Satria yang tadinya tak begitu penasaran dengan hubungan kekerabatan apa yang terjalin antara anak menteri itu dengan keluarga istrinya, jadi ikut penasaran saat mendengar ayah mertuanya menyebutkan jika pria itu adalah bakal calon anggota keluarga mereka.
Jika bukan karena Thomas yang begitu mengincar kakak iparnya, sepertinya Satria tak begitu memperdulikan hal itu, namun rasa peduli yang didasari persahabatannya dengan Thomas, Satria pun jadi harus memastikan jika Tama bukanlah bakal calon kakak iparnya, karena bagaimanapun Satria tidak mau melihat nasib percintaan Thomas kembali terancam, bahkan jika hal itu benar, mungkin kini nasib cinta Thomas terancam punah. Satria masih ingat benar wajah Thomas saat pamit pulang tadi, wajahnya nampak tidak bersemangat, bahkan cenderung sedih.
Awalnya Satria ingin bertanya kepada ayah mertuanya langsung, tapi saat dia melihat Rahardian sedang mengobrol seru dengan Papa dan juga beberapa kerabat jauh dari sang mertua, jadi mungkin Satria memilih untuk bertanya kepada istrinya langsung. Karena pasti Kimy tahu siapa Tama, dan ada hubungan apa anak pejabat itu dengan keluarga Kimy hingga dia datang ke acara syukuran empat bulanan Kimy.
Kamar bernuansa merah muda itu sudah redup, dan pastinya si empunya kamar sudah bertualang di alam mimpi. Jam sudah menunjukkan pukul 00.15 tengah malam saat Satria masuk ke dalam kamar sang istri.
"Moy?" Meski tahu istrinya sudah tidur, tapi entah mengapa seperti sebuah kebiasaan, Satria tetap saja memanggil istrinya.
Tak ada jawaban, karena Kimy sudah damai dalam mimpi indahnya, bahkan Satria bisa melihat senyum kecil dari wajah sang istri saat ia mendekatkan wajahnya untuk mengecup kening halus istrinya.
Setelah mencuci muka, menggosok gigi dan berganti kostum, yang biasa ia kenakan untuk tidur, yang adalah sepotong celana celana pendek, karena dia selalu tidur dengan bertelanjang dada, Satria pun ikut masuk bersama Kimy ke dalam selimut.
Merasa pergerakan di atas tempat tidur, Kimy yang akhir-akhir ini mudah terganggu tidurnya, mulai mengerjapkan mata.
"Kamu baru masuk?" Suara lengket Kimy menyapa.
"Iya, tadi bantuin ayah beres-beres rumah. Cuma gulung karpet sih, sama benerin sofa-sofa." Satria mengusap pipi lembut Kimy dengan ibu jarinya, "tidur kamu keganggu ya?"
"Gak juga, aku nungguin kamu dari tadi, tapi pas aku intip kamu masih asik ngobrol sama yang lainnya." Gadis itu nampak merajuk.
"Mau ngetek?" goda Satria, yang entah mengapa Kimy begitu menyukai tidur berlindung di bawah ketiaknya. Aneh memang, tapi Satria yang sudah terbiasa dengan kelakuan istrinya jadi terbiasa dengan keberadaan Kimy di bawah ketiaknya.
"Moy, kamu udah ngantuk belum?" Satria mau mulai mengorek tentang siapa sebetulnya pria bernama Tama itu.
"Belum?" jawab Kimy, namun wajahnya masih betah bersembunyi di bawah ketiak suaminya. Ada perasaan nyaman dan menenangkan yang Kimy rasakan tiap kali tidur di bawah sana, aneh. Bahkan sangat aneh. "Kenapa? Pengen?" pancing Kimy.
Hanya sebuah pernyataan 'pengen' dari Kimy, berhasil membuyarkan konsentrasi Satria yang beriman lemah. Keingintahuan Satria tentang siapa Tama menguap berganti keinginannya untuk mengajak Kimy berkeringat.
Ah, Kimy memang pandai sekali memancing birahinya, atau lebih tepatnya karena imannya saja yang mudah digoyahkan. Satria tidak peduli, karena dia adalah pebisnis yang selalu tak pernah menyia-nyiakan momen berharga. Sama seperti peluang bisnis, urusan ranjang pun tak akan ia sia-siakan begitu saja.
Segera saja bibirnya menyambar bibir kecil Kimy, mengawali ciuman dengan sebuah kecupan manis, kemudian menjadi sebuah ciuman yang semakin dalam dan menuntut, hingga akhirnya berubah menjadi pagutan yang saling mendamba.
"Aku ngantuk!" Kimy melepaskan ciuman mereka begitu saja. Gadis itu memang sengaja sedang menggoda suaminya. Anggaplah ini hukuman karena ia telah lalai meminjamkan bajunya beberapa menit kepada Thomas tadi.
