Di sebuah pegunungan tinggi dengan puncak di atas awan.
Bangunan megah dengan kuil-kuil dan menara kuno bertelekan dengan rapi, anggun dan menawan.
Dihiasi taman-taman indah dengan kemilau aura surgawi. Naga-naga yang meliuk-liuk terbang mengitari. Sebuah pemandangan kelas surga.
'Dong.. Dong.. Dong..."
Terdengar suara berat dari sebuah lonceng besar dari salah satu menara pagoda.
Para naga langsung satu persatu menyebar melarikan diri masuk ke dalam awan. Aura surgawi lantas menguap begitu saja.
Suasana berganti menjadi hening dan sunyi dengan aura samar-samar berbau kematian.
Seorang lelaki tua tampak seperti pemimpin kuil bersujud di aula utama diikuti dengan lima tetua dan 40 murid-murid kuil.
Sujud ketundukan total, pasrah tanpa daya sama sekali.
Salah satu murid di sini jika diturunkan ke dunia bawah, dia akan menjadi penguasa mutlak. Satu kata akan menentukan hidup dan mati satu dunia.
Namun saat ini keempat puluh kesemuanya ini tunduk dengan menahan air kencing membasahi celana.
Ada yang gemetar hebat. Ada yang berkeringat deras hingga pakaiannya basah. Ada yang memejamkan matanya dengan kuat hingga terasa sobek kelopaknya.
Ada yang saking kuatnya bersujud dahinya terluka hingga darahnya mengalir di lantai.
Ketakutan absolut!
Lima tetua juga demikian. Mereka terlihat tenang, jauh lebih baik dari kondisi para murid. Sedikit gemetar dan keringat dingin.
Tapi hati mereka tak dapat menyembunyikan rasa ketakutan yang luar biasa. Prestise tidak ada nilainya saat ini. Harapan hidup yang lebih penting.
Kekhawatiran absolut!
Pemimpin sekte kontras dengan para tetua dan murid. Dia tunduk dengan penuh ketulusan, khidmad dengan jiwa penuh keberkahan.
Crrrkkkkk.....
Sebuah peti mati terbuat dari batu es berlian terbuka di sebuah ruangan besar dengan hiasan megah.
Hiasan-hiasan dari batu darah abadi yang dibentuk bunga-bunga. Serta berbagai harta kelas surgawi yang memberikan efek panjang umur anti penuaan.
Seorang gadis berbalut busana putih bangkit dari peti. Dalam diam dia berdiri cukup lama. Pikiran mengembara dari suatu era ke era.
Bijih air mata jatuh, mengalir di kedua pipinya yang putih seputih salju sekemilau giok.
Ketika sebutir air matanya hendak jatuh dan memercik di lantai. Gadis itu menghilang tanpa bisa dijelaskan akal.
Meninggalkan ruangan megah kosong tanpa seorang pun. Sunyi seperti sedia kala.
***
Kembali di aula utama.
Kabut tipis mulai beredar di dalam ruangan aula dan mulai menyebar keluar menyelimuti bangunan kuil secara keseluruhan.
Aura kematian mulai beredar makin pekat dan makin pekat. Menekan dan makin menekan kuat.
Sebuah shiluet gadis dari dalam kabut muncul di hadapan pemimpin sekte dan pengikutnya.
Tak seorang pun berani mendongak untuk melihatnya. Bahkan mengintip sedikit saja pun tak ada nyali.
Kehadiran sosok itu membuat tekanan makin ekstrim. Beberapa murid yang tidak kuat langsung membasahi celana mereka.
Mereka berharap hari ini tidak akan terjadi. Ketika hari ini datang lebih baik mereka melarikan diri ke ujung dunia atau bunuh diri dengan cara mati paling cepat.
Lonceng Agung peringatan telah mengeluarkan gema suara tiga kali. Lonceng Agung hanya diizinkan berbunyi ditujukan hanya untuk untuk momen ini.
Ketika disiapkan hingga hari ini ditabuh, Lonceng Agung berdiam menunggu selama jutaan tahun.
Sebagai anggota kuil mereka tak punya pilihan lagi selain mematuhi aturan untuk menghadapi keadaan ini.
"Salam Yang Mulia, saya Lin Tian, kepala Kuil Langit Suci generasi ke-102."
"Salam dari kami semua kepada Yang Mulia Permaisuri Agung."
Suara yang lembut pelan, merdu dan sejuk keluar dari Lin Tian. Suara yang sangat membantu meringankan beban tekanan yang dialami para tetua dan murid.
Beberapa dapat mengambil nafas lega dari rasa sesak. Beberapa bebas dari rasa gemetar.
"Tahun berapa ini?" Tiga kata keluar dari shiluet gadis dengan intonasi yang datar namun membawa melodi kematian yang hebat.
Bwaahh..
Bwahh...
Sebagian besar murid langsung muntah darah. Yang tidak kuat langsung pingsan terkapar dengan mulut berbusa.
