Kayden menatap berkas yang baru saja selesai dia tanda tangani. Berkas terakhir pemutusan kontrak kerja sama dengan Eleasha.
Pria itu kemudian menatap kedua tangannya, sambil mengingat reaksi gadis itu saat melihatnya dalam jarak dekat. En menggeleng, berusaha menyingkirkan perasaan tidak enak yang sejak tadi menggerogoti hatinya. Kenapa harus menyesal? Bukankah ini yang dia inginkan?
Bukankah ini adalah rencananya sejak awal? Menghancurkan gadis itu perlahan-lahan sampai sekarat. Seharusnya dia merasa senang, kenapa juga harus merasa bersalah?
Pria itu sedang berada dalam di peperangan batin, antara rasa bersalah dan rasa belum puas saat pintu ruangannya terbuka, tanpa ada ketukkan atau pemberitahuan.
Mata pria itu yang sedikit sipit terbelalak, dia langsung berdiri dan hampir berlari untuk memeluk tubuh itu, membisikkan kata-kata yang bisa menenangkan dan bersumpah dalam hati kalau siapapun yang menyebabkan Elisanya sampai seperti ini harus membayar sepuluh kali lipat atas perbuatannya.
...----------------...
"Apa maksud anda Pak Direktur? Eleasha sekarang sedang cuti, dia perlu istirahat total. Kesehatannya sedang buruk. Dia sedang tidak baik-baik saja" Alena menyuarakan protesnya secara langsung.
Dan anda termasuk salah satu penyebabnya. Lanjut gadis itu membatin.
Kayden mendongak menatap gadis yang beberapa detik yang lalu menerobos masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Sudah seminggu lebih dia dirawat, saya bahkan sudah memberikan fasilitas terbaik, dari pada yang seharusnya. Saya rasa itu sudah lebih dari cukup untuk dia beristirahat"
"Tapi pak Dir ...."
"Dia tinggal pilih membayar biaya penalti atau menerima job ini. Kami sebagai Management jelas tidak mau rugi hanya karena seorang aktris yang sakit-sakitan. Sudah cukup Kerugian yang dia sebabkan akhir-akhir ini"
Alena mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi "kontribusi El bukan hanya sedikit untuk agensi ini" ucap Alena dengan penuh ketegasan pada tiap kata yang dia ucapkan.
El punya andil besar dalam kesuksesan agensi ini, ada banyak tawaran yang datang padanya tapi dia malah memilih bergabung dengan sebuah agensi kecil yang tergolong baru, yang pada akhirnya mendulang kesuksesan bersama dengan karir El yang juga cemerlang.
"Alena Laurel, saya mengerti kalau anda akan berada di pihak Eleasha karena anda adalah manajernya, tapi saya harap anda tidak lupa, tujuan saya mengakusisi perusahaan ini untuk sebuah keuntungan bukan kerugian apapun alasannya"
Alena mengigit bibir, menahan untuk menyemburkan kata-kata makian untuk pria yang sekarang kembali sibuk dengan berkas-berkas dimejanya. Kamu ternyata benar El, dia memang psikopat gila.
...----------------...
El mengoleskan kembali perona pipi, menutup wajah pucat yang masih setia di wajahnya. Awal dari semua hal memang terletak pada pikiran, jika pikiran sehat tubuh pasti juga akan ikut sehat.
Tadi Alena menelpon dan memberitahukan kejadian yang entah kenapa tidak membuatnya terkejut sama sekali, sang direktur memaksa El untuk kembali syuting. Haruskah gadis ini merasa senang karena setelah kehilangan semua kontrak kerja akibat skandal yang beredar, akhirnya dia kembali memiliki pekerjaan lagi.
"Nggak usah maksain kalo lo ngerasa belum bisa"
El memutar tubuhnya, tersenyum pada pria yang berdiri didepan pintu dengan kacamata yang El tahu tidak ada kegunaannya untuk pria itu. Mata pria itu baik-baik saja, kacamata hanyalah modus untuk membuatnya terlihat seperti pria berintelektual, walaupun kenyataan memang begitu. Ed meraih gelar spesialisnya di usia yang tidak biasa untuk kebanyakan dokter.
