Histeris

Jalanan Ibukota yang rutinitasnya penuh dengan kemacetan. Roma tak henti-hentinya menangis membuat Rendi merasa bingung karena saat ditanya Roma hanya menjawab "Cepatlah Ren..."

Bagaimana mungkin Rendi menembus kemacetan jalanan saat itu, karena itu adalah waktu orang kembali dari jam makan siang.

"Kamu kenapa sih Ly? Cerita dong ada masalah apa dirumah sakit?"

Roma hanya diam saja ia masih sibuk dengan handphonenya entah siapa yang coba ia hubungi.

Flashback On

Acara syukuran atau tasyakuran Aqiqah anak Zio dan Rara sudah dimulai. Doa dalam pelaksanaan Aqiqah pun sudah dibacakan.  Karena dalam pelaksanaannya ada beberapa doa yang hendaknya dibaca agar ibadah menjadi sempurna seperti doa ketika menyembelih hewan Aqiqah, seperti kambing Aqiqah, doa ketika mencukur bayi, doa ketika meniup ubun- ubun bayi, dan doa walimatul Aqiqah.

Saat duduk bersama dengan Zia dan teman-temannya tiba-tiba Roma mendapatkan telepon dari Rumah Sakit.

"Sebentar ya Zi, aku angkat telepon dulu." bisik Roma karena tidak ingin mengganggu yang lain.

Roma berjalan menjauh dari teman-temannya.

"Ada apa Dew?" tanya Roma saat melihat Dewi yang menelponnya.

Roma mendengar ada keributan di Rumah Sakit dan Dewi tampak bingung dan ketakutan.

"Dokter... Anu dok, Cinta histeris dok." Suara Dewi gugup dan ketakutan.

"Apa? Bagaimana bisa?" Roma terkejut dan sangat cemas dengan keadaan Cinta.

"Maafkan saya dok. Tadi Ayah tirinya Cinta datang dok."

"Apa itu mungkin? Ayahnya kan dipenjara? Terus kamu dimana tadi" Roma menahan amarahnya, sebab akan sangat sulit menenangkan Cinta bila dia sudah mulai histeris lagi.

"Maafkan saya dok, tadi perut saya mules dok jadi saya ke toilet. Setelah itu saya dengar Cinta sudah histeris dok. Maafkan saya dok" Terdengar suara Dewi yang menangis disebrang sana.

"Baiklah kamu tenanglah saya akan segera kesana." Roma memutuskan panggilan teleponnya.

Flashback off

Roma langsung berlari begitu sampai di Rumah Sakit meninggalkan Rendi yang masih bingung tanpa penjelasan apapun darinya. Roma tak peduli lagi dengan orang-orang yang menatapnya aneh. Orang-orang menatapnya aneh karena ia berlari sambil menangis.

Roma melihat Dewi sudah terduduk lemas didepan kamar Cinta, Roma tahu kalau Dewi tak berani mendekati Cinta bila Cinta mulai histeris.

"Dokter... maafkan saya dok." Dewi berjalan mendekati Roma saat melihat Roma berlari kearahnya.

Roma menarik nafas dan menenangkan dirinya. Dihapusnya airmatanya lalu mengambil snelli (Jas dokter) miliknya.

"Bagaimana kejadiannya?" tanya Roma setelah dapat mengendalikan dirinya.

"Saya juga tidak tahu pasti dok, tadi saya ke toilet dan ketika kembali saya dengar Cinta sudah histeris lalu saya meminta bantuan perawat yang lain tapi mereka tidak ada yang berani mendekati Cinta dok. Saya juga tidak berani meminta bantuan perawat cowok karena takut Cinta semakin histeris."

"Bagaimana kamu tau kalau yang menggangu Cinta itu Ayah tirinya?"

"Tadi saya minta bantuan security untuk melihat CCTV dikamar Cinta dan itu benar Ayah tirinya dok."

Dewi memperlihatkan rekaman CCTV dilayar VC yang ada dimeja perawat.

"Apa kamu masih ada menyimpan stock boneka panda dan coklat?" Roma sangat tahu kesukaan Cinta dan akan mencoba mendekati Cinta dengan mainan dan makanan favoritnya.

"Sepertinya masih ada dok, sebentar saya ambilkan dulu." Dewi bergegas mengambil boneka dan coklat yang di simpan di loker miliknya.

"Ini dok." Dewi memberikan boneka dan Coklat yang diambilnya kepada Roma.

Roma menyiapkan beberapa suntikan obat penenang untuk Cinta yang masih histeris.

"Dikamar Cinta tidak ada benda tajam kan?" tanya Roma memastikan.

"Tidak dok, tapi..." Dewi menghentikan ucapannya.

"Tapi kenapa?" Roma menautkan kedua alisnya melihat Dewi yang gugup. "Katakanlah."

"Tadi Cinta melemparkan gelas ke arah Ayah tirinya dan pecahan gelas itu masih ada disana dok.

"Damn..." umpat Roma lalu mempercepat persiapannya.

"Dew kamu ikut saya. Kamu Agnes tolong panggilkan dokter Rendi sekarang."

