..........
Eleasha Halim menahan sekuat tenaga hasratnya untuk menguap. Hal itu tidak boleh terjadi, setidaknya tidak diruangan ini. Banyak pasang mata, banyak kamera yang bisa saja merekam segala gerak-geriknya sekecil apapun itu. Percayalah jejak digital bisa jadi bumerang di kemudian hari. karenanya dia benar-benar harus menjaga sikap, apalagi dengan profesi yang dia tekuni.
"Gue ngantuk banget sumpah" El berbisik kearah Alena yang sedang berdiri tepat disampingnya. Gadis itu tidak lupa menutup mulutnya dengan tangan, kemungkinan ada orang yang bisa membaca gerakkan bibir membuatnya selalu berhati-hati.
"Tahan bentar. Kamu baru 10 menit disini" Alena memperingatkan "lagipula, bintang utama pesta ini belum kelihatan. Masa iya kamu udah menghilang? Setidaknya kamu harus kasih kesan pertama yang bagus untuk bos besar kan?"
"Tapi gue nggak jamin bisa bertahan lebih dari 30 menit. Ini udah maksimalnya. Jadi jangan marah kalo ntar gue tiba-tiba hilang yah?" El memperingatkan balik. Dia kemudian segera mengokohkan diri di tempat duduk yang sudah di sediakan dan mulai mencoba menikmati hidangan didepannya.
"Ternyata memang lebih menarik saat dilihat lebih dekat"
El refleks berhenti mengunyah salad yang baru dia nikmati beberapa menit yang lalu, dia memutar kepalanya ke asal suara, mata gadis itu melebar sempurna saat dia bisa mengenal sosok yang sedang duduk tepat disampingnya dengan jarak yang lumayan dekat.
"A...anda?"
"Perkenalkan, saya Kayden Abraham. CEO yang baru"
El menatap tangan yang terulur di depannya. Tiba-tiba terserang perasaan tidak enak. Gadis ini bisa merasakan akan ada sesuatu yang sedang menantinya di masa depan. Sesuatu yang bukan hal yang baik dan El sangat yakin dengan hal itu, menjadi semakin yakin lagi saat melihat tatapan pria didepannya ini.
"El!!"
Gadis itu tersadar saat mendengar suara Alena, dia Refleks menatap pria didepannya yang masih tersenyum dengan tangan yang terulur. Sudah berapa lama dia sibuk dengan pikirannya sendiri, sampai saat dia tersadar sekarang sudah menjadi pusat perhatian seluruh yang hadir di dalam ballroom ini.
Gadis itu menarik nafas panjang sebelum memutuskan untuk membalas uluran tangan didepannya.
"Nice to meet you, Eleasha Halim. welcome to my world"
El mengernyit mendengar ucapan pria itu yang terdengar sangat ambigu, sedetik kemudian kernyitan di kening El semakin bertambah saat rasa sakit akibat genggaman kuat tangan pria yang saat ini malah sedang tersenyum begitu manis padanya, sangat timpang dengan kenyataan yang sebenarnya. Orang-orang di ruangan ini pasti tidak akan tahu bahwa dibalik senyuman itu tersembunyi pedang tajam yang sangat menyakitkan walau hanya berupa goresan kecil.
Ini jelas merupakan sebuah peringatan.
Kalau bukan karena pandangan orang-orang diruangan ini, El pasti sudah menjerit dan menarik tangannya. tapi sekali lagi ini tentang masalah bersikap, bertahun- tahun berkecimpung didunia enterteimen, dan berhasil menjaga image baik sampai pada detik ini, kalau hanya rasa sakit akibat genggaman kuat milik pria asing ini, bukanlah seberapa. El masih bisa menahannya.
Pria itu mencodongkan tubuhnya kearah El, mempersempit jarak mereka sampai nafas yang beraroma mint bisa menyapa indra penciuman El.
"Kedepannya kita berdua akan banyak bertemu, mungkin juga diluar konteks sebagai direktur dan aktrisnya"
Setelah membisikkan hal itu, Kayden berdiri kemudian berlalu pergi menyapa tamu-tamu yang lain. Baginya apa yang dia lakukan sudah cukup untuk menunjukkan tujuannya kepada para tamu undangan yang pasti akan berpikir mereka memiliki affair dengan interaksi mereka tadi, dan tentu saja tujuan utama teruntuk gadis itu, sebuah peringatan tanda bahaya. Sekarang Eleasha Halim pasti sudah dia kehilangan selera makan atau niat berlama-lama diruangan ini.
