Cuma Nanya

Makan bersama pasangan yang kita cintai adalah dambaan setiap pasangan yang tengah jatuh cinta.

Sama halnya dengan Roma ini adalah pertama kalinya ia makan berdua dengan Tommy. Roma baru menyadari bahwa Tommy membawanya ke Restoran yang dominan dengan warna-warna putih dan abu-abu ini termasuk Instagrammable banget loh!

Keduanya menikmati hidangan makanan yang sudah tersedia dihadapan mereka.

"Tommy... Kamu dengan siapa?" suara seseorang dari belakang mengejutkan mereka.

Tommy dan Roma pun menatap langsung ke pemilik suara itu.

"Mami–." Tommy seperti kepergok melakukan kesalahan ia begitu gugup dan salah tingkah.

"Ini nak Roma ya kan." Indah sangat bahagia melihat wanita yang makan bersama putranya adalah Roma.

"Ia Tante, apakabar Tante?" Roma mencium punggung tangan wanita paruh baya itu yang tidak lain adalah Indah, Ibu dari Pria yang telah memporak-porandakan hatinya.

"Kenapa panggil Tante lagi. Mami kan udah bilang panggil Mami aja." Indah meraih tangan Roma dan menepuk punggung tangan Roma dengan lembut.

"Maaf Tan... eh maksudnya Mami, Roma lupa."

Indah melirik kearah Tommy "Tom, Mami pinjam Roma sebentar ya."

Tanpa menunggu persetujuan dari Tommy, Indah langsung menarik tangan Roma berjalan beriringan dengan Indah memasuki sebuah private room yang ada di Restoran itu.

Roma begitu terkejut melihat banyak orang yang disana.

"Maaf ya jeng, saya terlambat." Indah menyapa teman-temannya lalu duduk diantara wanita-wanita yang berada ditempat itu.

"Siapa mereka? Apa mereka Ibu-ibu sosialita? Apa Ibu-ibu Arisannya Mami?"

"Jeng Indah siapa gadis cantik yang bersama jeng itu?" Seorang wanita paruh baya yang mungkin umurnya sudah lebih dari setengah abad itu namun masih terlihat cantik di usia sudah tidak muda lagi.

"Oh iya hampir lupa. Ini calon menantuku, namanya Roma. Cantik kan Jeng?" Indah meminta penilaian dari teman-temannya. Sementara Roma hanya tersenyum kikuk bingung mau melakukan apa.

"Ga Mami ga anaknya langsung main klaim aja kalau aku ini calon menantunya tanpa tanya pendapat ku dulu. Huufft"

"Wah, berarti pesta dong jeng Indah bentar lagi." ucap wanita yang berbaju serba biru yang duduk di sebelah Indah.

"Doakan ya Jeng–"

"Mami bahagia sekali, seperti sudah sangat lama mendambakan seseorang menantu. Bagaimana dengan Zia dulu ya? Pasti dia juga bahagia memiliki mertua yang sebaik Mami."

"Pekerjaannya apa jeng, cantikan anakku kemana-mana Jeng. Nak Tommy katarak kayaknya ya ga bisa pilih cewek." ucap wanita berkacamata yang melihat sinis kearah Roma yang ternyata sudah lama ingin menjodohkan putrinya pada Tommy.

"Kenapa pula si malam satu ini? Sewot banget liat gue. Awas lepas tuh mata dari tempatnya Tante. Lagian Tante kali yang katarak." Gerutu Roma dalam hati.

Indah tahu kalau Roma tidak nyaman dengan ucapan temannya itu.

"Eh, jeng Santi jangan gitu dong, kalau saya sih tergantung Tommy aja Jeng, dia kan udah pernah gagal sekali, tentunya akan lebih selektif memilih pasangan hidupnya Jeng. Kalau seandainya anak jeng Santi jodohnya anak saya, saya pasti dukung. Tapi hati anak saya ke pincutnya sama gadis yang disamping saya ini Jeng." Jelas Indah namun tetap saja temannya itu merasa tidak terima.

"Tapi putri saya itu juga anak tunggal jeng. Otomatis semua harta warisan keluarga akan jatuh ke tangannya." Santi masih ngotot membanggakan putrinya.

"Saya ga cari harta Jeng, saya lebih suka wanita yang bisa membahagiakan anak saya."

"Anak jeng Santi kan sudah Janda jeng dia juga sudah pernah gagal, biarlah anak jeng Santi menentukan pilihannya sendiri kita sebagai Orangtua hanya mendukung saja. Bukankah suami pertamanya adalah pilihan Jeng Santi dan pernikahan mereka juga terkenal dengan pernikahan politik, bukan begitu jeng?" sindir Wanita berbaju biru itu yang sengaja membuka aib dari wanita paruh baya bernama Santi itu, secara tidak langsung ia mengatakan bahwa kegagalan putrinya itu karena telah menikahkan dengan pria pilihannya.

"Sudah. Sudah, kenapa kita jadi bahas masalah anak-anak sih. Kita disini kan mau Arisan." Wanita cantik yang berumur 50 tahun itu pun melerai adu argumen mereka.

