"Maaf telat. Pasti Ibu udah nunggu lama ya?" ucap Thomas penuh penyesalan. Rapat direksi berengksek, sebab karena rapat itu Thomas terpaksa terlambat menemui Dina yang pagi tadi memintanya bertemu.
"Lumayan, satu jam Ibu setia nunggu kamu di sini," sindir Dina dengan sedikit berdecak kesal. Hanya akting.
"Maaf, Bu. Tapi tadi ada rapat para dewan direksi di kantor yang gak bisa aku tinggalin, karena rapat itu lebih dulu aku jadwalkan daripada janji temu sama Ibu." Thomas menjelaskan panjang lebar, agar Dina sudi memaklumi keterlambatannya.
"Iya, gak apa-apa. Ibu ngerti kok." Dina berbicara dengan elegan, tak seperti Dina yang biasa Thomas lihat. Dan itu berhasil membuat Thomas merinding karena tingkah Dina yang sangat berbeda dari biasanya.
Sebenarnya apa yang akan Dina utarakan kepada dirinya?
Apa dia tahu bahwa Thomas dan Amora telah menjalin kasih?
Apa wanita tua itu akan meminta Thomas untuk menjauhi putri sulungnya?
Dan banyak lagi pertanyaan di pikiran Thomas saat harus berhadapan dengan canggung di sebuah cafe unik yang ada di sudut kota.
"Ibu udah pesan minum?" tanya Thomas begitu basa-basi.
Dina tersenyum miring mendengar pertanyaan Thomas, seraya mengangkat cangkir berisi late yang ia pesan ditemani sepotong cheesecake di meja.
Thomas cengengesan beserta jantung masih terus berdegup kencang melihat tatapan dari wanita paruh baya yang hari itu begitu banyak diam.
Setelah memesan minum dan sepotong croissant untuknya sendiri, akhirnya Thomas mulai memposisikan diri sebagai pria yang kini tengah mencintai putri dari seorang wanita yang ada di hadapannya.
Mungkin ini adalah kesempatan Thomas mengutarakan niatnya untuk menjalin hubungan serius dengan Amora, dan oleh karena itu dia harus mempersiapkan kalimat-kalimatnya agar Dina mau menerima dirinya sebagai kandidat paling kuat calon menantunya yang tak terkalahkan.
"Ada yang mau Ibu omongin sama aku?" Thomas mempersilakan Dina mengutarakan maksudnya terlebih dahulu.
"Pastinya. Gak mungkin Ibu jauh-jauh ke sini cuma untuk nemuin kamu. Dan harusnya Ibu yang tanya itu sama kamu." Dina menegakkan posisi duduknya, menyampingkan cangkir dan cake kemudian menautkan jarinya di atas meja.
Dan pemandangan itu berhasil membuat hati Thomas ciut.
Mengapa sosok di hadapannya ini kini menjadi sosok yang begitu menakutkan?
Apa salahnya?
Apakah salah jika dirinya menjalin cinta dengan Amora?
Apakah Dina adalah sosok ibu-ibu di sinetron dalam dunia nyata?
Apa karena harta yang ia miliki tak se melimpah Satria membuat Dina mencoret namanya dari daftar pria yang berhak mendekati putrinya?
"Apa ada yang mau kamu jelasin ke Ibu?" Suaranya terdengar lembut, namun begitu mencekam, membuat Thomas tanpa sadar mencengkram dengan kuat kain celananya.
Thomas buru-buru menyeruput ice lemon tea yang ia pesan saat waitress menyuguhkannya.
Semua kata-kata yang beberapa saat lalu ia rangkai, hilang sudah. Otaknya kosong, lidahnya seolah kelu, tatapan Dina seolah menghipnotis dirinya hingga membuat dirinya melupakan semua kalimatnya.
Tanpa Thomas sadari, Dina menyunggingkan senyum kecilnya, saat melihat pria yang biasanya penuh percaya diri itu kini tertunduk tanpa sepatah kata.
Ini kali kedua bagi Dina membuat seorang pria muda mati kutu di hadapannya. Masih teringat jelas di memorinya, bagaimana dulu Satria juga sama gugupnya seperti pria tampan yang kini duduk tertunduk kaku di hadapannya.
"Semalam kalian kemana?" tanya Dina masih dengan suara lemah lembut.
Thomas kembali mengambil gelasnya, kali ini dia meneguk isi gelas itu tanpa sedotan. Mungkin jika saja Dina meraih tangan kekar dengan tonjolan-tonjolan urat di punggung tangannya, Dina bisa merasakan betapa dinginnya tangan Thomas kala itu.
"Semalam kami nonton film," jawab Thomas perlahan, dirinya sedang berusaha mengontrol emosinya.
"Di bioskop?"
"Ah, iya." Thomas mengangguk cepat.
Emang di mana lagi tempat nonton?
Masa iya gue ajak anaknya nonton balapan liar?
"Cuma nonton?" Kali ini Thomas bisa mendengar pertanyaan yang mulai menyelidik.