"Tapi kenapa dokter Rendi dok? Bukannya Cinta takut sama laki-laki?" tanya Agnes ragu kalau Roma takut salah memberi perintah.

"Kalau saya bilang panggil dokter Rendi ya panggil." Roma emosi saat ada perawat yang membatah perintahnya.

"Baik dok, maaf." lalu mengetik nomor ponsel Rendi pada tombol telepon.

"Dew, kamu pegang bonekanya. Kita masuk sekarang." Roma memasukkan obat injeksi kedalam Snelli miliknya.

"Baik dok."

Roma melihat darah pada tangan Cinta. Ia histeris melihat darah yang ada ditangannya. Ia berpikir kalau itu adalah darah dari ***********.

Roma membuka pintu secara perlahan, Karena saat Histeris Dewi langsung mengunci pintu kamarnya.

"Cinta... Cinta... ini Kak Uly sayang."

Tidak ada sahutan dari Cinta ia malah semakin histeris.

"Ee... ini ada boneka panda, Cakep banget boneka siapa ya?"

Suara Cinta mulai pelan tidak lagi teriak-teriak.

"Apa ini punya Cinta?"

Cinta meringkuk dan memeluk kedua kakinya.

"Aaaa.... jangan mendekat... Aaaa..." Cinta kembali histeris.

"Cinta ini Kak Uly sayang."

"Jangan... ampun... ampun..."

Darah ditangan Cinta semakin banyak ternyata Cinta menggenggam pecahan gelas ditangannya.

"Ampun... Ayah jangan sakiti Cinta. Ampun..."

Roma terkejut dengan apa yang dikatakan Cinta. Selama ini Cinta tidak pernah menyebutkan siapa yang telah menyakitinya.

"Cinta,..." Roma mendekat mencoba memeluk Cinta namun gerakan tangan Cinta lebih cepat untuk menepis tangan Roma sehingga pecahan kaca yang ada ditangan Cinta melukai lengan Roma.

"Aauu..." Roma meringis kesakitan.

"Dokter tidak apa-apa?"

"Aaaa...." Cinta semakin dalam menggenggam pecahan kaca yang ditangannya membuat darah yang ditangannya semakin mengakir deras.

"Diamlah Dew... Aku tidak apa-apa." ucap Roma dengan menggunakan gerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.

"Cinta... tenanglah ini Kak Uly. Kamu mau coklat?" Roma menyodorkan coklat yang ditangannya ke depan Cinta.

Cinta kembali tenang lalu mengambil coklat yang ditangan Roma dengan cepat lalu membuka dan memakannya. Pecahan kaca yang ditangan Cinta dilepaskannya lalu dengan cepat Roma menyingkirkan kaca tersebut.

Saat Cinta menikmati coklat pemberian Roma dengan rakus barulah dengan perlahan Roma mendekati Cinta dan menyuntikkan obat penenang kepada Cinta. Perlahan tubuh cinta lemas dan tidak sadarkan diri.

"Apakah dokter Rendi sudah datang?" tanya Roma saat Cinta sudah tertidur.

"Wah... udah Cantik pinter banget dokter Uly. Bagaimana dia kepikiran soal coklat aku saja lupa kalau Cinta suka coklat. Kalau tidak ada coklat mungkin Cinta takkan melepaskan pecahan kaca itu dari tangannya. Bahkan dia memanggil dokter Rendi lebih dulu. Apa dia dapat memprediksi masa depan? Apa dia punya ilmu seperti anak Indigo? Bagaimana mungkin dia tahu kalau saat ini Cinta akan membutuhkan dokter Rendi?"

"Dewi, kenapa kamu bengong? Apa dokter Rendi sudah datang?" Roma mengulangi pertanyaannya saat melihat Dewi hanya diam terpaku.

"Aku udah disini Uly." ucap Rendi sudah siap dengan peralatannya.

"Terimakasih."

"Aku tidak terima Terimakasih mu itu." Rendi mempersiapkan APDnya lalu mendekati Cinta.

"Lalu kamu mau apa?"

"Gue mau elu" Ingin Rendi menjawab begitu namun yang keluar dari mulutnya justru berlawanan.

"Kenapa kamu ga bilang kalau pasienmu dalam bahaya."

"Maaf... tadi pikiranku juga kacau karena aku belum melihat kondisinya langsung."

"Ga perlu minta maaf." ucapnya datar.

"Lalu aku harus gimana?"

"Jadilah pacarku"

Rendi sambil menjahit tangan Cinta yang terluka.

"Ini lukanya sangat dalam dan beberapa arterinya putus dan harus diikat dulu untuk menghentikan perdarahannya."

"Karena itu aku memanggilmu. Kau pasti lebih ahli dalam hal ini."

"Aku lebih ahli dalam mencintaimu Uly."

"Hei, kau terluka?" tanya Rendi saat melihat luka di lengan Roma.

"Luka kecil, kamu selesaikan pekerjaanmu sebelum Cinta bangun. Dia pasienku dan dia tidak bisa melihat ada laki-laki didekatnya."