El meremas tangannya, banyak rasa yang campur aduk dia rasakan sekarang, antara kesal, malu, marah, merasa dipermainkan. Semuanya bercampur menjadi satu.
"Kenapa lo nggak bilang kalo CEO kita yang baru si psikopat itu?" El berusaha menekan nada bicaranya. Dia tidak ingin ada yang mendengar selain Alena.
"Psikopat? siapa? Emang kamu kenal?"
El memutar bola mata, bagaimana bisa Alena tidak sadar dengan kehadiran pria itu di setiap aktifitasnya beberapa waktu terakhir ini? Alda saja yang cuek bebek itu bisa menotice kehadiran tidak wajar laki-laki itu.
"Dia ngikutin jadwal gue mulu, dia ada disetiap lokasi gue, Na. Lo nggak sadar apa?"
Alena menarik nafas, memutuskan untuk duduk ditempat yang tadi ditinggalkan sang CEO.
"Wajar dong kalo dia merhatiin kamu, kan kamu itu wajah agensi ini"
Alena memang sempat merasa tidak asing dengan wajah itu, seperti pernah lihat entah dimana. Tapi dia juga harus selalu positif dalam memikirkan segala sesuatunya.
"Malah makin nggak wajar dong, bisa jadi dia sengaja mengakusisi perusahaan gara-gara terobsesi sama gue."
Rasa takut itu mulai menjalar diseluruh tubuh El, dia tidak ingin kejadian beberapa bulan yang lalu, yang mati-matian berusaha dia lupakan karena perbuatan seorang fans fanatik terjadi lagi. Trauma itu masih membayangi.
"El yang bernaung di agensi ini bukan hanya kamu doang, walau memang kamu yang jadi bintang disini tapi ini tetap menyangkut banyak pihak. Dia nggak mungkin membeli sebuah perusahaan hanya karena obsesi pada seseorang kan? Yang ada dianya yang rugi"
El menghembuskan nafas, perkataan Alena memang terdengar masuk akal, tapi tetap saja dia tidak bisa menyampingkan firasatnya, gadis itu memutuskan untuk berdiri dari duduknya. "Terserah deh, gue mau pulang sekarang, Na. No debat"
...----------------...
"Jadi besok ulang tahunnya tante Sonia? Lo boleh cari tau kesukaan beliau nggak? Apa aja, mau makanan, minuman atau benda apa aja. Pokoknya kabarin gue secepatnya lho. Jangan lupa,"
El meletakkan iphone di meja ruang meeting gedung Agensinya ini. Setelah mengakhiri telepon dengan seseorang, Dia langsung memasang senyuman manis saat tatapannya bertemu dengan tatapan Alena.
"Itu Veron, tim kita" jawabnya dengan sukarela, menyebutkan salah satu nama anggota tim di bagian multimedia milik mereka, yang bertanggung jawab pada semua hal yang berhubungan dengan postingan di media sosial pribadi El.
"Besok jadwal kamu padat lho," Alena mengingatkan.
"Sejam doang, " El mencoba bernegosiasi.
"Nggak bisa, El. Ini jadwal yang pernah kecansel waktu kamu opname "
"30 menit?" Gadis itu masih berusaha, kali ini dia sengaja memasang tampang memohon yang selama ini tidak pernah mengkhianatinya sama sekali.
Alena menghembuskan nafas, dengan berat hati gadis itu mengangguk
"nggak boleh lebih dari itu" ucapnya dengan tatapan sarat ancaman
El berseru kegirangan "I love you, Na. lo emang yang terbaik di dunia ini" katanya dengan bumbu gombalan.
Alena mengibaskan tangan di depan wajahnya, berusaha untuk tidak tersenyum "udah akh, sekarang siap-siap. Klien kita udah di lobby. Bentar lagi nyampe."
El mengangguk, membuat rambut hitamnya yang di kuncir ekor kuda, ikut bergoyang sesuai gerakkan kepala. Hari ini mereka akan meeting dengan sutradara dan juga penulis novel yang tulisannya akan diangkat ke layar lebar.
