TDSOL-BAB 8

Jasmine keluar dari kamarnya dengan membawa tas berukuran sedang di tangannya, menatap Evan dengan penuh kebencian. Berjalan cepat menuju pria yang sedang tersenyum penuh kemenangan dengan posisi duduk bersandar di sofanya. Dengan sengaja Jasmine melempar tas itu di hadapan Evan membantingnya keras, masa bodoh jika pria itu marah padanya. Ia lelah terus di ancam oleh pria sinting itu.

"Kenapa kau tidak membunuh ku saja? Malah menjadikan ku umpan untuk membunuh targetmu." Jasmine berseru lantang dengan sisa suaranya yang nyaris habis karena menangis.

Evan bangkit dari duduknya dengan seringai kecil yang terpatri di bibir sensual itu. Tangannya terulur menyentuh dagu wanita itu dan menariknya hingga mendongak.

Dengan sengaja mendekatkan wajahnya tepat di hadapan Jasmine, hingga Evan bisa merasakan deru nafas wanita itu yang tidak beraturan.

"Kau terlalu cerdas untuk ku jadikan target." Bisik pria itu lambat-lambat.

Lalu menghempaskan wajah Jasmine begitu saja, hingga tubuh Jasmine turut terhuyung kebelakang.

Jasmine mengepalkan tangannya kuat ketika punggung Evan terlihat menjauh ke arah pintu. Berani sekali pria itu memperlakukan dirinya seperti peliharaan.

Tanpa pikir panjang Jasmine mengayunkan kepalan tangannya kuat dan meninju punggung Evan.

Bugh!

Bukan suara pukulan yang mendarat di tubuh Evan, melainkan tubuh Jasmine yang di himpit ke dinding apartemen itu. Evan mencekik leher Jasmine dengan kekuatan penuh, hingga wanita itu kesulitan bernapas.

"Kau mau melawan ku?" Evan berucap tepat di depan wajah Jasmine dengan sisi gelapnya yang lebih mendominasi. Mata Evan memancarkan kilatan puas saat melihat wajah Jasmine yang memerah karena kehabisan nafas.

Sekuat tenaga Jasmine meronta mencoba melepaskan diri, dengan masih menggelengkan kepalanya. Jasmine terus memukul tangan Evan yang melingkar di lehernya agar mau melepaskannya sebelum napasnya benar-benar habis. "Le-lepaskan a-aku."

Evan melepaskan tangannya dengan kasar, hingga tubuh Jasmine merosot cepat ke lantai. Seketika itu juga, Jasmine meraup oksigen sebanyak-banyaknya sembari memegangi lehernya yang sakit, bahkan sampai terbatuk-batuk, akibat cekikan Evan yang terlalu kuat.

Evan berjongkok, mensejajarkan tingginya dengan Jasmine yang terduduk di lantai. Wajah itu nampak sumringah melihat Jasmine yang kesakitan, suatu kepuasan tersendiri bagi Evan melihat lawannya memasang wajah takut yang begitu nyata.

"Kau mau coba lagi? Lain kali akan aku contohkan padamu, agar otak cerdasmu ini sedikit berguna." Kata Evan menunjuk kepala Jasmine dengan jari telunjuknya berulang-ulang.

Jasmine menyentak lengan Evan menjauh dari kepalanya yang berharga, untuk saat ini ia akan mengalah sembari mencari cara lain untuk melarikan diri dari pria sinting di depannya ini.

"Cepat bangunlah! aku ingin pergi ke suatu tempat." Seru Evan seraya bangkit berdiri.

"Aku tidak mau ikut, jika kau jadikan umpan." Sahut Jasmine dengan nada lirih, bekas cekikan itu masih terasa menyakitkan di lehernya.

Tanpa basa basi Evan langsung mengangkat tubuh Jasmine dan membawanya keluar. Jasmine meronta dan memukuli punggung Evan sekuat yang ia bisa, hingga sampai di ujung tangga Evan menghentikan langkahnya.

