TDSOL- BAB 7

Jasmine mengangkat kedua tangannya ke udara, merenggangkan otot-ototnya yang kaku. Menghirup udara pagi dengan masih memejamkan matanya, menikmati pagi yang indah dengan senyum mengembang. Cuaca pagi ini membuat Jasmine enggan beranjak dari tempat ternyamannya, wanita bermata abu abu itu memilih menyadarkan tubuhnya sembari membayangkan wajah seseorang.

Seperti kegiatan manusia lain pada umumnya, Jasmine menyambar benda pipih kesayangan di atas nakas. Memainkan jari lentiknya menggeser-geser layar touchscreen-nya untuk mengintip akun seseorang.

Kendrick. adalah seseorang yang Jasmine maksud. Pria tampan dengan rambut pirang platina-nya yang terkesan misterius. Dia juga seorang model terkenal dan pengusaha muda yang sukses di bidangnya. Sejak lama Jasmine mengagumi sosok Kendrick yang terlihat sempurna di matanya, parasnya yang tampan bak dewa Yunani, serta sikap lembut Kendrick pada semua fansnya semakin membuat Jasmine tergila gila.

Jasmine menghela nafas pelan, sudah beberapa minggu pria itu tidak memposting kegiatannya. Kemana pria itu pergi? Apa Kendrick memiliki akun baru?

"Huh, menyebalkan! Padahal aku sudah mengikuti semua akun fans clubnya. Tapi tidak menemukan foto terbaru Ken." Jasmine melempar benda pipih itu asal, dan kembali menghempaskan tubuhnya kekasur.

Namun, detik kemudian terdengar suara ketukan diiringi teriakan seseorang di balik pintu membuat Jasmine geram. Siapa yang berani bertamu sepagi ini? Sungguh mengganggu dan menambah kekesalannya semakin memuncak. Awas saja jika tamu itu tidak penting, Jasmine bersumpah akan menelan orang itu hidup hidup.

Dengan gerakan malas Jasmine bangkit dari atas ranjangnya, berjalan gontai membuka pintu kamarnya. Sejenak Jasmine terdiam di ambang pintu melihat siapa yang menumpang tidur di rumahnya.

Sosok jangkung yang terbaring lelap di atas sofa mininya, membuat Jasmine mengerjap beberapakali. Apa matanya tidak salah lihat? Bukankah ia sudah mengusirnya semalam, lalu bagaimana bisa Pria sinting itu tidur di apartemennya?

Ah, Jasmine hampir lupa dengan siapa ia berurusan saat ini, seorang psychopath berwajah tampan. Ck, menyedihkan.

Ketukan di pintu kembali terdengar, terpaksa Jasmine melanjutkan langkahnya menuju pintu utama, mengabaikan sosok astral yang terbaring di ruang tamunya itu.

Dengan cepat Jasmine memutar kunci, dan membuka pintu itu lebar.

"Kau?" Jasmine menautkan kedua alisnya melihat siapa yang berdiri di balik pintu apartemennya.

"Yes, it's me. Lama sekali kau membuka pintu? Tangan ku nyaris patah mengetuk pintu tua ini berulang kali!" Lucia menggerutu dengan bibir mengerucut tajam. Gadis berambut blonde itu berjinjit, untuk mengintip ke dalam ruangan apartemen Jasmine.

"Ada apa kau bertamu sepagi ini?" Tanya Jasmine dengan bersandar di kusen pintu.

"Kau tidak mempersilahkan aku masuk lebih dulu?" Pertanyaan Jasmine di balas dengan pertanyaan lain oleh gadis berkacamata itu. Bahkan Lucia sampai memasang wajah memohon, agar Jasmine mengijinkannya masuk. "Please..."

"Tidak bisa, aku ingin melanjutkan tidurku. Lebih baik kau segera berangkat ke kampus sebelum profesor Edward menghukum mu nanti." Usir Jasmine seraya mendorong tubuh Lucia pelan.

