Sementara di dalam mobil lainnya, kedua pria minim akhlak sedang dilanda rasa tak menentu, terutama Thomas. Dia tak ingin Amora kembali mengabaikannya, bahkan parahnya lagi, gadis itu malah mencampakkan dirinya.
"Gue harus gimana?"
"Minta maaflah!" jawab Satria yang sedang fokus di belakang kemudi, menjaga jarak agar mobil yang ia kendarai tak terlalu dekat dengan mobil Amora kendarai.
"Dari tadi juga gue udah minta maaf," jawab Thomas sewot.
"Lah terus, masalahnya?"
"Dia malah bilang 'aku gak apa-apa', gitu katanya." Thomas masih sangat tegang.
"Mammpus lu! Gue sih mending diomelin 7 hari 7 malem daripada harus denger kata-kata keramat itu. 'Aku gak apa-apa' bagi cewek itu artinya, tamatlah riwayatmu!" ucap Satria dengan tatapan mengerikan.
"Jangan nakut-nakutin gue Embek!" Thomas menjambak rambut sahabatnya yang beberapa saat lalu pernah ia pecat sebagai sahabat.
...--------------------------------...
...----------------...
"ASSALAMU'ALAIKUM!" seru Kimy begitu nyaring.
"Waalaikumsalam!" Anggara yang menjawab salamnya. "Loh, kok kalian datang berdua? Suami kamu mana?" tanyanya sambil celingak-celinguk mencari keberadaan Satria.
"Palingan bentaran lagi juga nyampe," jawab Kimy sambil meraih tangan tua itu untuk ia cium.
Sedangkan Amora langsung mengerutkan kening mendengar jawaban Sang adik yang terlihat begitu yakin jika Satria akan datang beberapa saat lagi. Bukannya jelas-jelas tadi Kimy melarangnya untuk ke sini?
"Kenapa lagi? Pasti berantem lagi. Kamu tuh—"
Belum juga selesai Dina menceramahinya, Kimy langsung nyelonong masuk ke dalam ruang makan. "Dipause dulu siraman rohaninya, jamaah udah kelaperan!" Yang langsung memposisikan dirinya di meja makan.
"Jamaah dia kata!" dumel Dina. "Kenapa lagi adek kamu?" Kini Dina bertanya pada si Sulung yang lebih enak diajak bicara.
"Aku juga laper!" Amora ikut melengos ke dapur tapi untuk ikut membantu para pekerja rumah tangganya untuk menyiapkan makan malam keluarga.
Ayam bakar madu ditambah aneka lalapan beserta tahu-tempe bacemnya menjadi menu makan malam keluarga saat itu. Rahardian bahkan terlihat sudah tidak sabaran untuk memulai acara makan malam dengan menu yang ia pesan kepada istrinya sore tadi.
Tapi hal itu tidak berlaku untuk kedua kakak beradik yang tiba-tiba saja menjadi tamu tak diundang di acara makan malam keluarga tersebut.
"Aku mau makan ikan aja." Kimy langsung angkat kaki dari meja makan.
"Kakak juga!" Amora ikut bangkit mengikuti Sang adik berjalan ke dapur.
"Hei, jangan suka pilih-pilih makanan! Biasanya juga kamu suka banget ayam bakar yang ibu buat!" teriak Dina kepada kedua putrinya .
"Kita lagi males makan ayam, takut ada tato kupu-kupu di paha kanannya!" Jawaban Kimy membuat semua orang bingung, kecuali Amora tentunya.
Akhirnya ketiga orang tua itu memilih untuk makan malam terlebih dahulu daripada harus menunggu kedua kakak beradik itu selesai memanggang ikan.
Satria dan Thomas datang 30 menit setelah Kimy dan Amora menyelesaikan makan malam mereka. Karena tadi sebelum ke rumah itu Satria dan Thomas sengaja mampir ke restoran yang ada di dekat perumahan kediaman Anggara. Merayu dan meminta maaf juga butuh cukup tenaga, bukan?