"Diam, atau aku jatuhkan kau dari atas sini?!"sentak Evan keras, seketika tubuh Jasmine melemah dengan masih menggerutu lirih. Bahkan Evan mendengar begitu banyak makian dari bibir tipis wanita itu dengan berbagai macam binatang dan kawanannya.

Membawa tubuh Jasmine di bahunya sembari menuruni anak tangga tak membuat Evan kelelahan. Jasmine sempat berpikir sebenarnya tubuh pria terbuat dari apa.

Pria itu menurunkan tubuh Jasmine di samping mobilnya, lalu memaksa Jasmine untuk masuk ke dalam mobil.

Dengan cepat Evan memutari mobilnya, dan duduk di kursi kemudi. Melajukan mobil hitamnya melesat jauh ke suatu tempat meninggalkan bangunan tua itu.

***

Evan memutar setir mobilnya memasuki area parkir sebuah supermarket yang cukup besar, Asian Supermarket. Beberapa tahun tinggal di negara tropis itu membuat Evan mencintai makanannya dan juga wanitanya.

"Kau suka makanan Asia?" Tanya Jasmine ketika mobil Evan terparkir sempurna di depan gedung tinggi itu.

"Bukan hanya makanannya, tapi aku juga wanitanya." Sahut Evan dengan senyum ganjil, lalu melepas seatbelt di tubuhnya.

"Cepatlah turun!" Titah Evan sebelum menutup pintu mobilnya sempurna.

Jasmine membuka seatbelt-nya dengan senyum sumringah, ia bisa mengambil kesempatan untuk kabur dari Evan di tempat yang ramai ini.

Jasmine berjalan semangat, dengan mata terus mengamati keadaan sekitar. Terlihat seorang pria bertubuh gempal dengan seragam keamanan sembari membawa tongkat di tangannya, kemudian di sisi kanan terlihat segerombolan pria berpenampilan seperti berandalan.

Jasmine menghela nafas berat, harapannya sirna seketika. Sepertinya tidak ada yang cocok untuk di mintai pertolongan. Mengingat seperti apa sifat pria yang menahannya saat ini, mungkin mereka semua akan mati dengan mudah di tangan Evan dalam sekejap saja.

Jasmine melangkahkan kakinya memasuki bangunan bertingkat itu dengan langkah gontai, mata grey-nya memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang dengan membawa troli belanjaan sembari mencari celah.

Tiba-tiba saja, Jasmine merasakan pinggangnya seperti di tusuk benda tajam dari arah belakang. Kemudian hembusan nafas hangat terasa menyapu daun telinganya dengan berbisik pelan, yang Jasmine tangkap seperti bisikan kematian.

"Jangan berpikir untuk melarikan diri dariku, karena aku akan menghabisi orang yang membantumu itu." Ucap Evan dengan suara beratnya.

Jasmine bergidik ngeri mendengar ancaman itu, dan dalam sekejap pria itu sudah beralih ke sisi lain. Dengan santainya pria sinting itu memilah buah-buahan dan sayuran dengan tenang seakan tidak pernah terjadi  apa apa. Rasanya ingin sekali Jasmine menyumpal mulut Evan dengan apel hingga tidak bisa bernafas.

Jasmine meremas apel merah di sampingnya dengan kuat sebagai pelampiasan, seakan sedang menyumpal mulut Evan hingga wajah pria itu memerah seperti apel yang di pegangnya. Kemudian Jasmine menggigitnya kasar, seperti sedang menggigit tangan Evan.

Namun, belum sempat apel itu tertelan oleh tenggorokannya, Evan menoleh ke arahnya dengan tatapan tajam, sontak Jasmine tersedak dan terbatuk-batuk.

Disaat Jasmine berusaha mengeluarkan bongkahan apel dari tenggorokannya, tiba tiba Jasmine merasakan punggungnya di hantam kuat oleh seseorang.