"Aku belum!" jawab Satria cepat. Matanya sudah berkabut gairah, saat menatap wajah Kimy yang pura-pura terpejam.
"Aku capek!"
"Kamu tinggal nikmatin doang!" desaknya seraya menggunakan tangannya yang terampil untuk memilin benda kenyal yang beberapa bulan lagi akan dikuasai bayi mereka.
Bukan Satria jika dia tidak mendapatkan apa yang ia inginkan, karena sekarang wanita yang beberapa saat lalu menolaknya itu sedang membuka kakinya lebar-lebar sambil menikmati ritme yang ia mainkan.
Kimy, gadis halal pertama yang berhasil mendapatkan hatinya, gadis pertama yang proses mendapatkannya seperti sedang mengikuti kompetisi ninja warrior. Terlalu banyak rintangan untuk mendapatkan Kimy. Hingga akhirnya Kimy sendiri yang menawarkan diri kepada Satria seutuhnya.
Menikmati sesuatu yang haram memang menantang adrenalinnya, tapi menikmati apa yang telah halal baginya itu adalah hal yang membuatnya kecanduan.
Urusan Duo T, Tama dan Thomas terlupakan begitu saja. Kenikmatan dunia yang tiada tara memang selalu berhasil membuatnya lupa segalanya, bahkan tak jarang Satria meminta Kimy ke kantornya saat ia harus melewati hari yang penat. Kimy selalu berhasil menjadi obat melepas stressnya.
Satria mulai menaikan level kecepatan, hingga menimbulkan desisan-desisan yang tercipta dari bibir kecil Kimy. Ah, rasanya Satria tak pernah ingin mengakhiri permainannya, tiap kali melihat wajah terpuaskan sang istri.
"Kak, pelan-pelan, sekarang ada si Dedek!" tegur Kimy saat ritme mulai tak terkendali.
"Sebentar lagi!" pintanya.
"Tapi pelan-pelan loh!"
"As you want, My Queen (seperti yang kamu mau, ratuku)!" ucapnya yang mulai menurunkan ritme permainan, untuk meraih puncak kenikmatan.
Hingga akhirnya, sebuah buncahan lahar yang menghangatkan rahim Kimy berhasil membuat Satria ambruk di atas tubuh Kimy, walau tidak sepenuhnya, karena Satria tetap menahan tubuhnya agar tak menyakiti bayi mereka. "I love you!" ucapnya pada wanita yang masih terengah-engah dengan peluh yang membanjiri keningnya.
•
•
•
•
•
•
Weekend ini Satria membawa Kimy ke kediaman megah Wiratmadja, karena tiba-tiba saja Kimy ingin sekali makan rujak buah potong sambil merendamkan kakinya di kolam ikan Koi. Sekalian menjenguk keluarga kecil Kimy, si burung lovebird cantik yang Almarhum Wira pelihara semasa hidupnya dulu.
"Kebetulan, kemarin Mama bawa banyak buah-buahan dari kebun, dan untungnya Mama masih nyisain beberapa di kulkas," ujar Delena saat mendengar keinginan menantunya.
"Aku temenin ngupas buah-buahannya deh." Kimy mengikuti langkah kaki Delena menuju dapur. Sedangkan suaminya sudah beberapa menit lalu terlelap di sofa.
Kebetulan hari itu Bi Lilis dan Bi Sri sedang berada di sana, membantu Delena menyiapkan kamar tidur untuk Kimy dan Satria di lantai dasar, karena pikir Delena, usia kandungan Kimy yang semakin tua, akan membuatnya kelelahan jika harus turun-naik dari lantai dari ke lantai tiga, tempat kamar Satria berada.
Delena yang memang belum lama mengenal Kimy, membuatnya tidak tahu apa saja yang Kimy suka, hingga dia meminta bantuan Bi Lilis yang kata Dina adalah pengasuh menantunya dulu untuk membantu memilih dekorasi kamar sang menantunya.
"Neng Kimy mau bumbu rujaknya diaduk apa didipisah aja?" tanya Bi Lilis yang sedang menggerus cabai dan gula.
"Pisah aja Bi," jawabnya yang kini sedang memotong-motong buah apel, setelah sebelumnya buah stroberi dan buah pir yang ia potong.
Isi rujak yang aneh, jika orang biasanya memilih buah mangga, nanas, bangkuang, dan jambu air untuk dijadikan rujak, istri dari Satria itu memilih buah-buahan yang tidak biasa. Bahkan melon pun ada dalam piring besar yang berisi beragam jenis buah itu.
"Mau pake mangga?" tawar Bi Sri.
"Kalau manis aku mau, kalau asem gak."
