Alam seolah ikut terhanyut dalam cerita cinta Thomas dan Amora. Langit senja tampak begitu cantik dan romantis, aurora di ufuk Barat yang didominasi warna jingga keemasan membuat hati menjadi syahdu terutama bagi sepasang manusia yang baru saling mengungkapkan cinta.
"Jalan-jalan di taman kota yuk!" ajak Thomas pada Amora yang baru keluar dari rumah sakit ibu dan anak tempat Kimy memeriksakan kandungannya.
"Mau ikut Dek?" tanya Amora yang artinya menyetujui ajakan Thomas.
"Kita nonton aja yuk!"
"Yuk!" Malah Thomas yang menyambut gembira. Otak cerdas yang berkolaborasi dengan kemesuman yang hakiki sedang memvisualisasikan apa yang akan terjadi di ruang bioskop.
"Siapa juga yang ngajakin elu!" balas Kimy dengan mimik wajah tak suka.
"Pites lu sama gue!" Thomas mengepalkan tangannya seolah ingin memukulkannya kepada calon adik iparnya.
Ckk, mengapa ia harus mencintai kakak dari wanita sableng yang terus berseteru dengannya ini? Jika mengingat hal itu hati Thomas merasa kesal, namun jika mengingat ucapan Kimy siang tadi, amarahnya seketika menghilang. Karena jika bukan Kimy yang memancing Amora mengungkapkan isi hatinya, mungkin keadaan tak akan seperti sekarang ini.
"Papa, tapi Dedek laper!" Kimy mengelus perutnya yang buncit, meski tak terlalu besar, tapi masih cukup terlihat jika dia adalah seorang ibu hamil.
"Mau makan apa?" Satria mulai curiga jika Kimy akan meminta masakan pinggir jalan seperti yang sudah-sudah.
"Pecel ayam!" Tepat seperti dugaan Satria.
"Dek kamu makannya jangan asal, kan sekarang ada baby di dalem perut kamu yang perlu nutrisi cukup untuk perkembangannya!" saran Amora.
"Kak Ara gak liat apa vitamin aku yang tadi diresepin sama dokter banyak banget, jadi gak akan mungkin lah si Dedek kurang nutrisi, belum lagi susu hamil yang rutin aku minum setiap hari. Terus buah sama sayur yang gak ada habisnya Mama kirim ke rumah aku. Jadi kalau sekali-kali makan makanan pinggir jalan wajar lah. Sekali pun yang aku makan cilok selama seminggu, gak akan ngurangin asupan nutrisi buat aku sama Dedek."
Memang tak ada yang bisa membantah keinginan Kimy jika ia sudah menginginkan sesuatu, karena wanita itu seperti mempunyai seribu alasan agar permintaannya dikabulkan.
"Woy, inget napas!" seloroh Thomas setelah mendengar ocehan panjang Kimy yang tanpa koma.
"Kakak kamu belum tau rasanya hamil sih, nanti juga kalo dia ada yang hamilin baru tau, rasanya ngidam," timpal Satria membela sang istri, dia terus mengusap-usap punggung Kimy selama wanita itu berbicara.
Dan akhirnya suka tak suka seperti biasa, Satria menemani istrinya makan di warung tenda pinggir jalan yang ada di dekat rumah sakit tempat ia memeriksakan kandungan istrinya tadi.
"Elu gak pesen Sat?" tanya Amora melihat hanya Satria yang tak memesan makanan.
"Dia mana mau makan di pinggir jalan?" sindir Thomas melihat pria yang kini telah ia angkat kembali menjadi sahabatnya tengah sibuk mengelap gelas dengan beberapa lembar tisu.
"Apa lu liat-liat!" bentak Satria melihat Thomas memandangnya dengan jijik.
"Besok-besok bawa gelas dari rumah aja sekalian!"
Benar juga, mengapa dia tak pernah terpikir olehnya untuk membawa gelas dari rumah saja ya?
Satu porsi pecel ayam telah tersaji dengan satu tambahan satu piring ektra nasi untuk si ibu hamil, sebab setelah tak merasakan lagi mual dan muntah, porsi makan Kimy jauh lebih banyak dari sebelum ia hamil.
Liur Kimy memenuhi mulutnya sesaat setelah melihat potongan ayam yang digoreng kering dengan dua potong tahu dan tempe gorengnya, dan tak ketinggalan sambal berwarna merah dengan campuran cabai, tomat bawang merah dan kemiri itu telah tersaji di hadapan Kimy.
"Tukeran ayamnya!" Kimy menukar piringnya dengan piring Thomas.