El adalah cast yang dipilih langsung sang penulis karena sang tokoh utama wanita di novel hampir 100% mirip dengan gadis itu, dari segi visual maupun image.
Dan sebenarnya bisa saja gadis itu langsung bergabung dengan team film, tapi El memutuskan untuk tetap mengikuti casting sesuai ketentuan yang berlaku.
Gadis ini tidak ingin ada pemberitaan buruk di masa depan, karena dampaknya akan sangat besar bukan hanya padanya, tapi juga pada team dan film itu sendiri. El memilih untuk bermain aman.
Walaupun sebenarnya tanpa di casting pun dia pasti sudah lolos seleksi, toh tokoh utama wanita di film itu seperti perwujudan dirinya di dunia nyata. Begitu kata penulisnya kan?
"Kamu tahu ngga Na, siapa Cast prianya?" Tanya El penasaran. Dia sempat membaca novelnya dan jatuh cinta setengah mati dengan karakter utama pria yang dingin tapi saat jatuh cinta berubah menjadi romantis abis.
"Kamu pasti kaget, karena jujur aku juga kaget pas tau daftar pemerannya"
"Siapa?" Kejar El lagi, dia amat sangat penasaran.
Alena baru saja membuka mulut untuk menjawab rasa penasaran El, tapi handphone sang maneger tiba-tiba berdering, menginterupsi percakapan mereka. Gadis itu lalu memberi isyarat pada El untuk menunggu setelah melihat nama yang tertera dilayar hanphonenya.
"Ya hallo pak.." Alena segera berdiri, sekali lagi memberi isyarat pada El yang sedang duduk di depannya kalau dia akan keluar ruangan meeting sebentar, karena ruangan ini ternyata menghasilkan gema saat mengangkat telpon.
El mengangguk, menahan rasa penasarannya sampai Alena selesai dengan panggilan telepon itu. Siapa sih yang nelpon, gangguin aja. Batin El sebal.
El sedang asyik mengabadikan momen dengan iphone, saat Alena masuk kedalam ruangan dengan wajah murung, terlihat tidak bersemangat dan sorot kekecewaan terpancar jelas dari mata gadis itu.
"Lo kenapa, Na? Apa terjadi sesuatu?"
Alena menghembuskan nafas berat sebelum menjawab "pihak agensi kita batalin semua schedule kamu dengan pihak film. Mereka menolak kerja sama."
Mata El menyipit "apa?! Tapi kenapa? Ini projek lama gue lho. Gue udah setuju mau meranin karakter utamanya. Gue sampe keluar dari sinetron karena mau fokus ke film ini.... bagaimana...."
"Agensi memutuskan membatasi aktifitas kamu mulai sekarang, mereka nggak akan nerima projek film dan pemotretan untuk kamu sementara ini"
Alena memotong ucapan El dengan kabar buruk bagi mereka berdua.
El meremas tangannya yang mulai berkeringat dingin, jantungnya mulai berdetak cepat, dan rasa sesak itu kembali muncul. Efek samping yang dia dapatkan setelah kecelakaan itu.
"Mereka ingin pembagian job secara merata untuk semua talent yang bernaung di agensi ini" lanjut Alena lagi.
Sebenarnya dia tidak ingin mengatakan hal yang baru saja dia terima dari pihak agensi, tapi dia juga tidak mau El mendengarnya dari orang lain.
"Kita fokus di syuting iklan, hidupin lagi Channel youtube kamu dan syuting mini series aja untuk sementara, nanti kedepannya aku akan berusaha meyakinkan pihak atasan "
"Tapi mereka nggak harus juga menolak film ini kan? Ini projek spesial gue, Na. Penulisnya sendiri yang minta gue meranin karakternya. Kenapa mereka mendadak ngeluarin keputusan begini sih?"
"Aku juga nggak tau, keputusannya baru saja di buat, oleh CEO nya langsung"
El memijit kepalanya yang mulai berdenyut. seharusnya dia sudah berhasil menduganya
"dasar psikopat gila" umpatnya kesal.
.........
Next Chapter>>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
nexttt
2021-11-01
0
Nailil Ilma
semangat!!
salam dari Cinta Anak Pesantren
2021-05-16
0