"Kamu sama Nak Tom-tom udah makan?" tanya Dina dengan ramah.
"Udah Bu, tadi di restoran depan," jawab Thomas.
"Oh, kalau belum makan, mau ibu siapin makan malem, tadi ibu bikin ayam bakar madu yang kamu suka itu loh, Sat."
Ayam lagi!
Kali ini tawaran makan dari Dina membuat Satria dan Thomas ketar-ketir.
"Hei, ada suami kamu itu. Tawarin kopi, kek, apa kek!" perintah Dina pada Kimy yang pura-pura sedang menonton televisi, sedangkan Amora tak tampak di sana karena telah pergi ke kamar untuk membersihkan diri.
"Palingan ke sini juga numpang pipis!" jawab Kimy namun matanya tetap pada layar televisi.
"Kalau Satria mau numpang pipis, Nak Tom-tom mau ngapain? Pipis juga? Atau minta dibuatin susu anget lagi?"
Wow!
Mendengar celetukan Dina tiba-tiba saja membangkitkan sesuatu yang tak seharusnya bangkit di dalam sana. Kehangatan pelukan Amora siang tadi membuat perpaduan otaknya yang cerdas dan mesum kembali membayangkan hal yang tak semestinya ia bayangkan.
Di saat itu terlihat Amora menuruni tangga dengan sebuah bantal hamil yang cukup menyulitkan langkahnya. Karena sebelumnya Kimy memintanya untuk menemaninya tidur di kamar tamu yang ada di lantai bawah, dekat kamar barunya yang belum rampung direnovasi. Perut adiknya yang makin besar membuatnya mudah merasa lelah jika harus naik-turun tangga.
"Baru mau ditemenin tidur," ucap Amora melihat Satria dan Thomas di sana.
Hati Thomas tiba-tiba saja terasa nyeri saat melihat Amora hanya memandangnya sekilas tanpa ekspresi. Benar apa kata Satria tadi, jika kata 'gak apa-apa' yang Amora ucapkan padanya tadi bermakna bahwa tamatlah riwayat percintaannya yang belum saja dimulai.
Ralat!
Baru saja akan dimulai, karena siang tadi mereka sudah saling berpelukan, bukan!
"Ra, bikinin Satria sama Thomas min—"
"Gak usah repot-repot, nanti saya bisa ambil sendiri, Bu!" Thomas segera menyambar ucapan Dina.
"Oh, ya udah!" jawab Amora yang langsung duduk di samping Kimy dan ikut pura-pura menikmati siaran televisi.
Wanita itu memang seperti seekor anak kucing yang kadang bisa langsung berubah menjadi seekor Harimau. Sedikit saja pria mereka berbuat salah, maka tak ada lagi wajah lucu dan menggemaskan seperti seekor anak kucing, karena anak kucing manis itu telah berubah menjadi seekor Harimau yang liar yang ganas.
Detik dan menit berganti dengan begitu mencekam, bagi Thomas. Karena selama lebih dari 30 menit Amora tak pernah menimpali ucapannya saat mereka mengobrol bersama para orang tua yang ada di sana.
Untung saja Rahadian terus mengajaknya berdiskusi tentang perusahaannya yang sepertinya akan memenangkan tender dari pemerintah.
"Kali ini ngambek karena apa lagi?" tanya Dina pada si Bungsu.
"Tato kupu-kupu," jawab Kimy dan Amora kompak. Dan hal itu sontak membuat Dina dan Rahardian sedikit terkejut, pasalnya Amora juga ikut menjawab dengan nada kesal.
Dina menghembuskan napasnya melihat kemarahan di wajah kedua putrinya. Dina juga yakin, si Tato Kupu-kupu lah yang membuat Amora nampak cuek pada Thomas.
"Yah, udah malem. Bukannya besok subuh Ayah harus terbang ke Surabaya, ayo tidur!" Dina mengingatkan suaminya, dengan sedikit mendesak.
Tanpa sedikitpun curiga, Rahardian langsung bangkit dan pamit kepada Satria dan Thomas. Sedang Anggara telah lama pamit lebih dulu ke kamarnya.
