EL (EN)Dless Love
Halooo gaisss makasih udah mampir.
ini tulisan pertama aku dengan mengusung genre yang bukan fanfiction.
semoga suka yah? maaf juga kalo masih banyak kekurangannya. Aku tunggu masukkannya.
enjoy🥰
...----------------...
"Semua akan baik-baik saja El, smua pasti akan segera membaik"
Gadis itu menatap langit sore lewat kaca ruang*V*VIP salah satu rumah sakit terkenal di kota ini. Semua terjadi begitu cepat, seperti sebuah kedipan mata.
Kejadian menyakitkan secara beruntun terjadi dalam kehidupannya, membuat hidup gadis itu yang awalnya begitu tenang sepanjang karirnya sebagai aktris papan atas negeri ini mendadak jungkir balik membuatnya babak belur.
El bangkit menekuk kedua kaki, meletakkan dagunya diatas lutut. Alena sang manejer menyuruhnya untuk berisitirahat total tanpa memikirkan apapun dan tanpa ada gadget untuk sementara.
Gadis itu menghembuskan nafas, ya.. mungkin ini adalah keputusan yang paling terbaik setelah semua kejadian menyakitkan yang terjadi.
...****************...
"Lo siapa? Apa yang lo lakuin didalam mobil gue?"
"Namaku Armon ka El, aku penggemar berat kaka. Maaf aku masuk diam-diam, aku sudah lama membayangkan hal ini duduk begitu dekat dengan kak El, menghirup satu udara diruang yang sama"
pria itu menutup mata, sambil menghirup udara dengan begitu tenang "sudah aku duga, wangi tubuh ka El itu memabukkan bisa membuat orang jadi gila"
"Jangan sentuh gue!!" El berteriak ketakutan saat pria itu mendekat kearahnya, mencoba menyentuhnya.
"Tenang ka El, aku nggak akan menyakiti kakak. Aku sayang kakak lebih dari apapun, termasuk nyawaku sendiri"
Tangan itu meraih rambut hitam bergelombang El, membawa rambut panjang itu kedalam genggamannya kemudian menghindunya seperti sedang menghirup nafas terakhirnya disana.
El ketakutan setengah mati. tidak ada yang lebih menyeramkan dari pada ini, terjebak dalam satu ruang sempit dengan seorang penggemar fanatik yang sudah menjurus pada kegilaan.
"Gue bilang jangan sentuh!!!"El menjerit sambil sesekali melirik pria itu lewat spion tengah mobil, mencoba mengantisipasi sentuhan tak terduga.
Pria itu tertawa terbahak-bahak sambil memegang perut, punggungnya menabrak sandaran jok.
"Ka El nyetir aja yang benar, kalo nggak kita bisa kecelakaan lho. Aku niatnya cuma mau nganterin ka El sampe rumah kok, sekarang udah jomblo kan? "
"terbukti kalo Si brengsek itu mata duitan. Aku sudah tau lho, sejak ka El konfirmasi dating sama si brengsek itu. Sudah coba bilang juga sama kakak, tapi kak El sibuk pacaran melulu sih, lihat kan akibatnya? dia udah nggak ada lagi buat ka El, dia nyatanya lebih milih mama ka El yang udah kaya raya karena baru jadi janda dengan warisan melimpah dari pengusaha kaya yang nggak punya anak"
El berusaha untuk tetap fokus menyetir walau tangannya gemetar, jantung gadis itu berdebar keras, dia ketakutan.
Nada, gaya bicara bahkan raut wajah pria yang sedang duduk di jok belakang mobilnya ini benar-benar tidak seperti manusia normal. terasa mengerikan sampai membuatnya merinding.
Gadis itu mengutuk rasa ngantuk yang mulai menyerang, El merasa seperti habis direcoki obat tidur.
Dan seharusnya dia tidak terkejut atau bertanya- tanya siapa pelaku yang bisa melakukan hal itu padanya, sekarang sudah terlalu jelas.