"Are you ok?" Tanya seseorang itu dengan wajah cemas menatap Jasmine.

Jasmine menganggukkan kepala lemah, ia masih mengatur nafas yang nyaris habis akibat buah apel sialan itu. "Yes, i'm ok."

"Aku Jasson, Siapa nama mu?" Ucap Jasson seraya mengulurkan tangannya.

"Jasmine" sahut Jasmine singkat, menyambut uluran tangan Jasson dengan senyum kecil.

"Mau ku antar pulang?" Tawar Jasson.

Reflek Jasmine mengangkat wajahnya mendapat tawaran itu, Jasmine ingin menerimanya tapi ia takut dengan ancaman Evan. Jasmine menoleh ke kanan dan kiri, mata grey-nya menyusuri rak buah-buahan dan sayuran dimana pria sinting itu tadi berdiri, namun Evan tidak lagi di tempatnya. Jasmine menghela nafas lega, akhirnya pria sinting itu lengah.

"Baiklah, aku mau." Sahut Jasmine dengan mantap, lalu mereka berdua berjalan beriringan meninggalkan tempat itu.

"Jauhkan tanganmu dari wanita ku!" Suara bariton dari arah belakang membuat mereka berdua menghentikan langkahnya, lalu menoleh kebelakang bersamaan. Dan...sosok yang Jasmine takutkan kini sedang berdiri kaku di hadapannya.

Seketika tubuh Jasmine menegang, peredaran darahnya mendadak beku, detak jantungnya terasa berhenti berdenyut, bahkan tubuhnya melemah bagai tak bertulang.

Jasson menilik penampilan Evan dari atas hingga bawah, kemudian beralih menatap Jasmine dan bertanya, "Apa dia kekasih mu?"

"Di-dia__"

"Aku minta maaf sayang, karena semalam aku menolak bercinta denganmu, tidak seharusnya aku mengatakan jika tubuhmu tidak seksi juga dada mu kecil dan__"

"Stop it!" Seru Jasmine seraya menunjuk Evan dengan jari telunjuknya agar berhenti berucap, lalu Jasmine meremas rambutnya frustasi. Pria itu benar-benar gila, jika ia tidak cepat menyela ucapnya, mungkin Evan akan semakin menjatuhkan harga dirinya di depan pria asing ini.

Jasson menatap Jasmine tepat di bagian yang di maksud Evan, sontak Jasmine menutupi dadanya dengan kedua tangannya. Kemudian melempar tatapan membunuh ke arah Evan seraya mengumpat "f*CK you!"

Evan tersenyum menyeringai, kemudian mengangkat kedua bahunya acuh ketika Jasmine melewati dirinya sembari mengacungkan jari tengahnya.

Jasmine menggerutu sepanjang berjalan keluar dari bangunan itu, lebih baik ia menunggu di mobil saja daripada di permalukan oleh pria sakit jiwa seperti Evan.

Lalu tidak lama pintu mobil terbuka menampilkan sosok Evan dengan cengiran khas-nya, dan duduk di kursi kemudi.

"Kau sengaja mempermalukan ku di depan orang? Kenapa tidak kau bunuh aku saja sekalian?" Sungut Jasmine begitu Evan hampir memasang seatbelt-nya. Sontak Evan menoleh dengan memicing tajam, setelah kemudian berkata dengan nada datar.

"Baiklah akan ku turuti kemauan mu."

🍁🍁🍁

To be continued...

Terpopuler

Comments

KomaLia

KomaLia

semoga jadi hudak cinta tuh si evan sama jasmin

2021-12-21

2

PeQueena

PeQueena

serasa dpt hadiah dri evan..berkah kematian 🤣🤣

2021-10-09

1

M̰ṵt̰ḭ ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

M̰ṵt̰ḭ ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

Mulai baca lagi

2021-09-28

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!