ia memicing tajam ketika melihat Jasmine tak bergerak sedikitpun ke arahnya.

"Kemarilah!" Evan mengulurkan tangannya, kemudian menepuk tempat tidur yang kosong di sisinya.

Sorot mata tajam itu, serta nada perintah yang tak terbantahkan membuat Jasmine mau tak mau berjalan mendekat, dan naik ke atas tempat tidur. Evan menarik lengannya hingga kembali terbaring di samping pria itu dan memeluknya erat, lebih erat dari sebelumnya.

"Tidur lah, hari ini kau tidak ada jadwal kuliah kan?" Evan menyembunyikan wajahnya di lekukan leher Jasmine, hingga membuat wanita itu menahan nafas dalam.

"Darimana kau tau?"

Evan terkekeh geli, "aku tau segalanya tentang mu."

Jasmine berdecih, dasar penguntit!.

"Kau tidak ada kegiatan hari ini?" Karena Evan tidak mengijinkannya keluar, setidaknya pria itu yang keluar dari sini, maka ia akan aman.

"Tidak, kau tidak lihat di luar sedang hujan." Evan menahan tawanya, melihat raut kecewa di wajah Jasmine.

"Kau tau, saat ini ada dua hal yang aku suka di dunia ini." Kata Evan lagi.

Jasmine mengerutkan keningnya mencoba berpikir, apa yang di sukai seorang psikopat selain membunuh. "apa?"

"Membunuh, dan kau. Tapi, aku lebih suka membunuh" Evan tertawa, kemudian kembali menyembunyikan wajahnya di ceruk leher Jasmine. Rasanya sangat menenangkan, belum pernah ia merasakan seperti ini pada wanita lain. Ia tidak mau kehilangan wanita ini, tidak bisa. Bahkan membayangkan-nya saja Evan tidak sanggup.

Jasmine hanya bisa menelan ludahnya yang terasa sekeras batu, pernyataan Evan barusan membuatnya semakin ingin pergi menjauh.

Evan kembali membuka matanya ketika mendengar suara aneh dari dalam perut Jasmine, kemudian Evan menilik wajah wanita itu yang ternyata sedang tersenyum kikuk.

"Kau lapar?"

Jasmine mengangguk mantap dengan mata berbinar. Sementara Evan mendesah pasrah, padahal saat ini ia sedang ingin tidur memeluk wanita itu lebih lama.

"Baiklah, ayo turun. Aku akan membuatkan mu sarapan." Evan beranjak turun dari tempat tidur, dan mengulurkan tangannya pada Jasmine.

Jasmine hanya bisa pasrah menerima uluran tangan Evan, namun sedikit memasang waspada. Ia tidak pernah tau apa yang ada di dalam pikiran pria sinting itu.

"Kau tidak akan memberi racun di dalam makanan ku kan?"

Evan menarik sudut bibirnya keatas, membentuk seringai kecil.

"Tidak untuk sekarang... Tapi, sepertinya ide mu boleh di coba."

"Evan!!!"

Pria yang di sebut namanya justru lari menuruni anak tangga dengan tertawa puas, meninggalkan Jasmine yang terus mengumpat padanya sembari mengepalkan tangan.

"I will kill you"

"I love you too." Balas Evan dengan mengedipkan sebelah matanya.

🍁🍁🍁

To be continued...

Terpopuler

Comments

KomaLia

KomaLia

ganteng tapi sayang menakut kan aku mending kabur aja aah

2021-12-21

1

VS

VS

evaann, kamu bukan pisang kan? punya jantung tapi gak punya hati

2021-12-13

1

Indahh

Indahh

sukak sama ceritanya+visualnya sangat cocok❣️

2021-12-12

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!