Tapi demi Tuhan El harus tetap sadar kalau ingin selamat, gadis itu berusaha menemukan kantor polisi terdekat supaya bisa menyelamatkan dirinya dari penggemar gila ini
El memajukan badannya, menghindari sebuah kecupan tiba-tiba dari pria yang sekarang sedang tersenyum sambil menatapnya.
"Jangan sentuh gue, brengs....."
gadis itu tiba-tiba membanting setir saat pria yang duduk dibelakangnya mencoba memeluknya, sesaat kemudian teriakkan dan bunyi benturan memekakkan telinga terdengar.
Mata El membelalak saat tepat didepan matanya walau terpisah dengan kaca depan mobil sebuah tubuh berbalut gaun putih pernikahan yang mulai berubah warna menjadi merah tergeletak dan kemudian menghilang bersama dengan kesadarannya.
El membuka mata dengan nafas memburu, gadis itu merasa seperti habis tenggelam dan baru bisa bernafas saat kesadarannya kembali. Dia mengedarkan pandangan dan segera mengenali ruangan *V*VIP rumah sakit ini. El menyeka keringat yang bercucuran dengan punggung tangannya. Mimpi buruk itu entah kenapa seperti sebuah kenyataan.
Gadis itu kembali mengedarkan pandangan, berusaha mencari remote tv, Handpone nya atau apapun yang bisa membuat dia menemukan jawaban atas pertanyaan yang terus menerus menganggu seminggu belakangan ini. Apa sebenarnya yang sudah terjadi kenapa dia merasa 'diasingkan' setelah katanya jatuh pingsan karena over dosis minuman keras.
Memang harus diakui, El berubah drastis karena kejadian pengkhianatan itu. Hal baru yang mulai dia gandrungi setelah bertahun-tahun hidup lurus, demi menjaga image manis yang sudah melekat padanya adalah mulai aktif mengunjungi club-club malam.
Menghabiskan sepanjang malam dengan bergelas-gelas minuman keras yang awalnya tidak pernah dia sentuh kecuali Wine untuk acara-acara besar tertentu.
Mulai menyukai suasana bising di Club, yang setidaknya bisa membuatnya lupa walau tidak bisa terlalu lama, karena keesokkan harinya setelah selesai dengan sakit kepala plus perut yang berputar akibat mabuk, kenyataan itu akan kembali datang menyakitinya lagi dan lagi.
Dan pada malam terakhir-- sebelum dinyatakan over dosis --sebelum jatuh tertidur di meja Club,-- El melihat sosok itu, sosok brengsek yang demi Tuhan masih saja membuatnya berdebar sampai detik ini.
Apa Marco punya andil saat dia dinyatakan over dosis minuman keras? El membatin.
Entahlah semuanya masih begitu samar dalam pikirannya. tapi dia sangat yakin itu Marco, El tidak mungkin tidak mengenali pria yang sudah bersamanya selama hampir 11 tahun bukan? dia tidak sepicik itu.
Apa sebenarnya yang pria itu inginkan? Apakah tidak puas menyakitinya dan masih terus berkeliaran di sekitarnya? apakah status baru sebagai ayah tiri membuat pria itu jadi lupa diri?
Setelah hampir satu jam mengobservasi ruangan tempat dia dirawat ini, akhirnya El menemukan remote TV yang seperti sengaja di masukkan di kolong sofa.
Dengan sedikit perjuangan El berhasil memegang benda berwarna hitam itu, dia dengan tidak sabar segera menyalakan TV dan sedetik kemudian langsung jatuh terduduk dilantai.
