"Kalian kalau emang udah pada gak bisa jaga diri, kenapa gak langsung nikah aja sih!" Kimy memijat-mijat pelipisnya.
"Ayo, siap!" jawab Thomas semangat.
"Kalau gitu, kita langsung ke kantor KUA!" Kimy yang sedang diliputi emosi langsung mengiyakan ucapan Thomas.
Mungkin bagi sebagian orang berciuman dengan kekasih adalah hal yang lumrah dilakukan, namun bagi Kimy yang sebelum menikah tak pernah menjalin kasih dengan siapapun karena trauma yang pernah ia alami saat masa kecilnya, membuatnya tak mewajarkan tindakan yang Thomas lakukan kepada kakaknya. Baginya, orang yang berhak menyentuh wanita hanyalah suaminya, seperti dirinya dulu, yang baru dijamah oleh suaminya sendiri dalam bentuk apapun.
"Ini udah malem, Moy!" Satria mengingatkan. "Inhale!"
"Jangan inhale-inhale melulu, bisa-bisa aku overdosis oksigen kamu suruh tarik napas mulu!" Seraya meneguk blueberry yogurt yang ia pesan, walau dalam keadaan emosi pun Kimy tetap ingat untuk memilih asupan makanan dan minuman yang baik untuk kesehatannya dan bayi yang ada dalam kandungannya. "Ini yang aku bingung dari sistem kerja pemerintah kita. Hotel bisa 24 jam buka, tapi masa KUA gak bisa ikut buka 24 jam juga? Gimana kalau ada orang yang udah kebelet kawin kayak si Onta ini? Masa iya ke hotel dulu baru KUA?"
Kimy lupa jika suaminya adalah salah satu pelaku dari tindakan yang ia sebutkan tadi sebelum menikahinya. Dan itu berhasil membuat hati Satria tersentil atas ucapannya.
Ketiga orang lainnya langsung mendesah panjang mendengar ucapan wanita hamil yang sepertinya akan mencalonkan diri menjadi menteri agama yang baru.
Thomas kembali mendesah. "Oke, besok gue lamar kakak lu!"
"Mas!" Amora, tak percaya dengan kalimat yang Thomas ucapkan, ada nada protes dalam sepenggal kata yang keluar dari bibir Amora. Bukannya kemarin Thomas sepakat akan menunggu hingga Amora siap lahir batin untuk menjadi istrinya?
Tapi kenapa Thomas jadi mengingkari janjinya begitu saja?
"Dari hari pertama masa iddah kamu berakhir, aku emang udah sangat siap untuk jadiin kamu istri aku. And, see the situation now (Liat situasinya sekarang)! Aku berasa lagi bawa kabur anak gadis orang tau. Padahal kita cuma nonton." Thomas pun begitu tak suka dengan keluhan dari tatapan Amora.
Kali ini Amora yang mendesah. "Menikah itu gak segampang apa yang kamu pikir Mas, dan aku—"
"Dan aku akan buat itu gampang untuk kita. Trust me!" ucapnya mantap.
Amora menundukkan kepalanya, seolah lelah beradu argumen dengan Thomas perihal persoalan yang sebelumnya telah mereka bahas.
"Ra, look at my eyes (liat mata aku)!" Thomas menangkup wajah sendu Amora agar tatapan mereka bertemu. "Apa aku sebenarnya meragukan aku?"
Entahlah, mungkin memang seperti itu keadaannya, dirinya masih meragukan ketulusan Thomas. Namun sebenarnya di lubuk hatinya yang terdalam, dia pun merindukan sentuhan seorang pria, namun jika ditanya menikah, hati kecilnya berontak.
"Aku tau jawabnya." Thomas melepaskan kedua tangannya dari pipi Amora saat Amora memalingkan tatapannya dengan mata Thomas.
"Mas, aku cuma butuh waktu!" Amora meraih tangan Thomas kembali, menggenggamnya erat dengan tatapan penuh penyesalan.
"Sekarang aku tanya sama Kak Ara. Apa Kak Ara tau berapa lama waktu yang Kak Ara butuhin untuk bisa percaya bahwa DIA pantas buat Kakak?" Kimy menengahi perdebatan keduanya, masih menatap Thomas dengan kesal.
"Iya, butuh berapa lama lagi aku nunggu?" sambung Thomas.