Sementara lima tetua makin kuat mengepalkan tangan, hingga kuku menancap membuat tangan berdarah.
Beberapa diantaranya terdengar suara gigi berderit menahan kuatnya tekanan.
"Sepuluh juta tahun sejak penutupan era."
Suasana hening...
Gadis itu dengan cepat mengeluarkan cermin indah yang bertahtakan permata-permata surgawi.
Wajah yang sangat manis menawan, sehalus Giok Es, sekemilau Mutiara Abadi. Benar-benar kecantikan nomor satu dari seluruh alam semesta.
Dia melihat wajahnya terpantul di depan cermin. Matanya bergerak dengan dengan cepat men-scan wajahnya dari atas ke bawah, dari bawah ke atas, dari samping kiri ke kanan, dari samping kanan ke kiri.
Dia menemukan sesuatu yang aneh pada sudut mata kirinya. Cermin dia lemparkan ke lantai hingga pecah mengeluarkan suara renyah. Permata yang menghiasi bertebaran ke mana-mana.
KERIPUT
"AAAAAAHHHHHHH...... !!!!!!"
Kepala Kuil Lin Tian berdiri dengan hitungan sepersekian detik, sebuah logam putih kotak muncul dari telapak tangannya.
Dalam sentakan langsung benda itu meledak menjadi 2 energi yang membentuk lapisan. Energi pertama menyelimuti dirinya, para tetua dan murid.
Energi kedua membentuk perisai di seluruh bangunan kuil. Tangannya dengan cepat membuat mudra untuk menambah dukungan energi pertahanan.
JEDARRRR !!!!
Sebuah ledakan hebat memekakkan telinga memporakporandakan segalanya. Para anggota semuanya terkapar di lantai dalam keadaan prihatin.
Hanya sebagian saja yang masih mempertahankan kesadarannya. Para tetua kehilangan prestisnya, sekarang terlihat amburadul.
Garis merah halus keluar dari sudut mulut Kepala Kuil Lin Tian.
Tangan gadis itu melambai ke arah Kepala Kuil Lin Tian. Tak ada ruang untuk menolak dan bahkan bisa dikatakan tak bisa ditolak.
Kepala Kuil Lin Tian terbang ke arah gadis hingga lehernya hinggap di jemarinya.
"Jangan bilang siapapun aku telah bangkit, Rahasiakan!" Cengkeraman makin erat, Kepala Kuil Lin Tian ditekan sedemikian rupa, darah keluar dari sembilan lubang.
"JAWAB, jangan diam saja!!" Suara makin menggelegar.
Anggota dan tetua sudah pada batasnya mereka bisa menekan. Hanya bisa terkapar merespon tekanan gadis itu, kelojotan di lantai, muntah busa, muntah darah, pingsan-bangun lagi lalu pingsan lagi.
"Awkd wkmph wpmph...."
"Oh,...." Gadis itu melepaskan cengkeramannya. Kepala Kuil Lin Tian langsung bersujud dan berkata dengan kesulitan.
"Ses.. Sesuai kehendak Yang Mulia Permaisuri Agung."
"Jangan sampai bocor, terutama ke orang itu!"
***
Kabut sedikit memudar dan tekanan berangsur-angsur menghilang bersama menghilangnya si gadis.
Tak berapa lama kemudian aura surgawi kembali muncul. Aura kemegahan tak ada duanya mulai bangkit dan mendominasi, menekan kabut kematian.
Namun pemandangan tak lagi sama sepeti sebelumnya. Yang bisa dilihat terlebih dahulu adalah para tetua dan murid kuil yang tergeletak dengan megap-megap nafasnya.
Kini penampilan agung berwibawa berubah menjadi berantakan compang camping seperti gembel pengemis.
Kepala Kuil Lin Tian bangkit dari sujudnya kemudian duduk bersila. Memandang para tetua dan murid-muridnya dengan tatapan prihatin.
"Memang benar adanya catatan dari Kepala Kuil pertama...."
Kabut makin menipis. Naga-Naga kolosal muncul kembali dari awan persembunyiannya dengan gagah dan bangga seolah tak terjadi apa-apa. Mulai meliuk-liuk di sekitar puncak.
Sementara kabut menghilang dengan cepat puncak kuil segera terlihat.
Para naga yang sombong terbelalak melihat puncak kuil lalu tanpa basa basi dengan cepat hengkang pergi kembali masuk ke dalam awan.
Kepala kuil tak tahu harus tertawa atau menangis, yang jelas dia terkekeh-kekeh hingga menjadi tawa yang makin keras.
Suara tawa makin keras lagi dan menggema di seluruh puncak yang kini rata dengan tanah. Tak menyisakan apapun bahkan secuil puing bangunan.
"GADIS GILA"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 313 Episodes
Comments
Ibad Moulay
Jangan Sampai Bocor...
2022-08-30
1
Bebas merdeka
siapakah dia
2022-05-22
0
Bebas merdeka
gadis gila
2022-05-22
0