...----------------...
"Lo yakin mau nerima projek ini buat Eleasha? Dia baru aja keluar rumah sakit lho. Lebih tepatnya terpaksa keluar karena tiba-tiba mendapat projek yang lagi-lagi nggak bisa ditolak" Jerome baru saja masuk ruangan presdir dan langsung berpendapat saat dia berada tepat di depan sang boss.
Ini merupakan kali kedua En bersikap kekanakan. Pertama saat El menghilang karena pemulihan pasca habis di cekik, dan kali ini saat gadis itu masih dirawat di rumah sakit setelah jatuh pingsan karena pria itu.
"Ini termasuk pedalaman lho. untuk kondisi dia sekarang, ini bukan solusi. Ok kalo lo merasa putus asa karena dia nggak ada tawaran kerja lagi. Tapi bukan berarti lo nerima sesuatu yang ekstrem juga kan? Dia manusia, lo nggak boleh lupain fakta itu."
En menggaruk keningnya yang sama sekali tidak gatal, kemudian menatap Jerome yang akhir-akhir ini terlihat jelas berpihak pada siapa. "kata siapa gue putus asa dia nggak ada tawaran kerja lagi? Lo lupa siapa yang buat dia sampe begini?" Tanya En sarkastis.
"Kalo gitu sekalian aja lo putusin kontrak kerja sama dia juga. biar benar benar berakhir. Buat apa lo pertahankan Talent yang nggak bisa kasih keuntungan buat perusahaan?"
En mengepalkan tangannya yang berada diatas meja. Kenapa dia tidak terlintas pemikiran seperti itu? Apa karena memang sejak awal dia tidak ada niat melepaskan? Supaya gadis itu tetap terikat dengannya secara tidak langsung.
Pria itu menggeleng, berusaha mengusir pemikiran bodoh yang terlintas di kepalanya. Alasan dia berbuat seperti itu dikarenakan dua hal, yaitu keadilan buat Lana dan menyelamatkan pernikahan Elisa yang penyebabnya adalah gadis itu, sang aktris, Eleasha Halim.
Melihat hal itu Jerome mengernyit binggung dengan reaksi sepupunya itu.
"lo dengar gue kan? Intinya lepaskan kalau memang nggak ada untungnya di elo."
En menghembuskan nafas "gue nggak akan lepasin sebelum waktunya. Nggak akan gue lepas kalo dia masih bisa berdiri lagi dengan kakinya setelah di pukul jatuh. Tapi pasti akan gue lepasin nanti, saat pegangan satu-satunya hanya ada disini, biar dia bisa merasa bagaimana diperlakukan secara nggak adil, biar dia tau bagaimana rasanya mencari keadilan tapi nggak ketemu juga"
...----------------...
"Kita bayar biaya pinalty aja gimana? Atau sekalian biaya pinalti buat mutusin kontrak sama agensi"
El menggeleng saat mendengar advis yang di kemukakan Alena "lebih baik uangnya udah gue kasih ke keluarga korban"
Alena mendesah, membenarkan hal itu. biayanya pasti nggak sedikit. Tapi daripada terus menerus diperlakukan seperti ini, lebih baik rugi secara finansial dari pada harus kena mental tiap kali mendapat telpon dari pihak agensi.
Lagipula uang El masih cukup buat hidup berkecukupan selama satu atau dua dekade tanpa perlu kerja sekalipun.
Dia masih punya bisnis di bidang kuliner dan fashion yang walau akhir-akhir ini sejak skandalnya ada beberapa outlet yang tutup karena sepi. Tapi hal itu tidak terlalu berpengaruh besar untuk seorang Eleasha yang sudah merintis karir selama 12 tahun.
Sebenarnya Alena ingin sekali mereject setiap kali layar handphonenya berbunyi dan tertera nama Agensi di layar itu. Karena akhir-akhir ini terasa semakin tidak wajar dan cenderung memberatkan pihak El.
"Dia merubah proyek buat buat kamu hanya dalam beberapa Jam. Dan setelah gue telusuri ini projek adventure. Sejak kapan kamu menerima projek petualangan El? kamu itu bukan baru setahun, dua tahun di enterteiment"
"Nggak baik menolak kerjaan,Na. Lagian gue pernah nerima projek yang mirip dulu"
Alena mendengus "iya dulu waktu nama kamu belum sebesar sekarang"
El menghembuskan nafas "nggak apa-apa, kapan lagi bisa jalan-jalan gratis kan?"
Alena menatap El dengan tatapan tidak percaya, bagaimana bisa gadis ini masih bersikap tenang setelah semua yang dilakukan CEO mereka itu padanya? Apa El sedang berniat menjadi the next bunda Teresa sekarang? Kemana sosok Eleasha yang dulu, yang berani dalam berpendapat dan tegas menolak jika tidak sesuai dengan prinsip?
