Perselisihan Dua Orang Sahabat

Thomas begitu kesal kepada sahabatnya, Satria. Karena kalau saja Satria memberitahunya terlebih dahulu tentang siapa Tama, tak akan mungkin ada kejadian memalukan seperti kemarin pagi di rumah Amora. 

Segera ia masuk ke dalam ruang kerja Satria sesampainya dia di gedung perusahaan. 

"Ada apa?" tanya Satria tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptop. 

"Harusnya gue yang tanya, elu udah dapet jawaban siapa si Tama itu?" Thomas berkata dengan suara nyaring. 

Deg! 

Jantung Satria langsung berdentum kencang. Oh Tuhan, gara-gara istrinya memancingnya untuk berkeringat, dia jadi melupakan niatnya untuk mencari tahu siapa Tama hingga saat ini. 

"So, so, sorry, Ta!" Senyum Satria nampak kaku saat melihat wajah Thomas yang seperti ingin menerkamnya. "Kemaren gue belum sempet tanya, masih banyak orang kan, bini gue  banyak ngobrol sama sodara-sodaranya kemaren. Tapi nanti gue pasti tanya Kimy, pasti kalo sekarang mah, percaya sama gue!"

"Halah tayi loh. Kebanyakan alesan! Paling juga elu lupa, ya kan!" sungut Thomas dengan tatapan menghakimi. 

"Gak lupa sih, awalnya. Pas gue masuk ke kamar bini gue udah molor." Karena memang itu kenyataannya.

"Alesan!"

"Gue tanya sekarang deh sama bini gue." Satria merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya. 

"Gak usah, telat. Gue udah tau jawabannya!" ketus Thomas. 

Melihat wajah sahabatnya yang tak bersahabat, bisa Satria pastikan jika ada kabar buruk tentang siapa sebenarnya sosok Tama bagi keluarga sang istri. Tapi jika memang pria itu adalah calon kakak iparnya, mengapa Kimy tak pernah bercerita? 

"Sebelum janur kuning melengkung, dia masih milih bersama, dan kalaupun janur kuning udah melengkung gue akan bantu ngelurusin tuh janur!" ucap Satria dengan mantap. 

Satria tidak tahu jika kemarahan Thomas bukan karena patah hati, tapi karena kekecewaan Thomas pada dirinya yang seolah tidak pernah peduli akan keresahan hati Thomas. 

"Gak perlu. Gue udah tau jawabannya."

"Emang dia siapa? Bukan calonnya si Amora kan?" Satria malah jadi penasaran. 

"Bukan!" 

"Syukur dong harusnya, bukannya elu marah-marah sama gue!" Mata Satria kembali ke layar laptop, setelah mendengar jawaban Thomas yang membuatnya ikut lega. 

"Gue tanya sama elu, kita udah saling kenal berapa lama? Lebih lama dari elu kenal bini lu kan?"

"Kita lagi bahas apa sih ini?" Satria kembali fokus ke arah pria yang tengah berdiri menantangnya, karena sepertinya kemarahan Thomas bukan karena Tama tapi seolah kesalahan ada pada dirinya.

"Gue bener-bener kecewa sama lu, lu kayak gak nganggep gue ini penting buat lu. Emang sih gue juga sadar gue cuma jongos lu di kantor, tapi seenggaknya elu punya sedikit empati lah ke gue. Lu tau gak, semaleman gue nunggu kabar dari lu, ampe gue dengan bodohnya pagi-pagi datang ke rumah mertua lu, cuma sekedar pengen tau siapa Tama itu." Thomas begitu menyudutkan Satria.

"Oke, sorry, anggaplah kemaren itu gue yang salah karena udah ngelupain permintaan elu."

"Emang elu salah," pekik Thomas. 

"Ta, sebenernya mau lu apa sih? Kok gue jadi berasa lagi nyelingkuhin elu." Satria tersulut emosi. 

"Mulai sekarang gue pecat elu jadi sahabat gue. Dan mulai detik ini, hubungan kita gak lebih dari hubungan kerja. Atasan dan bawahan." Thomas memantapkan ucapannya, dia benar-benar marah pada sahabatnya itu. 

"Yaelah, Ta. Sorry, gue —"

"Saya permisi dulu, Pak!" Thomas tak menghiraukan ucapan Satria. 

"Ta, ONTAAAA!" 

Setelah hari itu Thomas hanya berkomunikasi selayaknya seorang bawahan, dia pun berbicara formal meski Satria terus memancingnya dengan ejekan agar dibalas Thomas.