Kepalanya berdenyut hebat, nafasnya memburu seperti ada sebuah tangan yang mencekik sehingga dia kesulitan menarik nafas. Suara dari TV yang diputar membuatnya semakin tersiksa
"Aktris papan atas Indonesia, Eleasha Halim menjadi korban penculikan oleh penggemar fanatiknya yang menyebabkan terjadinya kecelakaan di depan katredal. Diduga sang aktris mencoba melompat dari mobil, sehingga sang penggemar fanatik tidak bisa mengontrol kemudi, mobil menerobos pekarangan dan menabrak 7 orang yang saat itu sedang berdiri didepan katredral"
"Apa sebenarnya yang sudah terjadi?" Gumam El dengan air mata, dan kepala yang berdenyut hebat.
...----------------...
"Omong kosong macam apa ini? Jelas ada saksi yang mengatakan kalau yang mengemudikan mobil adalah perempuan!! Bagaimana bisa yang ditahan adalah seorang pria?"
Kayden meremas kertas putih ditangannya, merasa begitu marah sampai ingin membunuh orang.
"Saksi itu sudah mengubah pernyataannya, semua sepakat yang mengemudi adalah seorang pria, dan si aktris itu duduk di kursi penumpang."Jelas Jerome yang adalah sepupu merangkap pengacara pria itu.
"Ini jelas pernyataan palsu, bagaimana bisa dia segera merubah pernyataannya hanya dalam waktu beberapa jam?"
Jerome menghembuskan nafas "pernyataan mereka sama dengan pengakuan tersangka. Lagipula dalam hasil tes darah si aktris ada kandungan obat tidur, ada kemungkinan dia memang dibius oleh si tersangka yang terobsesi pada si aktris sejak lama"
Pria dengan kacamata itu, menunjukkan beberapa foto yang diambil di kamar si tersangka yang dari sudut ke sudut dipenuhi dengan foto maupun poster dari si aktris.
"Maaf harus mengatakan ini, En. Tapi tersangka dilindungi dengan UU perlindungan anak, dia masih dibawah umur. Kemungkinan dia akan dikembalikan kembali pada orangtuanya, jadi tahanan lepas atau hanya akan dihukum penjara dengan waktu yang singkat"
"Brengsek!!!!!" Kayden meninju lemari kaca didekatnya membuat tangan kanannya terluka, mengotori keramik putih dengan tetesan-tetesan darah segar.
"En please, tangan kiri lo bahkan belum sembuh. Lo pikir Lana bakalan senang ngeliat lo begini?"
"Gw bersumpah akan membuat mereka terutama gadis itu membayar harga yang sesuai dengan nyawa Lana, dan penghinaan atas kompensasi untuk nyawa Lana. Mereka pikir Siapa mereka yang bisa memberi harga untuk sebuah nyawa?"
...----------------...
"El, semua akan baik-baik aja"
"Tapi diingatan gue, yang nyetir itu gue, Ed. Gimana bisa yang jadi tersangkanya...."
"Nggak usah inget yang nggak perlu El. Ini udah yang paling terbaik. Lagipula dia yang mau tanpa ada paksaan"
Pria bernama Ed itu mengusap punggung El lembut. Berharap pelukannya dan usapan teraturnya bisa membuat gadis yang sudah menjadi sahabatnya sejak kecil ini merasa nyaman.
"Nilai kompensasinya nggak sedikit, korban luka sudah menerima dengan ikhlas. Mungkin tinggal korban meninggalnya yang agak berat, tapi..."
Jantung El berdegup kencang, gadis itu sampai memegang dadanya yang bergemuruh hebat takut kalau jantungnya mungkin bisa lepas dari tempatnya.
El mengurai pelukan mereka,
"ada korban meninggal? Apa yang meninggal itu seseorang yang memakai gaun pengantin?"
El meremas kedua tangannya yang bergetar saat melihat anggukan kepala Ed, ternyata hal itu bukanlah sebuah mimpi buruk.
...----------------...
"Kamu mau kemana Eleasha?!"
El menatap wanita yang melahirkannya dengan wajah basah dengan air mata.