Lagi-lagi Thomas mengangguk cepat, karena memang di dalam bioskop tak terjadi apa-apa di antara dirinya dan Amora, sebab yang harusnya terjadi di bioskop malah ia lakukan di pintu keluar dan di kafe.
Dag, dug, dag, dug.
Jantung Thomas terus berpacu, mungkin jika ada Satria di sana, si Sableng itu pasti sedang menertawakannya habis-habisan melihat betapa pucatnya wajah Thomas saat itu.
Amora tidak mungkin menceritakan apa yang ia lakukan kepada ibunya, kan?
Ia menggerak-gerakan kakinya, reflek karena begitu gugup saat kedua mata tua itu terus terarah ke wajahnya.
"Ibu cuma mau bilang sama kamu. Kalau memang kamu punya niat serius dengan Amora, segera datangi Ayah. Utarakan niat kamu, tapi kalau kamu cuma main-main tanpa berpikir untuk menjalin hubungan yang lebih serius dengan Amora, tinggalkan dia!"
Thomas seketika mendongak mendengar ucapan Dina, wanita yang sejak lama ia gadang-gadang sebagai calon mertuanya.
"Ma, ma, maksud ibu?" Wajahnya semringah.
Telinganya masih berfungsi dengan baik kan, ya?
Thomas yakin itu, karena 2 bulan lalu, dia baru saja mengikuti medical cekup yang diadakan di perusahaannya. Dan semua baik-baik saja, bahkan sangat baik di bagian sana. Hehe.
"Ibu yakin seratus persen kan, ya. Kalau ibu restuin aku? Aku gak salah denger kan?" Wajah pucat Thomas langsung berseri.
Dina tersenyum lebar, sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi. "Kamu maunya Ibu gak restuin?"
"Jangan!" jawab Thomas cepat. Kemudian cengengesan. Khas Thomas. "Bu, bukan aku gak serius, tapi Amora yang kayaknya takut untuk kembali menjalin hubungan serius." Akhirnya Thomas mulai sesi curhat.
Dina mengganti posisi kakinya, jika tadi dia menupangkan kaki kanannya di atas paha kiri, maka sekarang sebaliknya. "Ibu tau. Dan itu hal yang wajar, dia baru aja gagal berumah tangga. Dia pasti punya ketakutan akan kegagalan lagi, dan perpisahan yang menyakitkan kemudian. Bukan Amora yang meragukan kamu, tapi masa lalu kamu yang membuat Amora ragu terhadap kamu!"
Deg!
Ucapan Dina seperti sebuah tombak yang langsung menghusus ke jantungnya, membuat debaran itu seolah berhenti sepersekian detik, kemudian memacu dengan lebih cepat setelahnya.
Dina tahu siapa Thomas?
Maksudnya, wanita itu tahu bagaimana kehidupan kelamnya di masa lalu?
"Ibu tahu siapa aku, tapi Ibu restuin aku?" Thomas tak percaya.
"Karena sikap kamu selama ini menunjukkan bahwa sebenarnya kamu adalah orang baik yang pernah salah memilih jalan pulang, hingga kamu harus terperosok ke kubangan penuh dosa."
Thomas kembali ditampar dengan ucapan calon mertuanya itu. Dia kembali menundukkan kepalanya, namun kali ini karena malu. "Maaf!" cicitnya penuh penyesalan.
"Kenapa kamu harus minta maaf sama Ibu?" Dina menghela napas sebelum melanjutkan ucapannya. "Karena Ibu tahu siapa kamu di masa lalu, maka dari itu, Ibu takut kalian kembali terjerumus dosa karena tak mampu menahan keinginan satu sama lain dan akhirnya kalian menikah karena terpaksa."
Thomas kembali menatap wajah Dina, yang memiliki sisi lain yang berhasil membuat Thomas tersanjung sekaligus tersentil secara bersamaan. "Kapan aku harus menemui Ayah?" tanyanya tegas, sambil membusungkan dadanya.
"Segera!"
"Tapi Amora masih belum memberikan jawaban," keluh Thomas lagi.
"Kalau begitu tinggalkan dia!"
"BU!" reflek Thomas meninggikan nada bicaranya.
"Dengan cara itu, dia akan tau bahwa kamu begitu berarti. Won't people look precious after they leave you (bukankah orang akan terlihat berharga setelah dia meninggalkan kamu)?" Senyum licik Dina terpancar dari wajah tuanya yang masih cantik. "Itu juga sebagai cara mengetahui bagaimana berartinya kamu untuk dia."
Thomas begitu tak percaya dengan strategi yang Dina berikan kepadanya.
I got you. Hatinya riang bukan kepalang.
...Tuh kan jempolnya meleset lagi!!! 🥺🥺🥺...
...Aku gak mau kalian baca tanpa pencet jempol! ...
...Aku jadi gak suka,, gelay.😭😭😭...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
putri
yuk onta buat onty nya s dede tobeli rindu
2024-04-19
0
She Imoed
jempol aku gk perbah meleset Mak👍👍👍👍👍👍👍
2024-03-25
0
Sunarsih Bagus Inara
100 jempooolllll buat mu thor👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍👍/Drool//Drool//Drool/
2024-01-04
0