Makin kacau saja perasaan Amora disudutkan seperti itu. Dia dilema, segenap jiwanya menginginkan Thomas selalu berada di sisinya, namun di sisi lain ada rasa takut yang sulit ia hilangkan tentang kesetiaan Thomas.
"Kak dengerin aku sebentar!" pinta Kimy, "aku nikah sama Satria aja gak perlu mikir panjang loh, padahal sebelumnya aku gak kenal sama sekali sama dia, ya meski sebelum nikah kita pernah punya perjanjian aneh bin ajaib tentang konsep pernikahan yang akan kita jalani." Kimy tersenyum ke arah suaminya saat mengingat kesepakatan yang Satria buat untuk mereka. "Tapi sebelumnya, jauh sebelum dia buat kesempatan dan anehnya dia sendiri juga yang ubah, pas aku nyerahin diri untuk jadi istrinya, aku udah pasrahin segalanya sama Yang Kuasa, karena aku yakin bahwa aku orang baik dan akan dapetin yang terbaik. And you can see… " Kimy merentangkan kedua tangannya seakan memberitahu Amora bahwa semua ucapannya itu benar, bahwa dirinya begitu bahagia dengan pernikahannya sekarang, bahkan seperti memberitahu semua orang bahwa Satria begitu membahagiakannya, Kimy seakan diratukan oleh suaminya sendiri.
"Kakak tetep takut Dek. Aku takut kembali menjadi orang yang bertanggungjawab atas kegagalan rumah tangga aku." Mata Amora mulai berkaca-kaca.
"Kita juga tau, DIA itu emang gak setajir suami aku, tinggalnya aja masih di apartemen, mobilnya aja masih 7 kali cicilan. Tapi aku harus dengan berat hati ngakuin dia itu cowok baik." Kimy mencibir saat mengutarakan isi hatinya.
"Heh, Ucuk, sebenernya elu lagi ngejatuhin gue apa lagi muji gue sih?" Thomas tak terima dengan ucapan istri sahabatnya itu, yang sepertinya lebih banyak menjelekkannya daripada memuji dirinya. Meski semua yang Kimy ucapkan itu adalah fakta.
"Kasih kesempatan si Onta untuk ngebuktiin bahwa dia bener-bener serius sama elu, Ra. Gue takut dia fobia gayung lope lagi." Satria akhirnya ikut menimpali.
"Heh, Embek Bule. Bisa gak sih elu sedikit nyanjung gue?"
"Soalnya gue yang repot kalau elu kena syndrom patah hati lagi." Satria menghabiskan late yang ia ia pesan. "Sebenernya jalan elu untuk dapetin restu keluarga lebih mudah dibanding gue. Gak harus belok sana-sini, sampe kena tonjok dan gampar dari Ayah pastinya," lanjut Satria yang kembali teringat bagaimana sulitnya mendapatkan restu dan kepercayaan dari ayah mertuanya.
"Besok temuin Ayah, gue sama Kimy akan ada di sana buat elu!" Satria bangkit kemudian mengulurkan tangannya ke arah Kimy. Hari sudah cukup larut, udara malam yang cukup dingin tak baik untuk kondisi istrinya yang sedang hamil. "Pulang yuk, udah malem!"
"Thank's, Bing. Elu emang sahabat terbaik gue." Thomas mengacungkan ibu jarinya ke arah Satria.
"Jadi kalau ternyata Ayah nolak, aku yang akan ngetawain kamu lebih awal." Kimy tetap menjadi kompor yang terus membuat Thomas panas.
"Beneran kamprett lu berdua. Kalian sebenernya tim hore apa tim hehe sih?"
"Malangnya nasib kamu, Dek. Punya calon Om Sableng!" Kimy mengelus perut buncitnya.
"Ada juga harusnya gue yang ngomong gitu, kasian bener anak lu, punya emak bapak sekrupnya kurang kenceng." sewot Thomas yang tak terima dengan sindiran Kimy.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
She Imoed
astaqfirullah aku ttp ngakak baca part ini🤣🤣🤣🤣
2024-11-07
1
Juan Sastra
selalu senyumkalo kimy yg ngomong
2024-10-11
0
Rika Hari
skrup mobil apa motor bg onta 😂😂😂
2024-10-01
0