Entah berapa kali Kimy membuka ponselnya meski ia tahu tak ada notifikasi apapun yang ke ponselnya, ibu hamil itu mulai kesepian, karena Amora yang katanya akan menyusul ke kamarnya tak juga datang, tadinya ia berharap Satria akan menyusup ke dalam kamarnya seperti yang biasa suaminya lakukan meski Kimy mengusirnya keluar dari kamar, tapi sekarang?
Bahkan Satria nampak sudah terlelap di sofa ruang tengah saat Kimy mengintipnya dari pintu kamar. Dan untuk pertama kali dalam hidupnya Kimy menyesali ucapannya sendiri yang melarang Satria menemaninya tidur. Tak lagi-lagi Kimy bersikap seperti ini, karena kenyataannya dialah yang lebih membutuhkan suaminya.
Kimy membuka pintu kamar, dengan alasan untuk mengambil minum jika Satria bangun dan bertanya kepadanya, tapi sialnya suaminya itu tak sedikitpun terganggu dengan suara pintu yang sengaja ia hentakan, berharap Satria bangun kemudian merayunya agar diperbolehkan masuk ke dalam kamar dan akhirnya bisa menemaninya tidur.
Tapi…
Satria malah tak terlihat tak sedikitpun terganggu, dia masih terlelap dengan suara napas yang teratur.
"Ihhss!" Kimy kesal sendiri. Tadinya mencari minum adalah alasannya keluar, tapi melihat Satria nampak nyaman tidur di sofa dengan suara televisi yang masih menyala membuat Kimy merasa haus.
Jam di dinding dapur sudah menunjukkan pukul 11 malam, tapi perutnya yang terasa lapar membuat Kimy mencari makanan dari dalam kulkas.
Beruntungnya ibu hamil itu, karena saat itu ia menemukan beberapa kotak salad buah yang sepertinya akan ibunya kirimkan ke rumahnya, seperti biasa.
Kimy membawa satu bowl berukuran besar ke ruang tengah, tempat suaminya sedang menyelami mimpi.
Wanita itu sengaja duduk di atas dekat kepada suaminya, masih berharap pria itu terbangun karena terganggu oleh pergerakannya.
Hampir setengah mangkuk salad dia habiskan, tapi Satria tak kunjung bangun, padahal dia sengaja mengadukan sendok dan mangkuk hingga membuat dentingan yang cukup keras.
Dan akhirnya, kesabaran wanita hamil itu habis, diguncangnya tubuh Satria hingga membuat pria itu terpaksa membuka mata.
"Kenapa? Kamu baik-baik aja?" Satria panik, nyawanya yang masih berceceran di mana-mana membuat pria tampan itu panik karena keterkejutannya. "Ada yang sakit?" Sambil menangkup wajah Kimy yang cemberut.
"Gak."
"Pinggang kamu pegel lagi?" Tangannya pindah
Satria melirik jam dinding bulat dengan ornamen bunga kering di dalamnya yang tergantung di atas televisi. "Laper? Mau makan apa?" Nyawanya yang sudah mulai terkumpul membuatnya langsung ingat kebiasaan sang istri semenjak hamil di malam hari.
Kimy menggeleng, wajahnya masih cemberut. "Si Dedek pengen ditemenin Papanya!" Dengan nada kesal dia menjawab.
Ingin sekali Satria tertawa terbahak-bahak sambil mencubit pipi Kimy yang bulat itu, tapi sekuat tenaga ia menahannya, karena jika itu ia lakukan sama saja memancing siluman harimau yang mulai menjinak, hanya hatinya saja yang terus terkekeh dengan seutas senyum di wajahnya.
"Dedek Tobeli kangen Papa? Mau dielus-elus sama Papa sebelum bobo? Iya?" Satria seolah berbicara pada bayi mereka, "apa? Dedek mau ditengokin Papa juga? Kangen berat emangnya?" Dan sebuah jambakan pun mendarat di rambutnya.
"Gak ada acara tengok-tengokan!" ketus Kimy.
"Dedek yang bisikin aku tadi," alasannya.
"Bodoamat!"
"Gak boleh marah-marah Moy! Inget kata dokter, kamu harus jaga mood kamu supaya tetep bagus, udah mau masuk tri— Tri apa tuh?"
"Trimester!"
"Iya, udah masuk trimester ke tiga, jadi Bundanya Dedek Tobeli harus tetep hepi, jangan capek-capek, jaga pola makan, apa lagi tuh?" Satria sedang mengulang kembali wejangan dari dokter kandungan istrinya, sore tadi.
"Emang siapa yang bikin mood aku buruk?"
"Si Onta!" Sambil mengecup perut Kimy yang mulai membuncit.
"Alesan!"
"Kamu lagi makan salad?" Satria segera mengalihkan pembicaraan, "abisin dulu, nih tinggal dikit lagi!" Menyerahkan mangkuk berisi sisa salad buah yang belum habis Kimy makan.
"Udah kenyang!"
"Ya udah, aku abisin ya, baru kita bobo. Mubazir kalo kebuang."