"Ayolah Jasmine sebentar saja, aku ingin melihat kekasih barumu yang tampan itu." Pinta Lucia seraya memegang tangan Jasmine.

Jasmine berdecih, mendengarnya saja sudah membuatnya ingin muntah. Dalam mimpi sekalipun Jasmine tidak sudi menjadi kekasih pria sinting itu.

"Aku bukan__"

"Ada apa sayang, kenapa berisik sekali."

Jasmine dan Lucia menoleh ke arah sumber suara yang baru saja menyela ucapannya. Panggilan mesra itu sontak membuat Lucia iri, rasanya ingin bertukar posisi saja untuk menggantikan Jasmine menjadi kekasih pria tampan itu.

Sementara Jasmine memutar bola matanya jengah, mendengar panggilan menjijikan itu membuat Jasmine mual. Apa katanya...Sayang? Sayang dengkul mu!.

Evan berdiri di belakang Jasmine dengan senyum menawan, lalu menyandarkan dagunya di bahu Jasmine dengan wajah seksi khas bangun tidur.

"Oh my God. you are very handsome " pekik Lucia heboh, seperti melihat actor tampan Hero Fiennes Tiffin. Dalam film romansa anak muda yang sedang di minati para kaum muda dengan judul After.

Jasmine berdecih. Ayolah, andai Lucia tau betapa mengerikannya pria yang dia puji-puji itu. Sudah ia pastikan Lucia akan mengumpat dan menjauhi pria sinting itu. Wajahnya yang tampan itu sungguh sangat menipu, menutupi sifat aslinya yang seperti Monster pembunuh berdarah dingin.

Evan mengulurkan tangannya pada gadis berkacamata itu dengan senyum andalannya, dan menyebutkan nama serta statusnya. "Evan, kekasih Jasmine."

"Lucia Jhonson" gadis berkacamata itu berjingkrak kegirangan menyambut uluran tangan Evan.

"Johnson baby powder, nama yang menggemaskan." Ujar Evan bercanda.

"Hahaha, kau bisa saja." Lucia terkekeh geli.

Selain tampan, ternyata kekasih Jasmine juga sangat ramah dan suka bercanda, berbanding terbalik dengan Andreas si bajngan itu.

"Kau bertemu dia dimana Jessy? Aku ingin memilikinya satu." Lucia berucap dengan mata berbinar.

"Ambilah kalau kau mau." Sahut Jasmine sekenanya, masa bodoh dengan raut heran Lucia.

"Seriously? Kau menyerahkan kekasihmu begitu saja padaku, padahal berbagi makanan saja kau sangat pelit." Tukas Lucia heran.

Evan mengangkat sebelah alisnya mendengar penuturan gadis berkacamata itu. Sementara Jasmine melongo, merasa harga dirinya di jatuhkan oleh sahabatnya itu sampai ke dasar jurang. Bagaimana bisa Lucia membuka kartunya di depan pria sinting ini.

"Masuklah, aku akan membuatkan mu sarapan." tawar Evan pada Lucia seraya menunjuk ruang tamu apartemen Jasmine dengan dagunya.

"Ah tidak, terimakasih, lain kali saja. Sepertinya aku sudah terlambat. Aku harus pergi sekarang sebelum Jasmine menelan ku hidup hidup." Lucia tertawa sambil berlari menjauh saat Jasmine nyaris meraih tangannya. Kini kekehan geli itu bukan lagi terdengar dari bibir Lucia, melainkan dari bibir pria sinting di sampingnya.

"Apa ada yang lucu?" Jasmine melipat kedua tangannya menatap Evan berang.

"Tentu."

Jasmine mengepalkan tangannya tepat di depan wajah Evan. Pria itu benar-benar sudah menguras kesabaran hingga di titik terendah. Bahkan Jasmine tidak yakin apa setelah ini ia masih memiliki hati untuk bersabar. Jasmine memilih pergi meninggalkan Evan yang tersenyum mengejek padanya karena tidak berani memukul pria itu.