Gadis itu masih memakai baju pasien rumah sakit, tangannya masih dipasang infus. Kondisinya belum benar-benar pulih. Dan wanita yang dia panggil mama itu datang dengan perkataan omong kosong.
"Aku tersiksa tiap malam, aku nggak bisa diam aja seakan-akan semua baik-baik aja. Seakan nggak ada apa-apa, ma"
"Terus apa? Kamu mau mengakui semua? Kamu mau buat mama dan papa malu? Kamu pikir papa nggak berusaha keras menutup semua kekacauan yang kamu buat?"
Air mata semakin deras mengalir membasahi wajah cantik itu, "papa..." gadis itu bergumam pelan.
"Papaku sudah meninggal waktu aku kecil. Aku nggak punya papa. Itu yang mama bilang kan? Sejak kapan aku punya papa? Dia selamanya bukan papaku!!" Gadis itu menjerit sambil memegang kepalanya yang mulai berdenging.
"Bersikap dewasalah El, kamu sudah 27 tahun. Kamu bukan anak kecil lagi. Hubungan yang terjalin lama nggak selamanya berakhir satu. Kalau akhirnya Marco lebih memilih menikah dengan mama, itu sudah takdir"
"Takdir? " El tertawa mendengar satu kata itu. Takdir mana yang harus dia percayai? Takdir karena memiliki seorang ibu yang hanya berbeda 12 tahun darinya? Atau takdir kekasih hati yang tahun lalu baru saja mengikat janji pertunangan dengannya dan sudah bersama selama hampir 11 tahun malah memilih menikah dengan mamanya sendiri?
Atau takdir terbarunya yang merenggut nyawa seseorang walau dengan tidak keinginannya? Yang mana harus dia percaya?
"Kamu harus duduk tenang di sini sampai semuanya mereda, kamu harus tutup mulut tentang kejadian ini sampai selamanya. Ini semata-mata bukan hanya tentang kamu sendiri, tapi juga menyangkut banyak pihak."
"Pikirkan tentang reputasi mama dan papa, pikirkan tentang orang-orang kamu juga dan tentu saja pikirkan tentang oma dan opa yang selalu anggap kamu gadis yang bahkan nggak bisa membunuh semut sekalipun"
tubuh El merosot perlahan, kedua kakinya tidak lagi kuat menopang bobot tubuh.
Gadis itu jatuh terduduk di lantai yang dingin, hatinya begitu sakit seperti sedang di sayat dengan pisau paling tajam.
Apa yang harus dia lakukan sekarang? Apakah dengan diam seperti yang dikatakan mamanya semua akan baik-baik saja?
Bagaimana dengan rasa bersalahnya?
"Jangan berpikir untuk mati, kamu harus ingat dengan nama baik keluarga. Bertahan dan diam itu yang harus kau lakukan saat ini"
Setelah mengatakan hal itu, wanita diawal 40 tahunan yang masih mempesona dan cantik itu berjalan meninggalkan ruangan.
Meninggalkan anak semata wayangnya yang sejak dia lahirkan selalu saja dia anggap sebagai adik perempuannya sendiri.
...----------------...
"Nggak bisa, Na. gue nggak bisa hidup tenang dengan bayang-bayang kalau kenyataannya gue udah ngerebut nyawa seseorang. gue takut, gue ngerasa bersalah, tiap malam gue nggak bisa tidur, bahkan untuk pejamin mata 3 detik aja."
El berkata dengan pipi yang basah dengan air mata.
Masih dengan seragam pasien dan selang infus yang menempel ditangannya, gadis itu memohon mencoba membujuk sang manajer untuk berubah pikiran dan membantunya untuk mengakhiri perasaan bersalah yang menggerogotinya sejak dia tahu kenyataan yang sebenarnya.
Dia harus mengakui kebenarannya.