Hingga suatu hari dia melihat Thomas ada di teras rumahnya bersama Kimy sang istri yang sepertinya sedang membahas masalah serius, entah apa itu. 

"Sore, Pak!" ucap Thomas saat melihat Satria datang menghampiri mereka. 

"Sore!" jawab Satria malas. 

"Kalian kenapa sih? Ada masalah apa, aku perhatiin lebih dari sebulan, kalian kayak orang asing," ujar Kimy setelah menyambut ciuman dari Satria. 

"Aku dipecat sama dia. Dia gak mau sahabatan lagi sama aku!" Satria duduk di kursi teras panjang bersama Kimy. 

"Gak ngerti aku!"

"Gue gak mau punya temen yang gak pernah peduli sama gue." Thomas menyambar. 

"Heh, gue bukan gak peduli. Gue lupa, kalau lupa tuh gak inget. Lagian juga harusnya gak usah dianggap serius kali, toh si Amora juga bukan siapa-siapanya si Tama. Elu kayak cewek lagi datang bulan tau, sensian!" ejek Satria sambil memandang rendah MANTAN sahabatnya. 

"Tayi loh." Thomas memancing emosi Satria. 

"Heh Anjing. Elu tuh bisa gak sih gak mempermasalahkan hal sepele kayak gini?"

"Iya, gue emang mirip anjing, buktinya cuma dikasih gaji sama elu aja gue ampe nurut semua keinginan elu, gue rela capek demi duit." Thomas menohok Satria. 

"Gak jadi anjing, dasar babii!" Satria meralat umpatannya. 

Thomas menatap wajahnya dengan jijik. "Elu sakit perut Ucuk?" tanya Thomas khawatir melihat Kimy terus memegangi perutnya. 

"Aku lagi nutupin kuping si Dedek biar gak denger kata-kata mutiara yang keluar dari mulut kalian!" jawabnya polos. 

"Kamu mending ke kamar deh, aku lagi pengen ngehajar orang." Satria terbakar rasa amarah. 

"Jangan macem-macem deh!" Tapi Kimy tetap bangkit dari duduknya untuk berpindah tempat. 

Dia tahu ada yang tak meski ia tahu tentang masalah yang menimpa kedua orang pria sableng itu, jadi Kimy memilih untuk memberi waktu kepada keduanya untuk menyelesaikan masalah mereka. 

"Gue balik deh. Males gue liat muka dia lama-lama!" Thomas ikut berdiri.

"Mau kemana lo? Elu kalau mau ngehajar gue hajar aja, gue—"

Bugh! 

Sebuah tinju mendarat di wajah Satria sebelum Satria menyelesaikan ucapannya. Sudah lama Thomas ingin melakukannya, namun ia tetap sadar siapa dirinya. Tapi setelah mendengar ucapan Satria tadi, keinginannya untuk menghajar sahabatnya itu semakin tak terbendung. 

"Gue balik!" Thomas pun berlalu pergi. 

Pagi di hari minggu

Sudah lebih dari seminggu sejak Thomas menghajar dirinya, namun sikap Thomas masih tetap dingin kepadanya, Satria kini sadar sikapnya yang kadang apatis terhadap orang lain bisa membuat orang lain terluka, seperti halnya Thomas, yang mungkin bukan kali ini ia sakit hati karena sikap tak mau peduli yang ia miliki. 

"Kak, kapan kita mantai? Katanya kamu mau ajak aku mantai di cottage kenalan kamu yang katanya punya pantai yang keren abis," rengek Kimy, dan itu entah rengekan sang istri yang keberapa kali sejak ia menjanjikan akan mengajaknya ke pantai kemarin. 

Diliriknya lukisan pemandangan pantai yang Kimy lukis sejak kurang lebih satu jam lalu itu. Memang begitu menyegarkan mata, bahkan dengan hanya melihat lukisan istrinya saja, Satria sudah merasa tenang. 

Tak bisa dipungkiri dirinya pun memang butuh sebuah liburan, dan pantai sepertinya pilihan yang cocok untuk dia dan istrinya kunjungi. 

"Makanya marahannya jangan lama-lama sama si Wan Abud, aku juga kan yang rugi."

Satria menghela nafas, benar apa yang Kimy ucapkan, sebab semenjak Thomas menjaga jarak dengannya, pekerjaannya jadi terasa berkali-kali lipat lebih banyak dari biasanya. Dia yang biasanya dengan mudah meminta bantuan sahabatnya itu untuk menyelesaikan tugas yang seharusnya ia kerjakan, jadi sungkan sejak Thomas memecatnya sebagai sahabat. 