"Emang kenapa?" Thomas bingung. "Curiga gue elu naro macem-macem ke makanan gue!" terka Thomas sambil memperhatikan piringnya.
"Ayam yang itu dari paha ayam sebelah kiri!" Satria menunjuk dengan matanya piring berisi paha ayam goreng yang kini ada di hadapan Thomas. Karena sejak hamil dan setelah sering mendapatkan wejangan dari Dina, agar mengajarkan kebaikan kepada buah hatinya sejak dini, selain membiasakan berdoa sebelum makan Kimy yang terlalu mendramatisir jadi selalu memilih makan ayam atau apapun yang ada di bagian kanan tubuh hewan yang ia santap.
"Ajari kebaikan sama anak sedini mungkin, jadi aku milih yang baik-baik aja buat si Dedek!"
"Gak segitunya juga kali. Elu tau darimana kalau kaki kanan tuh ayam lebih baik daripada kaki kirinya? Bisa aja di kaki kanannya ada tato kupu-kupunya!" Thomas tak ingin kalah.
Polosnya Kimy, dia malah memperhatikan potongan paha ayam yang ia tukar tadi. Sedang Satria langsung terbahak-bahak mendengar celotehan Thomas, mengingatkan kembali pada masa lalunya, pasalnya dulu dia dan Thomas yang sama-sama lemah iman pernah dipermainkan oleh seorang wanita yang memiliki tato kupu-kupu di paha sebelah kanannya.
"Wih, masih dendam aja lu ma dia?" Satria lupa jika ada Kimy dan Amora diantara mereka.
"Gimana kagak lupa, dia seenak pahanya memanfaatkan keluguan kita! Nemplok sana, nemplok sini." Thomas morang-maring.
Makin terbahak-bahak saja Satria, karena ia tahu waktu itu Thomas sudah ada hati pada perempuan cantik bertato kupu-kupu tersebut.
"Gue curiga bukan kita aja yang dia manfaatin." Sepertinya Thomas pun lupa pada wanita yang siang tadi ia peluk mesra.
"Mungkin juga. Tapi hebat tuh cewek bisa ngadalin elu yang katanya senior," ejek Satria.
Kedua pria yang baru saja kembali mesra itu sepertinya lupa pada kedua wanita yang kini tengah memandang mereka dengan tatapan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Begitu tajam, begitu menyelidik, begitu mencekam, bahkan aura seorang jagal terpancar dari raut wajah kedua kakak beradik itu.
"Mulai hari ini aku udah gak mau makan paha!" Kimy dengan sedikit kesulitan bangun dari kursinya. "Aku mau makan KAMBING GULING!" Sambil menatap tajam suaminya.
Glek…
Kedua alumnus Casanova itu menelan ludah berjamaah, wajah Thomas bahkan langsung pias melihat wajah cantik Amora yang berapi-api.
Thomas menyenggol tubuh Satria, meminta bantuan sahabatnya itu. "Bantuin, Mbek!" Dia tidak tahu saja jika Satria pun tak kalah tegang seperti dirinya.
Satria balas menyenggol Thomas. "Diem lu!" bisik Satria. "Kamu sama Dedek mau makan kambing? Aku tau tempat steak kambing yang enak."
Tapi Kimy tak peduli, bahkan dia membayar sendiri makanan yang belum ia sentuh tadi.
"Moy, inget kata dokter tadi, kontrol emosi kamu!" Satria mengingatkan.
"Emang siapa yang bikin aku emosi?"
"Si Onta," tuduh Satria pada Thomas.
"Mbek jangan bikin gue dicere sebelum jadi suami!"
Amora menghela napas dalam-dalam. "Aku gak apa-apa." Dengan nada bicara lembutnya seperti biasa, dan Thomas tahu pasti bahwa hati wanita yang kini begitu ia puja merasa kecewa karena ucapannya.
Ya, meski itu hanya masa lalu tapi ia sadar telah melukai hati gadis se suci Amora.
Oh Tuhan, apa ini adalah cobaan untuknya?
Apa ini adalah cara Tuhan memberitahukan kepadanya jika dia tak layak untuk mendampingi wanita sekelas Amora.
Tidak Tuhan, Thomas memohon sepenuh hati agar dia tak kembali fobia pada cinta!
...Aku up 2 episode loh? ...
...kasih kopinya 2 gelas nih seharusnya 🤭🤭🤭...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Siti solikah
baru nyadar ya mbek dan onta
2024-09-20
0
putri
rasain kalian berdua 🤣🤣🤣🤣🤣,,s onta sama s mbek kicep
2024-04-12
0
Dende Kesie
rasain kalian onta sama embek...😂😂😂
2023-07-11
1