Alena sang manajer yang sudah bersama El sejak masa debutnya sebagi aktris hanya bisa mendesah dan menggigit bibir, menatap El dengan tatapan kalau dia juga tidak bisa berbuat apa-apa.
semuanya terjadi begitu cepat, kabar buruk itu terdengar di sabtu sore saat Dia sedang meeting bersama klien untuk pekerjaan sang aktris, dia tidak bisa langsung ke lokasi kejadian karena kemacetan parah dan akhirnya langsung menuju rumah sakit ini tempat El di rujuk.
Dia tidak tahu apapun tentang penangan kasus itu. Dia hanya di emban tugas untuk menjaga El dan memastikan gadis itu tidak bertindak gegabah dan merugikan karir atau hidup sang Aktris, karena kasus tersebut sudah diatasi dengan baik oleh pihak management dan Marco, sang mantan tunangan yang juga adalah ayah tiri El yang turut andil dalam penutupan kasus ini.
"El kamu harus tenang... Everthing is gonna be okay"
"Nggak!!!!" gadis itu menjerit "Nggak ada yang baik-baik aja, gue udah bunuh orang dan gue nggak bisa pura-pura semuanya baik-baik aja!!"
"ini yang terbaik El, untuk semuanya. untuk karir kamu yang kamu bangun dari awal, untuk masa depan kamu juga"
Alena mengigit bibirnya, suaranya bergetar, dia sama sekali tidak ingin menjadi orang yang berdiri menentang El. Dia ingin berdiri dipihak gadis yang sudah bersamanya bertahun-tahun ini, dia ingin mendukung El dengan semua keputusan gadis itu.
Tapi untuk kali ini dia sama sekali tidak bisa berbuat apa-apa.
Masa depan gadis itu, masa depan perusahaan dan juga masa depannya dan orang-oranfg dibelakang gadis itu tergantung semua pada sikap diam El dan seluruh yang terlibat pada kasus ini.
"Builshit nggak ada masa depan untuk pembunuh yang pura-pura semua baik-baik aja. Lo tolong kasih tau gue gimana cara gue bisa hidup tenang, disaat kenyataan buruk itu nggak bisa gue keluarin dari kepala?!!" El menjerit, meraung terlihat begitu tersiksa.
Alena menghampiri El, meraih gadis itu kedalam pelukkannya, mencoba membuatnya tenang.
Karena hanya itu yang bisa dia lakukan sekarang, untuk melindungi gadis itu juga.
"lupain semuanya El, kamu pasti bisa. Butuh waktu memang, tapi kita akan selalu ada buat kamu, El."
"Tolong pikirin juga para penggemar, opa sama oma, kamu nggak boleh jatuh, kamu tau persis siapa yang ada dibelakang kamu, yang menatap kamu dengan bangga selama ini."
"I'm sorry to say that, tapi kali ini kamu maupun aku nggak bisa berbuat apa-apa, selain melupakan kenyataan yang sebenarnya"
Tangisan El semakin keras, dia menangisi ketidakberdayaannya kali ini. perkataan Alena menamparnya, membuatnya sadar kalau dia tidak hanya seorang diri di dunia ini.
Dia punya orang-orang yang harus dia lindungi juga, meskipun itu harus dia bayar dengan penderitaan karena rasa bersalah seumur hidupnya.
Sementara itu, dibalik pintu ruang rawat *V*VIP El, sosok pria dengan kacamata dan jas dokter berdiri dengan tangan yang gemetar saat memegang kenop pintu.
Pria itu memutuskan menarik pintu itu perlahan, supaya tertutup agar suara tangisan memilukan milik El tidak terdengar siapapun.
Biar Rahasia ini hanya jadi milik mereka orang-orang terdekat gadis itu saja.
...........
Next chapter>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
mantabb
2021-11-01
0
Taehyung
nyimak
2021-10-24
0
Mrs.Me90
ini keren ceritanya, favorit ahh
2021-10-09
1