Suasana sudah menjadi tidak nyaman. Dan syukurnya Tommy langsung menghampiri Maminya masuk ke private room dimana Roma berada.

"Mam, aku harus bawa Roma kembali ke Rumah Sakit." Tommy tersenyum menundukkan kepalanya kepada teman-teman Maminya.

"Aish kenapa ga dari tadi sih Bang datangnya."

"Ngapain ke Rumah Sakit? Memangnya menantumu sakit apa Jeng?" tanya wanita berbaju serba biru itu.

"Calon mantu saya itu dokter jeng, bukan dia yang sakit, tapi dia mau merawat orang sakit." jawab Indah dan di balas anggukan kepala dari teman-temannya kecuali Santi yang masih tidak suka dengan Roma.

"Mam, Roma ijin balik dulu ya." Roma mencium punggung tangan Indah. "Mari Tante, saya duluan. Maaf kalau kehadiran saya buat Tante-tante jadi tidak nyaman."

"Tidak kok sayang, kami senang bisa melihat langsung calon menantunya jeng Indah." ucap wanita yang berbaju serba biru itu.

"Mam, kami jalan dulu ya." Tommy langsung menarik tangan Roma.

...💥💥💥...

Tommy melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, ia melihat ada sedikit kekesalan di wajah Roma.

"Ada apa? Kok mukanya ditekuk begitu?"

"Kamu di bully ya di dalem?" tanya Tommy lagi khawatir karena Roma diam saja.

"Bukan aku, tapi Mami. Aku kesel liat si Malam temennya Mami." celetuk Roma yang masih terlihat kesal.

"Mami dibully? Kok bisa?"

Roma pun menceritakan apa yang terjadi selama dia bersama Maminya di dalam private room restoran itu.

"Haha..." bukannya kesal Tommy malah tertawa.

"Kok malah ketawa sih?" Roma kesal karena Tommy hanya tertawa bukannya marah.

"Terus maksud kamu si Malam itu apaan?" Tommy melirik ke arah Roma, ia sangat penasaran kenapa Roma memanggil salah satu teman Maminya dengan sebutan yang berbeda.

"Malam itu singkatan dari Mak Lampir."

"Haha... kamu ada-ada aja deh."

Suasana tiba-tiba hening saat telepon Roma berdering. Roma melihat panggilan telepon dari Bara Abang keduanya.

📞Duo NS😎 Calling...

Roma menggeser tombol hijau di layar ponselnya.

"Badi kamu dimana?"

"Lagi di jalan Bang. Ada apa Bang?"

Tommy melihat kearah Roma dan bertanya tanpa suara "Siapa?"

"Sebentar ya–" Roma juga menjawab tanpa suara.

"Siapa lagi yang dipanggil Roma Abang?" Batin Tommy.

"Dek, Mamak bilang malam ini kita kumpul jadi jangan lupa kau pulang ya."

"Iya Bang, Abang dimana sekarang?"

"Abang udah di jalan, mau ke rumah Mamak apa mau Abang jemput sekalian?"

"Ga usah Bang, nanti repot lagi kalau Abang jemput, lagian aku belum pulang kerja Bang."

"Ya sudah nanti pulangnya jangan terlalu malam ya."

"Iya nanti aku usahain."

"Ya udah hati-hati nanti pulangnya."

"Iya Bang."

"Siapa sih yang nelpon? Kenapa Roma sangat patuh begitu?" Batin Tommy.

Roma menutup telponnya. Tommy langsung menyerbunya dengan pertanyaan. "Siapa?"

"Abang."

"Abang siapa?"

"Bang Bara–"

"Bara siapa?"

"Abang aku Bang, namanya Bara."

"Abang kandung atau Abang ketemu gede?"

"Ish Abang apaan sih, ya Abang kandunglah, lagian Abang kenapa kayak ngintrogasi aku gitu?" Roma mulai tidak suka dengan pertanyaan-pertanyaan Tommy yang terkesan sedang mengintrogasi dirinya.

"Hah lega, ternyata Abang kandungnya."

"Cuma nanya, gitu aja marah." Tommy menoel pipi Roma. "Nanti malam Abang jemput ya."

"Ga usah–" jawab Roma datar.

"Masih marah?" Melirik kearah Roma. "Dek kalau Abang ngomong lihat sini dong." Tommy melihat Roma yang menatap keluar jendela.

Roma memperbaiki posisi duduknya lalu melihat kearah Tommy.

"Ya jangan gitu juga ngeliatin nya, ntar Abang khilaf loh." Tommy sengaja menggoda Roma dan wajah Roma langsung merona.

"Iih, apaan sih. Liat luar salah liat dia juga salah, maunya apa sih?" gerutu Roma.

Tommy langsung menepikan mobilnya. Dengan cepat ia melepas seatbelt-nya lalu mencium bibir Roma.

"Cup..." Sebuah daging kenyal menyentuh bibir Roma

"Emm..." Roma terkejut tiba-tiba mendapatkan ciuman mendadak dari Tommy. Ia mulai kehabisan nafas, ciuman Tommy yang semula hanya sebuah kecupan tiba-tiba berubah menjadi ciuman yang menuntut.