"Kemren kita abis panen buah simanalagi, jenis mangga itu gak terlalu asam meski masih muda." Bi Sri berjongkok untuk mengambil puluhan buah mangga yang ia simpan dalam sebuah kontainer agar mereka cepat masak. "Bibi kupas dulu ya Mbak!"
"Kamu masih mual-muntah, Sayang?" tanya Delena yang selalu mengkhawatirkan kondisi menantunya.
"Udah enggak kok, Mah. Udah jarang muntah, tapi kalau mual sih masih sering."
"Si Dedeknya perempuan kayaknya, biasanya kalau bayinya perempuan emang gitu, Neng. Suka mual, muntah. Pokoknya mah ripuh bae lah!" ujar Bi Lilis.
"Emang iya, Mah?" tanya Kimy pada Delena.
"Entahlah. Karena seumur hidup Mama, Mama baru sekali hamil. Noh bayinya!" Matanya menunjuk pria tampan yang baru saja terbangun dari tidur siangnya di sofa panjang ruang televisi.
"Cewek dimana-mana kalau ngumpul pasti gibah, gak ada bahan gibahan anak sama suaminya yang jadi bahan gibahan (yang artinya dirinya)," keluh Satria kemudian mengecup pipi Kimy sebelum berjalan ke arah kulkas.
"Kakak, malu ih, ada Mama, ada Bi Sri," bentak Kimy, galak.
"Kalau begini baru malu!" Secepat kilat Satria membalikan tubuh Kimy dan menyesap daging lembut bibir Kimy.
Pria itu benar-benar tak tahu bagaimana tersiksanya perasaan Bi Sri yang telah lama sendiri saat harus melihat adegan tak senonoh itu secara live, juga Bi Lilis yang juga sama tertekan pikirannya dengan Bi Sri karena telah lama menjanda. Untung saja Delena sudah menemukan Edwin, karena jika tidak, mungkin dia pun ikut terpuruk bersama dua wanita lainnya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Bibir Kimy masih mengerucut dengan tatapan mata galak tiap kali dia memandang suaminya yang ikut menikmati rujak buatan Bi Lilis.
"Aku baru tau loh, apel sama buah pir bisa dibuat rujak, ini lagi melon." Sambil menusuk potongan melon dan mencelupkannya ke dalam mangkuk sambal rujak. "Katanya mau rendem kaki di kolem koi. Kok cuma diliatin doang?" tanya Satria melihat Kimy hanya memandang para Koi jenis Black Dragon yang dulu Wira beli dengan harga ratusan juga itu.
"Umur ikan ini berapa Kak? Kamu tau gak?" Mata Kimy masih fokus memandang para ikan hias mahal yang sedang berenang dengan elegan. Perpaduan corak yang unik antara hitam, merah dan putih membuat Kimy betah berlama-lama menikmati tarian-tarian para Koi yang sedang meliuk-liuk indah di dalam kolam.
"Baru sih, sekitar tiga atau empat tahuan gitu," jawab Satria yang nampak biasa saja.
"Kalau dibikin setup ikan, enak kali ya!" Liur Kimy tiba-tiba saja memenuhi rongga mulutnya.
Betapa terkejutnya Satria mendengar ucapan istrinya. Jadi Kimy bukan sedang menikmati liukan-liukan para Koi yang berenang dengan sangat menawan, tapi sedang berfantasi menikmati para Koi itu di dalam piring saji?
"Gak pernah denger aku seumur-umur ada Koi di setup."
"Aku bisa ngabisin satu ekor ikan yang paling besar itu!" tunjuknya pada seekor koi yang ukurannya paling besar diantara yang lainnya.
Sebuah kode yang Kimy sampaikan langsung bisa ditangkap otak cerdas Satria.
"Gak boleh ya?" Ada nada kecewa, kesal dan juga sedih dalam pertanyaannya itu.
"Kamu serius mau masak mereka?" Satria memastikan, meski ia tahu pasti jawabannya.
"Gak mereka, cuma dia!" tunjuknya lagi pada yang paling besar.
"The real baby Sultan." Satria menurunkan wajahnya agar bisa mengecup bayi mereka dalam perut Kimy.
Bagaimana tidak, karena sepertinya hanya Kimy satu-satunya wanita hamil yang ngidam minta dibuatkan setup ikan Koi yang harganya bisa mencapai ratusan juta.
...Ada gak diantara Encumers yang pernah makan setup Koi jenis Black Dragon?...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
putri
buat nya sih boleh di kebon tapi ngidamnya ala ala sultan 🤣🤣🤣🤣
2024-04-12
0
ReD
Gile bisa d setup ya koi?
2023-06-15
2
Mira Andani
lanjut lagi thor
2023-06-05
0