"Aku juga ngantuk," timpal Kimy.
"Yuk, aku juga udah ngantuk," sambung Satria yang sedang berpura-pura tak terjadi apa-apa diantara mereka.
Sang Harimau betina langsung menunjukkan taringnya. Matanya menatap tak suka pada pria yang tadi mengganggu acara ngidamnya di warung pecel ayam.
"Kamu mau bobo, kan? Ayo aku temenin."
"Siapa juga yang mau bobo sama kamu, pulang sonoh! Si Dedek lagi kesel gegara acara ngidamnya keganggu tato kupu-kupu," ujarnya angkuh.
Pulang sonoh, pulang sonoh. Nanti malem-malem nyuruh ke sini lagi, nagih ketek. Tidur masih nyempil di ketek laki aja, belagu!
Ingin sekali Satria mengucapkan apa yang hatinya gerutukan.
"Ya udah, aku tidur di sini aja!" tunjuknya ke sofa panjang yang ada di ruang tamu.
"Bodoamat!" Kimy langsung berjalan ke kamar tamu, diiringi hembusan napas pasrah Satria. "Kak Ara, aku duluan ya!" ucapnya pada Amora.
"Bisa bicara sebentar?" pinta Thomas pada Amora.
Sebetulnya Amora sudah tak lagi marah kepadanya setelah mendengar wejangan jadi si Psikolog Cinta, meskipu begitu tak bisa dipungkiri hatinya masih sedikit kesal kepada Thomas.
"Di teras aja!" Amora berjalan memimpin.
Udara malam di awal musim panas, terasa begitu menyejukkan saat kulit Amora di sapa oleh semilir angin di teras rumah, purnama nampak jelas di ufuk timur, begitu bulan, tanpa ada awan yang menghalangi.
"Ra, aku—"
"Aku tahu!" potong Amora.
"Tahu apa?"
"Tahu kalau kamu mau minta maaf," jawabnya singkat.
"Terus?"
"Terus kamu maunya apa?" Amora balik tanya.
"Aku maunya kamu gak marah lagi sama aku!"
Amora pun nampak mengangguk. Wajahnya yang tanpa ekspresi menyulitkan Thomas untuk bisa membaca isi hati gadis cantik yang kini duduk di samping dirinya.
"Kamu gak marah lagi?" Thomas memastikan.
"Cuma masih kesel dikit."
"Maaf, udah bikin kamu kecewa di hari pertama kita saling ungkapkan perasaan kita!" Thomas menatap wajahnya dengan tulus.
"Tapi lain kali, kamu harus lebih hati-hati bicaranya. Soalnya, aku bukan Kimy yang mudah meluapkan amarahnya, dan setelahnya bisa kembali tersenyum dan manja. Aku bukan perempuan seperti itu. Aku gak punya hati yang selapang hati Kimy." Amora tidak tahu saja, jika awal pernikahan adiknya, Kimy pun sama seperti dirinya. Sulit mengungkapkan kemarahannya.
"Mulai sekarang, belajar lah ungkapin perasaan kamu, apapun itu, supaya aku tau apa yang kamu suka, apa yang kamu gak suka atau apapun itu."
"Sepertinya emang aku harus mulai mencoba itu." Amora kembali tersenyum. Senyum yang begitu cantik hingga Thomas tak tahan untuk segera menerkamnya.
"Yuk!" ajak Thomas tiba-tiba.
"Kemana?" Dengan wajah bingung.
"Ke KUA." Sambil mengedipkan mata kanannya.
...Challenge like 20k, gagal dilakukan kemaren. Hari ini kita ulang yuk!🤭...
...Satu lagi, yang mau masuk grup panggil nama Bumblebee 3x, nanti diacc🤣🤣...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Mayyuzira
hahahaha
2024-09-10
0
putri
🤣🤣🤣🤣🤣
2024-04-12
1
Borahe 🍉🧡
hahahha Kikim. gemes gw ama lu
2023-12-02
0