Tok...Tok...Tok... suara ketukan jendela mobil mengejutkan Tommy dan Roma.

"Damn..." umpat Tommy.

Hayoo ada yang bisa nebak siapa yang ngetuk mobil Tommy? 🤔

Coment dibawah ya 😊

Jangan Lupa Absennya gaes 🤗

Terpopuler

Comments

im_ha

im_ha

10 like untukmu ya Thor. mampir juga di karyaku DOAKU BERBEDA DENGAN DOAMU 💪

2021-05-29

1

Dea Amira 🍁

Dea Amira 🍁

dtunggu upx thor...

2021-03-09

1

lihat semua
Episodes
1 Prolog
2 Negosiasi
3 Bahagianya Bersamamu
4 Histeris
5 Aneh Tapi Aku Suka
6 Ciuman Pertama
7 Roma VS Uly
8 Lagi Bucin
9 Lunch
10 Cuma Nanya
11 Pariban dari Medan
12 Lamunan Panjang
13 Lamaran Mami
14 Bany VS Tommy
15 Cemburu
16 Duren
17 Mengejar Restu
18 Lea
19 Ga Tahan
20 Main Gulat
21 Salah Lagi
22 Anyep
23 Menggumam bukan Membatin
24 Pasien Baru
25 Menggores Luka Lama
26 Lepas Bang, Sakit...
27 Masalah Lain
28 PERTUNOR
29 Syarat
30 Halalkan Aku
31 Di Uji
32 Berpisah
33 Kemana Perginya
34 Bertemu Ken
35 Mual dan Muntah
36 Saksi Mengatakan "Sah"
37 Restu Bara
38 Lalai
39 Siapa Kau?
40 Ledakan Bom
41 Anak Durhaka
42 Pengakuan Tio
43 Roma Pulang Kerumah
44 Lamaran Part-1
45 Lamaran Part-2
46 Udah SAH
47 Teror
48 Surga Dunia
49 Manis-manis Pedes
50 Siapa Tahu–Tempe
51 Jangan!!!
52 Hanya Kecewa
53 Perasaan Bersalah
54 Apa yang Harus Kulakukan?
55 Maafkan Aku Harus Pergi
56 Panggillan Terakhir
57 Second Opinion
58 Mas Tommy Tolong Aku–
59 Keluar–!
60 Sultan Mah Bebas
61 Pembalut
62 Thanks For Your Love
63 Kemarahan Togar
64 Menyerah
65 Anunya–
66 Mau SGM
67 Cewek Apa Cowok?
68 Kendrick Ivander
69 Tak Segampang buat Adonan Kue
70 Olahraga Malam dan Olahraga Pagi
71 Pelengkap Keluarga
72 Kejutan
73 Shopping Limited Edition
74 Hadiah Rendi
75 Dua Garis
76 Tidak Ada Ampun
77 Cemburu Tanda Cinta
78 Gara-gara Banci
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Prolog
2
Negosiasi
3
Bahagianya Bersamamu
4
Histeris
5
Aneh Tapi Aku Suka
6
Ciuman Pertama
7
Roma VS Uly
8
Lagi Bucin
9
Lunch
10
Cuma Nanya
11
Pariban dari Medan
12
Lamunan Panjang
13
Lamaran Mami
14
Bany VS Tommy
15
Cemburu
16
Duren
17
Mengejar Restu
18
Lea
19
Ga Tahan
20
Main Gulat
21
Salah Lagi
22
Anyep
23
Menggumam bukan Membatin
24
Pasien Baru
25
Menggores Luka Lama
26
Lepas Bang, Sakit...
27
Masalah Lain
28
PERTUNOR
29
Syarat
30
Halalkan Aku
31
Di Uji
32
Berpisah
33
Kemana Perginya
34
Bertemu Ken
35
Mual dan Muntah
36
Saksi Mengatakan "Sah"
37
Restu Bara
38
Lalai
39
Siapa Kau?
40
Ledakan Bom
41
Anak Durhaka
42
Pengakuan Tio
43
Roma Pulang Kerumah
44
Lamaran Part-1
45
Lamaran Part-2
46
Udah SAH
47
Teror
48
Surga Dunia
49
Manis-manis Pedes
50
Siapa Tahu–Tempe
51
Jangan!!!
52
Hanya Kecewa
53
Perasaan Bersalah
54
Apa yang Harus Kulakukan?
55
Maafkan Aku Harus Pergi
56
Panggillan Terakhir
57
Second Opinion
58
Mas Tommy Tolong Aku–
59
Keluar–!
60
Sultan Mah Bebas
61
Pembalut
62
Thanks For Your Love
63
Kemarahan Togar
64
Menyerah
65
Anunya–
66
Mau SGM
67
Cewek Apa Cowok?
68
Kendrick Ivander
69
Tak Segampang buat Adonan Kue
70
Olahraga Malam dan Olahraga Pagi
71
Pelengkap Keluarga
72
Kejutan
73
Shopping Limited Edition
74
Hadiah Rendi
75
Dua Garis
76
Tidak Ada Ampun
77
Cemburu Tanda Cinta
78
Gara-gara Banci

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!