Rumah kediaman Anggara nampak ramai dikunjungi banyak orang hari itu, bahkan semakin sore, makin banyak saja tamu yang didominasi kerabat dan sanak famili.
Meski tidak mengadakan acara empat bulanan cucu pertama mereka dengan meriah, namun tetap saja banyak tamu yang hadir, kapan lagi biasanya keluarga berkumpul jika bukan pada momen seperti ini, jadi mereka menggunakan momen ini untuk reuni keluarga juga.
"Ieu besan?" tanya salah seorang kerabat yang baru pertama kali melihat wajah Delena. "Bule, ya!"
"Dia pikir si Satria bule turunan dari siapa? Kalo bapak lokal emak lokal, anaknya bule, perlu dipertanyakan proses pembibitannya kalo gitu ceritanya!" sindir Dina kepada kakak perempuannya.
"Eh iya, si mantu bule." Dia tertawa garing. "Haw ar yu!" sapanya pada Delena dengan pelafalan Inggris yang begitu kaku.
"Heleh, belaga ngomong bahasa Inggris, kerok dulu lidahnya sonoh Mpok!" Ucapan Dina memancing tawa yang lainnya.
"Saya bisa bicara bahasa Indonesia dengan baik. Euceu nu ti Bandung tea sanes? (Mbak yang dari Bandung itu kan?)" ucap Delena, dibubuhi senyumnya yang elegan.
"Tobat Gustiiiiiii. Aya Bule bisa ngomong Sunda," seru wanita tua yang lebih tua dari Dina itu.
"Abdi ti Cianjur, janten tiasa atuh nyarios basa Sunda, sakeudik-sakeudik (saya dari Cianjur jadi bisa lah, berbicara bahasa Sunda sedikit-sedikit)."
Makin takjub saja kakak dari Dina itu, mendengar pelafalan bahasa Sunda Delena yang cukup fasih. "Gustiiiiiii, asal teu percaya," lanjutnya.
"Bentaran lagi juga lagu kuntilanak berkumandang!" celetuk Kimy
"Si Borokokok, ngerakeun bae (Si Borokokok malu-maluin aja)!" sengit wanita yang bernama Dian itu.
"Lagu kuntilanak gimana?" tanya Dina bingung.
"Lah itu yang biasa si Uwa puter itu loh Bu, yang gini nih 'rambut panjang nu ngarumbai, disangkeh nyi Kunti Nyampai'" Kimy menyanyikan sepotong bait dari lagu berjudul Kalakang.
"Lain kitu lirikna siah, Borokokok!"
"Emang gimana?" tantang Kimy, memancing wanita tua itu bernyanyi.
"Kieu yeuh (begini nih)!" si Uwa nampak mulai mengambil nafasnya untuk bernyanyi lagu kesukaannya.
"Rambut panjang nu ngarumbay
Disangkeh panangan nyampay
Lalaunan raray tanggah
Rangkulan karaos pageuh..." 🎵🎵
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Waktu menuju acara syukuran hanya tinggal beberapa menit, para tamu undangan sudah menempati tempat duduknya masing-masing, sambil mengobrol menunggu acara dimulai.
"Satria mana?" tanya Rahardian, karena belum melihat tubuh tinggi Sang menantu.
"Lagi mandi dulu! Bentaran lagi juga beres," jawab Kimy yang nampak anggun dengan gaun panjang bercorak batik biru muda, ditambah lagi kerudung dengan warna senada hingga berhasil menutup keminiman akhlaknya.
"Ucuk, si Embek mana? Tadi dia mau pinjemin gue kemeja katanya." Thomas begitu tergesa-gesa.
"Masih mandi, baju udah disiapin di ranjang kamar, tinggal ambil aja!" jawab Kimy dengan sebelah sudut bibir yang ditarik ke atas. "Gak modal!" cicitnya.
"Gue sumpel rengginang tuh mulut!" balas Thomas sebelum berlari ke arah kamar.
Ternyata Satria sudah selesai mandi saat Thomas masuk ke dalam kamar bernuansa merah muda itu.
"Mana kemeja buat gue Mbek?"
"Tuh di atas kasur ada beberapa, pilih aja yang cocok!" jawab Satria yang sedang mengeringkan rambutnya.
"Cowok itu ngapain aja Bing, selama di sini? Gue liat tadi, dia juga masih ada di sini."
"Cowok? Siapa maksud lo?" Sepertinya Satria lupa akan kehadiran Tama.
"Si Tama, siapa lagi emangnya!" bentak Thomas sambil mengancingkan kemeja batik yang ia kenakan.
"Biasa aja kali. Yang dateng kan banyak. Emang gue merhatiin satu-satu!"
"Ah, elu mah emang gak pernah perhatian sama orang." Thomas kesal. "Gue ke depan lagi, takut calon makmum gue dipedekatein sama orang!"
"Kencengin tali kolor lu jangan sampe melorot sebelum waktunya, Ta!" seru Satria sebelum Thomas keluar.
Sepuluh menit menuju puncak acara, Satria sudah nampak gagah dengan baju kemeja model koko berwarna putih yang ia kenakan.
"Kimy mana Ra?" tanya Satria pada kakak iparnya, Amora.