Baru dekat dengan suaminya saja rasa kantuk sudah mulai menjalar, matanya mulai meredup, bahkan saat Satria membawa kepalanya untuk bersandar di pangkuannya Kimy pasrah, tanpa penolakan apapun. Karena sejatinya inilah yang dia butuhkan untuk membawanya terlelap, hanya sebuah kenyamanan dari kehangatan dan aroma tubuh suaminya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Pagi yang cerah untuk memulai hari, Kimy yang beberapa bulan ini mulai belajar memasak sudah membiasakan menyiapkan kopi dan sarapan untuk suaminya, meski masih dibantu oleh para pembantu rumah tangga, namun tetap saja itu adalah sebuah kemajuan pesat untuk si Manja dan cengeng Kimy.
"Kamu ngantor juga Dek?" tanya Amora melihat Kimy sudah rapi dengan stelan kerjanya.
"Iya, setor desain doang sih," jawab Kimy sambil meneguk susu hamilnya yang rasa coklat.
"Sat, ikut bareng ya! Mobil gue kan masih di rumah lu!"
Satria hanya mengangguk karena mulutnya sedang sibuk mengunyah sandwich yang Kimy buatkan untuknya tadi.
"Sore bisa temenin aku belanja gak, Kak?"
Amora dan Satria kompak menatap ke arahnya, seolah bertanya, 'Kak yang mana nih?'
"Kak Ara, bukan kamu!" jawab Kimy.
Satria bernapas lega, karena baginya menemani istri belanja adalah hal yang paling membosankan di dunia ini, ditambah lagi saat dirinya harus menjawab pertanyaan 'bagusan yang mana menurut kamu?', sebuah pertanyaan sederhana namun kadang sangat sulit ia jawab. Merepotkan!
Wajah Amora nampak bingung, sebab sore ini selepas pulang dari kantor, dia sudah ada janji dengan Thomas menonton film yang kemarin tak jadi mereka tonton karena tragedi Tato kupu-kupu yang sangat mengguncang hatinya.
"Gak bisa ya?" Kimy langsung bisa membaca raut wajah kakaknya.
"Kalau besok gimana?" usul Amora.
"Gak usah deh, aku jalan sama Elsa aja. Udah lama juga kita gak jalan bareng."
"Elsa yang kata kamu papanya naksir mama itu?" tanya Satria.
"Iya. Dulu si Elsa kesel banget waktu papanya keliatan naksir Mama, eh pas tau Mama itu Mama kamu dan masih belum cerai dari Papa, dia malah kesel sama Mama." Kimy hampir tertawa membayangkan bagaimana kesalnya Elsa dulu.
"Lah, kok jadi kesel sama Mama?"
"Katanya Mama jahat, udah pehapein papanya," jawab Kimy sambil bangun dari kursi makan. "Udah beres kan? Jalan sekarang yuk!" Karena hari sudah mulai siang.
Bagaimana pun Kimy tetap punya malu sebagai karyawan perusahaan tempat ia bekerja untuk datang terlalu siang, ditambah lagi selama hamil ini dirinya lebih banyak bekerja di rumah, kemudian menyetorkan hasil kerjanya tiap hari senin pagi.
"Ra, ada Nak Tom-Tom!" seru Dina dari pekarangan rumah yang sedang merapikan bunga-bunga di halaman rumahnya.
"Ngapain si Onta pagi-pagi ke sini?" tanya Kimy. "Kok, Ra sih? Dia ke sini mau jemput Kak Ara?" selidiknya pada Amora.
Malas menjawab pertanyaan adiknya Amora segera berlari tergesa-gesa, bahkan teh manis yang sengaja Encus buat untuknya pun tak ia minum. "Gak jadi bareng, Sat. Gue duluan."
Dia tak tahu Kimy ikut mengikuti langkahnya, benar saja Thomas yang pagi itu terlihat menawan dengan kemeja marun dan dasi hitamnya, nampak tersenyum lebar saat melihat wajah sang kakak yang kini merona. Dan itu membuat Kimy geli.
"Aku udah pesen online tiket nonton buat nanti sore!" ujar Thomas bangga, baginya kencan pertamanya dengan Amora harus berjalan dengan baik, itung-itung sebagai permintaan maafnya atas tragedi yang tak mengenakan kemarin, dia tidak sadar jika ada wanita buncit yang sedang mencuri dengar di belakang pintu rumah.
"Jahatnya Onty. Ternyata Onty lebih milih nemenin Onta nonton daripada nemenin kita belanja, Dek!" ucap Kimy dengan lantang dengan wajah seolah terpuruk atas apa yang kakaknya lakukan, membuat Amora merasa tidak enak hati padanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
putri
dede tobeli biarkan onty sama ontanya kecan dulu yaa 🤭
2024-04-12
1
Dende Kesie
sesekali ngalah dong sama onti dedek tobeli...🤭🤭
2023-07-11
0
Triple R
sama kebiasaan laki gw. mending belanja sendiri
2023-01-17
0