"Bisa-bisanya kamu bilang itu jalan-jalan, sedangkan tempat yang akan kamu tuju itu di bagian pedalaman, El. No signal, No internet."
"nggak apa-apa...."
Sang manajer mulai merasakan keram pada belakang lehernya, dia masih belum terbiasa dengan sosok El yang sekarang. yang akan berkata 'nggak apa-apa' berkali-kali dalam sehari.
"Dengan begitu, gue bisa sejenak melarikan diri dari dunia yang mulai nggak bersahabat ini. Bisa terbebas sementara dari komentar jahat atau konten negative tentang gue, bisa jalan-jalan tanpa satu orang pun yang kenalin. Dan semua Itu benar-benar nggak apa-apa" lanjutnya dengan senyum tipis, tapi mata itu tidak bisa berbohong, ada luka disana.
Alena terdiam, merasa tertampar dengan jawaban dari aktrisnya ini. Dia tahu akhir-akhir ini El sering menangis sendiri karena tidak sengaja membaca artikel atau postingan tentangnya, atau mendengar secara langsung tuduhan dan kata kasar yang ditujukkan padanya.
Sekarang El Tidak bisa lagi secara leluasa tampil di depan publik tanpa takut akan di lempar atau di kasari.
Dia juga telah kehilangan cinta dari para Elluv, walau tidak semuanya.
Dia dituduh melakukan dosa dan memberi dampak buruk untuk generasi muda, terlebih karena El memang pernah menjadi duta anti kekerasan pada perempuan dan anak dua tahun lalu.
Tapi aborsi? bagaimana mungkin dia melakukan hal itu sedangkan ibu yang melahirkannya saja bisa mempertahankan El saat hamil di usia yang terbilang masih sangat belia.
Walaupun El tidak dibesarkan oleh sang ibu, setidaknya ibunya masih memberi kesempatan untuk terlahir kedunia. Dan dia yang telah mendapatkan Anugerah itu, apakah akan tega melakukan pada darah dagingnya sendiri? Dia bukanlah manusia seperti itu.
Tapi sekali lagi, El memilih bungkam. Bukan karena tidak mampu membantah semua tuduhan itu, tapi lebih kepada membiarkan. Karena dengan begitu rasa bersalah karena pernah merebut kehidupan dan kebahagiaan seseorang bisa sedikit berkurang.
"Saya rasa kedamaian hidup anda sudah lebih dari cukup. Anda tidak berniat mengubur fakta kalau anda pernah menabrak dan sudah merebut nyawa seseorang untuk selamanya bukan?"
El mengingat kata-kata itu diluar kepala. dan menyimpan fakta itu dalam hati rapat-rapat. Dia tidak akan lupa, bagaimana bisa lupa?
...----------------...
"Elluv? siapa?"
Jerome memutar bola mata, kurangnya pengetahuan pria ini terhadap sesuatu sedikit memprihatinkan. " Itu nama fans club resmi Eleasha"
Pria itu hanya mengangguk, tapi terlihat sama sekali tidak peduli.
"Mereka sedang demo di depan gedung Agensi. meminta keadilan untuk El"
Pria itu mengangkat wajah menatap Jerome, dengan seriangan yang akhir-akhir ini mulai di benci Jerome. "keadilan?" tanyanya kemudian tertawa.
"Lo nggak tau tadi di bandara Eleasha ditabrak orang dengan sengaja? Itu berita viral, sampe masuk lambe turah. Wajar aja Fansnya minta keadilan, karena aktris mereka kelihatan di biarkan sama Agensinya"
Tawa En hilang, dari semua hal yang terjadi pada gadis itu apa masih wajar kalau ada yang membela? Sampai rela berdemo di cuaca yang panas begini? En jadi penasaran, dan kembali fokus mendengar ucapan Jerome.
"Untuk aktris sekelas Eleasha, ke mana-mana tanpa pengawalan itu sebuah lelucon tau nggak? Apalagi akhir-akhir ini dia lagi kena masalah, orang-orang lagi panas sama kasusnya. lo bayangin dia ke bandara hanya berdua dengan manager yang juga perempuan. dengan kondisi bandara yang banyak orang, kejahatan nggak bisa di hindari"
Jerome melirik jam di tangannya.
"fansnya menuntut beberapa point, kita tunggu kiriman berkas dari staf di agensi. mereka mau lo pertimbangkan tuntutan mereka, sebagai fans yang selalu mendukung El dengan tulus"
Kayden mendesah, ternyata gadis itu tidak benar-benar dibenci atau ditinggalkan.
Ternyata masih ada yang medukungnya terlepas dari berapa banyak skandal atau keburukkan yang terkuak kepermukaan.
Apa memang semudah itu, seorang Eleasha membuat orang-orang jatuh hati padanya?
...----------------...
Next Chapter>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
lanjuttt
2021-11-01
0