Seorang pemuda bersandar di bawah pohon rindang dengan santai. Pakaiannya sudah hilang warnanya hingga terlihat serat-seratnya karena begitu lamanya dipakai dan sering dicuci.
Namun tidaklah lusuh, melainkan masih terlihat baik dikenakan karena sangat terawat. Lebih terkesan sebagai pemuda yang sederhana, namun lebih tepat dia dikatakan sebagai pemuda miskin.
Di sampingnya ada keranjang besar berisi penuh jamur kayu yang beraneka ragam jenis.
Pemuda itu menguap, sedikit meregangkan badannya. Menjawab lelahnya bekerja keras mencari jamur herbal dari pagi sampai sore hari.
Dengan sebuah nafas panjang dia berganti pose dari mode duduk bersandar menjadi mode rebahan.
Sebuah buku tua yang hanya beberapa lembar tersisa ditengkurapkannya ke wajahnya, bermaksud mengurangi terik cahaya saat matanya mau dipejamkan.
Dia mencoba mengistirahatkan total badannya. Dia terlelap.
Jika sekilas dilihat, sampul buku tua itu berjudul “Awal Era Baru”. Dilihat dari kualitas dan cetakan buku ini sangat tua.
Pemuda ini membelinya di pasar setelah menjual jamur-jamurnya. Dia pada mulanya berpikir dan penuh keyakinan bahwa harga buku ini masih bisa dia jangkau.
Namun jika dipikir-pikir kembali setelah buku dia pegang kemudian berjalan langkah demi langkah barulah sedikit sadar.
Harganya sebenarnya termasuk sangat mahal untuk sebuah buku tua dengan halaman yang sangat tidak lengkap. Yang hanya menyisakan beberapa lembar saja.
Namun akhirnya dia membelinya, selain dia tertarik dengan buku-buku karena dia punya hobi membaca.
Alasan dia mau beli sebenarnya dia karena tergerak hatinya. Pemuda berhati lembut yang tidak tegaan.
Penjualnya waktu itu adalah seorang nenek tua dengan cucu kecilnya. Dia hanya tak sanggup membayangkan kehidupan miskin nenek tua itu. Karena dia sendiri sangat merasakan kesusahan rasanya seperti apa.
Perkataan nenek tua penjual buku kembali terngiang di kepalanya.
“Nak, ini peninggalan dari kakek buyutku. Pada mulanya buku ini utuh, sekarang hanya menyisakan beberapa lembar saja.
Sebenarnya buku ini berharga karena seperti menjadi warisan dari keluarga kami. Namun memberi makan cucu kecilku ini saat ini lebih penting. Tolong bantu nenek ya anak manis!”
Maka tak menunggu waktu lama dan basa basi terbelilah buku itu.
Sekian waktu berlalu, pemuda itu terbangun dan menyingkirkan buku yang menutup wajahnya. Dia bergumam.
“Awal era yang baru?.. Hmm... “
“Buku ini terlihat seperti cerita pengantar tidur. Seperti sajak-sajak dan rasa-rasanya ceritanya terlalu berlebih-lebihan.”
Tentang umat manusia yang memerangi iblis, pertempuran beratus-ratus tahun, heroik dari tokoh-tokoh pahlawan. Hingga kebaikan mengalahkan kejahatan.
Ah, seperti cerita pada umumnya. Kemudian dia memegang dahinya sendiri.
“Hahaha.... “
“Walah walah... Aku menghabiskan hampir separo tabunganku untuk hal ini.” Matanya berlinang dan air matanya mulai mengucur.
Impian dia bekerja keras,menghasilkan uang, hidup super hemat dan menabung adalah dia ingin sekali pergi ke desa sebelah.
Desa yang lebih besar untuk mendaftar pada salah satu sekte di sana. Dia berharap diterima dan dari sana dia memulai kehidupannya.
Dia tidak berharap banyak menjadi tokoh besar di sana nanti. Dia sangat menyadari keterbatasannya.
Baginya menjadi anggota terluar sekte tidak masalah. Asalkan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Itu saja harapannya, bagi seorang pemuda miskin tanpa latar belakang apa-apa baginya itu sudah sangat realistis.
“Yossh... Waktunya pulang”
Dia dengan sigap berdiri, dilemparkan buku tua ke keranjang. Dengan sebuah sambaran cekatan keranjang sudah hinggap di punggungnya.
Matanya menatap ke arah jalan pulang, sayu namun gemilang tekad kuat terlihat dari warna cahaya matanya.
Dia melangkahkan kaki dan pulang, kembali ke rumahnya.
Dia adalah Mao Yu, usia 16 tahun. Pemuda miskin dari sebuah desa kecil yang hanya terdiri dari tidak lebih 20 rumah saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Jamur Kayu
2022-08-29
1
Bebas merdeka
di coba
2022-05-22
0
Bebas merdeka
sip
2022-05-22
0