"Kenapa? Sepertinya dia spesial buatmu?" Rendi penasaran, karena ia baru tahu pasien Roma yang satu ini.

"Dia depresi, korban pelecehan Ayah tirinya sendiri. Dan bahkan Ibunya lebih memilih Ayah tirinya itu dibandingkan dia yang darah dagingnya sendiri."

"Kau menyukainya?"

"Aku bahkan sudah menganggapnya sebagai adikku sendiri."

"Selesai, sekarang giliranmu."

Setelah difavoritkan jangan Lupa Like, Coment dan Vote ya Kakak...

Tinggalkan jejakmu untuk Semangat ku 🤗

Episodes
1 Prolog
2 Negosiasi
3 Bahagianya Bersamamu
4 Histeris
5 Aneh Tapi Aku Suka
6 Ciuman Pertama
7 Roma VS Uly
8 Lagi Bucin
9 Lunch
10 Cuma Nanya
11 Pariban dari Medan
12 Lamunan Panjang
13 Lamaran Mami
14 Bany VS Tommy
15 Cemburu
16 Duren
17 Mengejar Restu
18 Lea
19 Ga Tahan
20 Main Gulat
21 Salah Lagi
22 Anyep
23 Menggumam bukan Membatin
24 Pasien Baru
25 Menggores Luka Lama
26 Lepas Bang, Sakit...
27 Masalah Lain
28 PERTUNOR
29 Syarat
30 Halalkan Aku
31 Di Uji
32 Berpisah
33 Kemana Perginya
34 Bertemu Ken
35 Mual dan Muntah
36 Saksi Mengatakan "Sah"
37 Restu Bara
38 Lalai
39 Siapa Kau?
40 Ledakan Bom
41 Anak Durhaka
42 Pengakuan Tio
43 Roma Pulang Kerumah
44 Lamaran Part-1
45 Lamaran Part-2
46 Udah SAH
47 Teror
48 Surga Dunia
49 Manis-manis Pedes
50 Siapa Tahu–Tempe
51 Jangan!!!
52 Hanya Kecewa
53 Perasaan Bersalah
54 Apa yang Harus Kulakukan?
55 Maafkan Aku Harus Pergi
56 Panggillan Terakhir
57 Second Opinion
58 Mas Tommy Tolong Aku–
59 Keluar–!
60 Sultan Mah Bebas
61 Pembalut
62 Thanks For Your Love
63 Kemarahan Togar
64 Menyerah
65 Anunya–
66 Mau SGM
67 Cewek Apa Cowok?
68 Kendrick Ivander
69 Tak Segampang buat Adonan Kue
70 Olahraga Malam dan Olahraga Pagi
71 Pelengkap Keluarga
72 Kejutan
73 Shopping Limited Edition
74 Hadiah Rendi
75 Dua Garis
76 Tidak Ada Ampun
77 Cemburu Tanda Cinta
78 Gara-gara Banci
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Negosiasi
3
Bahagianya Bersamamu
4
Histeris
5
Aneh Tapi Aku Suka
6
Ciuman Pertama
7
Roma VS Uly
8
Lagi Bucin
9
Lunch
10
Cuma Nanya
11
Pariban dari Medan
12
Lamunan Panjang
13
Lamaran Mami
14
Bany VS Tommy
15
Cemburu
16
Duren
17
Mengejar Restu
18
Lea
19
Ga Tahan
20
Main Gulat
21
Salah Lagi
22
Anyep
23
Menggumam bukan Membatin
24
Pasien Baru
25
Menggores Luka Lama
26
Lepas Bang, Sakit...
27
Masalah Lain
28
PERTUNOR
29
Syarat
30
Halalkan Aku
31
Di Uji
32
Berpisah
33
Kemana Perginya
34
Bertemu Ken
35
Mual dan Muntah
36
Saksi Mengatakan "Sah"
37
Restu Bara
38
Lalai
39
Siapa Kau?
40
Ledakan Bom
41
Anak Durhaka
42
Pengakuan Tio
43
Roma Pulang Kerumah
44
Lamaran Part-1
45
Lamaran Part-2
46
Udah SAH
47
Teror
48
Surga Dunia
49
Manis-manis Pedes
50
Siapa Tahu–Tempe
51
Jangan!!!
52
Hanya Kecewa
53
Perasaan Bersalah
54
Apa yang Harus Kulakukan?
55
Maafkan Aku Harus Pergi
56
Panggillan Terakhir
57
Second Opinion
58
Mas Tommy Tolong Aku–
59
Keluar–!
60
Sultan Mah Bebas
61
Pembalut
62
Thanks For Your Love
63
Kemarahan Togar
64
Menyerah
65
Anunya–
66
Mau SGM
67
Cewek Apa Cowok?
68
Kendrick Ivander
69
Tak Segampang buat Adonan Kue
70
Olahraga Malam dan Olahraga Pagi
71
Pelengkap Keluarga
72
Kejutan
73
Shopping Limited Edition
74
Hadiah Rendi
75
Dua Garis
76
Tidak Ada Ampun
77
Cemburu Tanda Cinta
78
Gara-gara Banci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!