Satria hampir gila dengan semua pekerjaannya, ditambah lagi akhir-akhir ini Papanya sering juga memberikannya pekerjaan dadakan yang kadang membuat kepalanya hampir pecah. 

"Eh ada elu, Ra. Dari kapan datengnya?" tanya Satria yang terkejut melihat Amora ada di rumah mereka. 

"Barusan sih."

Mereka pun mulai berbasa-basi mengenai pekerjaan dan apapun itu. 

"Elu puyeng banget kayaknya."

"Benget. Bangkee emang tuh si Onta, pake acara ngambek-ngambekan segala lagi." Satria menjambak rambut tebalnya.

Bodoamat deh, gengsi gue kantongin dulu sementara waktu. Ckk. 

Satria menyambar ponselnya. Selepas Amora dibawa pergi istrinya ke dalam. 

Setelah menunggu dua bunyi nada tunggu, akhirnya suara yang lama tak menyapanya menjawab. 

"Halo?"

"Bisa ke rumah saya sekarang?" Satria berkata dengan bahasa formal, layaknya seorang atasan pada bawahannya, "ada pekerjaan yang harus diselesaikan besok pagi, dan saya butuh bantuan kamu." Satria menekankan pada kata butuh pada kalimatnya. 

"..." Hening. 

"Saya benar-benar butuh bantuan kamu sekarang!" Satria menginjak-injak gengsi yang selama ini ia junjung tinggi. 

"Lima belas menit lagi saya tiba!" Karena apartemen Thomas memang dekat dengan kediaman Satria. 

Lega rasanya, memang benar gengsi tak pernah menolong siapapun dalam kondisi apapun. Buktinya saja Satria, karena gengsi yang ia junjung tinggi, akhirnya dia sendiri yang merasakan kerugiannya selama ini. 

Tepat lima belas menit, mobil Thomas sudah terparkir di kediaman MANTAN sahabatnya. 

Melihat Satria yang ada di teras rumah, akhirnya Thomas langsung menghampirinya tanpa melakukan formalitas mengucap salam atau mengetuk pintu rumah yang ia datangi. 

"Ada yang bisa saya bantu?" Thomas pun masih memposisikan dirinya sebagai bawahan. 

"Dipause dulu ngambek lu, bisa gak? Gue pusing!" ketus Satria. 

Thomas tak menimpali.

"Ini kan harusnya kerjaan elu, kenapa jadi gue yang ngerjain? Brengsek dasar! Nambah-nambahin keruwetan idup gue aja lu!" 

Thomas masih diam. 

"Seneng lu liat gue se stres ini?" Kali ini Satria membentak. 

"Kenapa Bapak, gak ngirim tugas itu ke meja saya? Biasa juga begitu!" Thomas menyudutkan Satria. 

"Berenti panggil gue Bapak, Setan! Gak sudi gue dipanggil Bapak sama elu Anjing, eh Babii!" ralat Satria, takut Thomas kembali bangga dikatai Anjing olehnya. 

"GUE TAKUT GAGAL LAGI DEK!" terdengar suara wanita yang sedang hati Thomas rindu dari arah dalam rumah. 

"Amora!" Thomas semringah. 

"Mau kemana lu? Gue manggil elu ke sini bukan buat ngelepas kangen, tapi nyuruh lu kerja!" Satria menahan lengan Thomas. 

"Gue akan ngerjain tugas apapun yang elu kasih ke gue, asal biarin gue liat Amora!" Mata Thomas memohon. "Buruan EMBEK!"

My Onta is back. Hati Satria begitu ruang. 

Thomas segera berlari setelah Satria melepaskan tangannya. 

Tadinya Thomas langsung ingin menghampiri Amora, mempertanyakan mengapa dia mengabaikan dirinya, tapi hal itu urung ia lakukan saat melihat gadis itu nampak sedang terpuruk. 

"Itu artinya Kakak belum siap nerima dia kan!—"

Mereka lagi ngomongin gue kan? 

"— Kalau begitu tinggalin dia—"

Enak aja lu, maen tingal-tingalin aja!  Masa iya gue jadi duda sebelum nikah?

Ingin sekali Thomas keluar dari persembunyiannya untuk mendamprat Kimy. 

"— jangan biarin dia terus berharap!" 

Dia lagi ngebelain gue? Adek ipar gue emang paling soleha. 