"Hei, Ternyata kau lebih mengerikan dariku ya, kau bahkan sanggup menelan orang hidup hidup."

Jasmine membalikkan tubuhnya sebelum membuka pintu kamarnya.

"Diam kau! atau kau yang akan telan hidup-hidup" sentaknya dengan sorot mata tajam.

"Kemarilah, kalau kau berani" tantang Evan dengan senyum menyeringai.

Jasmine berjalan mendekat. Melipat kedua tangannya di depan dada dengan memicing tajam. Dan, berhenti tepat beberapa langkah di depan pria itu.

"Kau mulai tertarik padaku huh?"

Evan mengerutkan dahinya dalam, dengan mata hazel-nya yang menelusuri penampilan Jasmine dari ujung rambut hingga ujung kaki.

"Aku? Tertarik dengan mu?" Evan bertanya dengan nada mengejek.

"Hu'um. Kau mulai tertarik dengan ku" Jasmine berucap lambat-lambat di depan wajah Evan.

"Semalam kau mencium ku, dengan begitu mesra"

sial! pipinya memanas saat mengucap kata itu. Kejadian itu masih teringat jelas di kepalanya, bagaimana Evan mencium bibirnya dengan begitu mesra tanpa terburu-buru.

"Hahaha"

Evan tertawa geli, wanita di depannya ini bodoh atau apa? Ciuman itu bukan apa apa, bahkan Evan mencumbu korbannya sebelum akhirnya mengirim para jalang itu ke neraka.

"Ciuman itu?" Evan melangkah maju, mengikis jarak dengan mendekatkan wajahnya pada gadis itu. Hingga membuat Jasmine bersusah payah menahan napasnya agar tidak merona.

"Aku hanya menghapus jejak bjngan itu di bibirmu sebelum kau memilih bunuh diri." Bisiknya di telinga Jasmine. Sontak membuat gadis itu melongo tidak percaya.

Tawa Evan kembali menggema di ruang apartemennya yang kecil, pria itu menghempaskan tubuh tingginya di sofa mungil tidak jauh darinya.

Manik hazel itu mengamati ekspresi gadis di depannya, yang ia yakini sedang menahan kesal setengah mati, karena ia sudah mematahkan ucapan gadis itu.

Jasmine segera berbalik dan berjalan cepat menuju kamarnya, sebelum pria sinting itu menjatuhkan harga dirinya lebih rendah lagi. Awas saja nanti, aku tidak mau menjadi umpannya lagi untuk menghabisi musuhnya.

"Hei nona blushing, cepatlah berkemas aku ingin kembali ke mansion ku." Seru Evan setelah Jasmine menghilang di balik pintu kamarnya.

"Pulanglah, aku tidak akan ikut denganmu. Dan jangan memaksa ku." balas Jasmine dengan lantang.

"Baiklah, Kalau begitu aku akan membawa sahabatmu itu sebagai gantinya"

Jasmine terduduk lemas di lantai, keberanian-nya mendadak luntur mengingat bagaimana kejinya Evan menghabisi seseorang. Jasmine tidak ingin Lucia menjadi korban pria gila itu, karena kesalahannya. Dasar bedebah gila!

"Aku hitung kau sampai sepuluh, sebelum aku membawa sahabat bodohmu itu sekarang."

🍁🍁🍁

To be continued...

Terpopuler

Comments

Ning Dwi

Ning Dwi

seruuu thorrrrr

2021-12-23

2

Griselda Nirbita

Griselda Nirbita

aku suka karakter nya Evan dan dan Jessy.. serasa nonton film...

2021-11-30

1

Bundha Ai Nuha

Bundha Ai Nuha

buat sku,,jasmin trllu brani,,,

2021-11-17

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!