"Udah di depan, cepetan sana, mereka tinggal nunggu elu doang!" jawab Amora, "eh Sat, kok kemeja lu beda sama Kimy? Bukannya katanya mau couple-an?"
Satria baru menyadarinya jika dirinya salah menggunakan kostum, bisa berabe urusannya jika Nyonya melihat dirinya tidak menggunakan kostum yang sudah mereka pesan sejak jauh-jauh hari.
"Gue ganti dulu deh!" Namun belum sempat Satria putar arah, tubuhnya tiba-tiba saja dicekal oleh tangan sang ayah mertua.
"Mau kemana lagi? Semua udah siap, tinggal nunggu kamu!"
Hati Satria terbagi dua, antara mengganti kostum dengan kemeja yang coraknya sama dengan yang istrinya kenakan atau tetap menggunakan baju itu, dan efeknya pasti akan terjadi acara siraman rohani tunggal yang akan dia dapatkan dari sang istri.
"Malah bengong, ayo cepetan!" Rahardian menarik paksa lengan kekar Satria agar mengikuti langkahnya.
"Tuh, calon ayahnya udah datang!" ucap salah seorang kesepuhan komplek sambil menujuk pria tampan yang nampak sibuk menyuguhkan air minum dalam kemasan kepada para tamu yang hadir.
"Ayo udah waktunya ini, udah telat lima belas menit malahan!" sambung seseorang yang kemudian menarik tubuh pria itu menuju tempat acara.
"Tunggu dulu!" Dia berusaha menahan diri.
Namun tanpa mengindahkan ucapnya, bapak-bapak yang menggiringnya itu memaksanya untuk duduk di sebelah sang calon ibu.
"Nih calon ayahnya udah ada, ayo kita mulai!" Setelah mendudukkan pria yang ia giring di samping Kimy.
Senyum cantik Kimy yang sedang dalam mode soleha seketika pudar melihat pria itu duduk di sampingnya.
"NGAPAIN LOH?" Mode soleha off, membuat semua orang bertanya-tanya konflik suami-istri apa yang sedang terjadi, hingga sang calon ibu begitu marah kepada suaminya.
"Gue juga gak tau, kenapa bisa gue digiring ke sini?" sahut Thomas tak kalah sewot.
Mata Kimy makin melotot saja kala melihat kemeja batik suaminya yang senada dengan yang ia kenakan malah dipakai musuh bebuyutannya.
"Kamu ngapain pake baju laki aku!" Kimy langsung berdiri dari duduknya.
"Pinjem!" jawab Thomas polos.
"Buka kemeja itu, aku gak suka kamu pake baju samaan sama aku!"
"Gue juga gak sudi couple-couple-an sama elu!" balas Thomas.
"Onta!" pekik Satria yang terlihat kesal melihat Thomas mengenakan kemeja batik yang harusnya ia kenakan. "cepet tukeran!"
Dan dalam beberapa detik suara gemuruh sorak memenuhi ruang tamu yang telah dipenuhi beberapa tamu undangan, saat melihat dua orang pria tampan dengan bentuk tubuh menawan berganti baju di hadapan mereka.
"Tobat Gustiiiiiii!" Dian, kakak Dina.
"Ya Allah Gustiiiiiii!" seru Dina juga.
Kedua kakak-adik minim iman itu berpelukan karena takjub melihat penampakan yang tersaji di depan mata.
Akhirnya acara tetap berlangsung tak tepat pada waktu yang telah ditentukan karena perdebatan tak berfaedah yang terjadi antara Kimy dan Thomas.
Thomas yang malu bercampur kesal, memilih bersembunyi di dapur, sambil mencicipi makanan yang ada di atas minim bar ruang makan itu.
"Nih!" Sebuah tangan berjari lentik menyodorkan sebotol air dingin dari dalam kulkas.
"Makasih," jawab Thomas yang sebenarnya malu untuk bertemu Amora di saat seperti itu. Dipermalukan di hadapan banyak orang saat acara penting, bukankah itu adalah sebuah momen yang cukup mengerikan? "Kamu gak ikut pengajian?" tanyanya, melihat Amora duduk di sampingnya.
"Gak kebagian tempat," jawab Amora yang sebenarnya pergi dari tempat duduknya dan mengikuti langkah Thomas dari belakang.
"Si Mbak Ara sama Mas Thomas bajunya samaan gitu, cocok euy!" seru Encus.
Sontak Amora dan Thomas langsung saling melirik baju yang mereka kenakan. Keduanya memang mengenakan baju berwarna putih gading.
"Tanda-tanda jodoh kali," celetuk Thomas membuat wajah Amora kembali merona.
"Eh ada calon penganten!" ujar Encus lagi melihat Tama yang ikut masuk ke dapur.
"Ah si Encus bisa aja!" jawab Tama kemudian duduk di samping Amora.
"Maksudnya penganten?"
"Nanti kalau udah deket waktunya, saya akan undang kok!" jawab Tama sambil tersenyum kemudian meneguk minuman di gelas Amora.
Bangsaat!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Muridan
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
2025-04-08
0
Ayni Hidayat
🤣🤣🤣🤣
2025-04-02
0
Neni Sumartini
waduh kayaknya ada yang salah paham nich 😂😂
2024-10-21
0