"Gue juga gak bisa!" Amora menjatuhkan tubuhnya ke atas bantal dan memeluknya erat. Dan pada saat itu juga, ingin sekali Thomas ikut menjatuhkan dirinya. Di atas tubuh Amora yang pasti. 

"Kenapa?"

"Gue juga suka sama dia," cicit Amora, namun masih bisa terdengar jelas oleh Thomas, hatinya seperti musim semi, dipenuhi bunga-bunga yang bermekaran di sana-sini. Tak lupa berbagai jenis kupu-kupu beterbangan di sana, membuat dadanya terasa tergelitik geli. Thomas bahagia bukan main. Kebahagiaan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata.

"If you love somebody, say it (jika kamu cinta pada seseorang, katakanlah)!" ucap Kimy.

I love you, Neng Ara!

Tapi Amora tak terdengar menjawab, dia malah terlihat semakin erat memeluk bantal yang ia peluk. 

"Kak, kalau kak Andre pernah nganggap kalau rumput tetangga lebih hijau, kenapa kakak juga gak bisa punya pikiran kayak gitu?" Ucapan Kimy membuat sesuatu tiba-tiba saja tersentak bangun dari tidurnya. 

"Maksud loh?"

Maksudnya, burung Abang yang jauh lebih berkicau Neng! 

"Kalau bagi dia rumput tetangga lebih hijau, kenapa kakak gak bisa nunjukin ke Ka Andre kalau burung tetangga lebih berkicau!"

Oh, Adek ipar solehaaaaa, beruntungnya aku memilikimu. 

"Dasar geblek! Otak elu kenapa jadi begini sih?"

"Udah beresin urusan Kak Ara sama si Onta, meski aku sebenernya gak begitu setuju punya kakak ipar sableng, mesum, dan minim akhlak kayak dia, tapi kalau kakak suka, aku terpaksa nerima dia jadi member keluarga kita."

Elu lagi di kubu siapa sih, Soleman?

Thomas keluar dari persembunyiannya. 

"Mau kemana loh?" tanya Amora melihat Kimy bangkit. 

"Mau ngasih waktu dan tempat buat kakak sama si Onta!" tunjuk Kimy dengan dagunya ke arahnya. 

Seketika Thomas bisa melihat wajah Amora yang bersemu merah. 

"Anteng-anteng ya di sini, jangan macem-macem loh. Noh ada CCTV di sana-sini!" 

Tapi mata Thomas masih tertuju pada gadis yang begitu ia rindukan. 

"KAKAAAAAK!" teriak Kimy. 

"Apaaaa?" jawab orang yang Kimy panggil.

"Ke surga yuk! Si Dedek minta ditengokin!" lanjut wanita sableng itu, membuat sesuatu yang tadi kembali terlelap seketika kembali terjaga. 

"Heh kampret, tadi elu nyuruh gue anteng, ngapa elu yang manas-manasin gue!" bentak Thomas. 

"Eh, inget ya, ibu hamil gak pernah salah!" jawab Kimy sambil merangkul tangan kekar suaminya. 

"Jangan lama-lama ngobrolnya, kerjaan lu numpuk!" timpal Satria. "Gue masih bisa ngawasin lu dari jauh!"

"Pergi lu!" pekik Thomas kemudian melempar banyak persegi ke arah Satria yang mulai menjauh. 

Thomas menghampiri gadis berwajah merah yang juga tengah menatap wajahnya. Meski iblis dalam dirinya terus saja mendorong dan membisikkan kata-kata mesum, namun sekuat tenaga Thomas masih memilih untuk mendengarkan sisi malaikat baik yang nyempil dalam dirinya. 

"If you love somebody, say it!" Thomas mengulang ucapan Kimy. "And i just wanna say, i love you (dan aku cuma mau bilang, bahwa aku mencintaimu)!"

...Masih ada yang bilang pendek, nangis kejer gue! 😑😑😑😑...

...Kemaren banyak yang minta episode melelehnya hati Thomas, nih sengaja aku buatin. ...

...Kalo masih ada yg penasaran, sabaaaaaarrrrr...

Terpopuler

Comments

Siti solikah

Siti solikah

onta udah kembali jadi dirinya ya mbek

2024-09-20

0

putri

putri

onta baek baek yaa sama onty jangan macem macem biarlah pasangan sableng yang macem macem mah 🤣🤣🤣🤣🤣🤣

2024-04-12

1

Asngadah Baruharjo

Asngadah Baruharjo

so sweet

2024-03-04

0

lihat semua
Episodes
1 Mendesak
2 Calon Penganten
3 Kiamat
4 The Real Baby Sultan
5 Ilham
6 "Selamat ya, Ra!"
7 Keresahan Amora
8 Perselisihan Dua Orang Sahabat
9 Saling Melepas Rindu
10 Perdebatan Thomas-Kimy
11 Tato Kupu-kupu
12 Psikolog Cinta
13 "Yuk!"
14 Rencana Kencan
15 Kencan
16 Double Date
17 Serangan Tak Terduga
18 Ceramah Bumil
19 Menikah Atau Berpisah!
20 Sebuah Strategi Menuju Halal
21 Berpisah
22 Resah, Gelisah, Gundah
23 Thomas??
24 30 tahun lalu...
25 Jujurlah pada hatimu!
26 Kangen Kamu
27 Terkuaknya Sebuah Misteri
28 Permintaan Seorang Ayah
29 Berbincang Mesra
30 So hot!
31 Persiapan Nujuh Bulanan
32 Acara Nujuh Bulanan, Baby Tobeli
33 Rencana Makan Malam
34 Fakta
35 Makan Siang Yang Menjawab Semuanya
36 Salah Paham
37 Menuju Halal
38 Menentukan Tanggal
39 Ulang Tahun Kimy
40 Kimy's Birthday
41 Sebuah Fakta
42 Bertemu Masa Lalu
43 Menuju Pelaminan
44 "SAH"
45 On The Way, Aahh
46 "Maaaaass!"
47 "Aaaahh!"
48 Burning With Love
49 Pagi Pertama Setelah Sah
50 Baby Tobeli Comingsoon - part 1
51 Baby Tobeli Comingsoon - part 2
52 Baby Tobeli has come
53 Calon Mantu?
54 Cantika Tak Ilang-Ilang
55 Saachee
56 Ck, Gery
57 Ruang Kerja Menggelora
58 Kejahilan Thomas
59 Bikin Panik
60 Sebuah Perayaan Yang Spektakuler
61 Kebahagiaan yang abadi
62 Hanya Menyapa
63 # Awal Mula Takdir Bekerja
64 # Kue Ulang Tahun Pertama Dari Bapak
65 # Mekanisme pembayaran hutang
66 #Salah Paham
67 #Masih Episode Salah Paham
Episodes

Updated 67 Episodes

1
Mendesak
2
Calon Penganten
3
Kiamat
4
The Real Baby Sultan
5
Ilham
6
"Selamat ya, Ra!"
7
Keresahan Amora
8
Perselisihan Dua Orang Sahabat
9
Saling Melepas Rindu
10
Perdebatan Thomas-Kimy
11
Tato Kupu-kupu
12
Psikolog Cinta
13
"Yuk!"
14
Rencana Kencan
15
Kencan
16
Double Date
17
Serangan Tak Terduga
18
Ceramah Bumil
19
Menikah Atau Berpisah!
20
Sebuah Strategi Menuju Halal
21
Berpisah
22
Resah, Gelisah, Gundah
23
Thomas??
24
30 tahun lalu...
25
Jujurlah pada hatimu!
26
Kangen Kamu
27
Terkuaknya Sebuah Misteri
28
Permintaan Seorang Ayah
29
Berbincang Mesra
30
So hot!
31
Persiapan Nujuh Bulanan
32
Acara Nujuh Bulanan, Baby Tobeli
33
Rencana Makan Malam
34
Fakta
35
Makan Siang Yang Menjawab Semuanya
36
Salah Paham
37
Menuju Halal
38
Menentukan Tanggal
39
Ulang Tahun Kimy
40
Kimy's Birthday
41
Sebuah Fakta
42
Bertemu Masa Lalu
43
Menuju Pelaminan
44
"SAH"
45
On The Way, Aahh
46
"Maaaaass!"
47
"Aaaahh!"
48
Burning With Love
49
Pagi Pertama Setelah Sah
50
Baby Tobeli Comingsoon - part 1
51
Baby Tobeli Comingsoon - part 2
52
Baby Tobeli has come
53
Calon Mantu?
54
Cantika Tak Ilang-Ilang
55
Saachee
56
Ck, Gery
57
Ruang Kerja Menggelora
58
Kejahilan Thomas
59
Bikin Panik
60
Sebuah Perayaan Yang Spektakuler
61
Kebahagiaan yang abadi
62
Hanya Menyapa
63
# Awal Mula Takdir Bekerja
64
# Kue Ulang Tahun Pertama Dari Bapak
65
# Mekanisme pembayaran hutang
66
#Salah Paham
67
#Masih Episode Salah Paham

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!