"Gaya lo, ingat status kali. Udah om om juga"
Pria itu tertawa, sambil mengangkat kacamata yang bertengker manis di hidung mancungnya "makanya karena gue udah jadi om-om, pencitraan kayak gini itu perlu dong"
Eduard berjalan mendekat kearah El, mengelus kepala gadis itu lembut.
Sebelum pulang kerumah setelah selesai dengan tugasnya, pria ini memutuskan mengunjungi El, sekaligus memastikan keadaan gadis itu setelah beberapa hari tidak dia lihat.
"Jangan lupa obatnya diminum sampe habis, trus jangan capek-capek yah? Harus ada waktu buat istirahat juga. Pokoknya Jangan lupa kabarin. Gue sayang lo El" Ed memberi wejangan seperti biasa. Juga ungkapan sayang yang biasa mereka berdua ungkapkan sejak kecil dan masih terbawa sampai sekarang.
Pria itu sebelum menemui El di ruang rawat ini, sudah lebih dulu berkonsultasi dengan dokter yang menangani El di rumah sakit ini.
El tersenyum, sambil mengangguk, "makasih yah om Ed, gue juga sayang sama......."
Suara tepuk tangan dan decak kagum membuat El tidak dapat meneruskan ucapannya.
El dan Ed memutar kepala ke asal suara, mendapati sosok tidak diundang berdiri menjulang di depan pintu dengan seringaian khasnya dan sebucket bunga ditangan.
"Ini nggak seperti yang kamu pikirin En" Ed bersuara setelah berhasil kembali dari keterpanaan.
Pria yang dipanggil En itu melangkah masuk dalam ruangan, dengan tatapan tajam seakan bisa melobangi kepala yang ditunjukkan pada satu satunya gadis diruangan ini.
Gadis yang terlihat tidak berniat menanggapinya, yang bahkan tidak mau membalas tatapannya. Hal itu semakin memancing bara api dalam hati pria itu, dengan gerakan pelan En meletakkan buket bunga dimeja tepat didepan sang Aktris.
Kemudian di detik berikutnya tatapannya pindah pada Ed dengan alis yang terangkat sebelah.
"Memangnya apa yang saya pikirkan?"
"Asal kamu tahu, aku sama El itu sudah seperti saudara, kami kenal sejak kecil dan..."
"Udahlah Ed." El memotong ucapan Ed.
yang langsung di turuti oleh Eduard.
Melihat hal itu En jadi semakin emosi, gadis itu sama sekali tidak punya hak untuk bersikap begitu. Dan pria yang sampai detik ini masih berstatus sebagai suami sah dari adik sepupunya tidak berhak menjadi begitu penurut, apalagi pada wanita yang bukan istrinya.
Ed begitu mengerti Eleasha, tapi kenapa tidak pada Elisa? Kenapa dia meghapus air mata wanita lain, tapi malah membiarkan wanitanya sendiri menangis? En benar-benar tidak habis pikir.
Kayden menyeringai, sekarang dia jadi semakin ingin menyakiti El entah dengan perkataan atau tindakan.
"Bagian mana yang positif dari ungkapan sayang untuk pria beristri?"
"Tolong jaga mulut kamu yah En, aku udah bilang ini nggak seperti yang kamu pikir" Ed maju, sengaja berdiri untuk menghalangi El dari pria yang sejak kedatangannya paling banyak menatap kearah El dan hanya beberapa kali padanya.
"Tolong jaga juga kelakuan anda, sebagai pria beristri seharusnya anda lebih banyak meluangkan waktu dengan istri anda, bukannya bersama perempuan lain!"
Ed berniat menanggapi, memberi pengertian pada laki-laki ini tentang hubungan antara dia dan El. Tapi tangan El yang tiba-tiba mencengkram tangannya membuatnya sadar, percuma menanggapi perkataan orang yang sedang emosi.
"Antar gue pulang Ed, kayaknya gue nggak bisa nunggu Alena."bisik gadis itu pelan, tangan yang dingin dan gemetar cukup membuat Ed sadar untuk segera membawa El pergi karena laki-laki ini adalah ancaman.
Ed mengangguk sambil tersenyum kearah gadis itu, mengirim pesan lewat tatapan mata, kalau semua akan baik-baik saja.
Saat keduanya sudah mencapai ambang pintu suara En kembali terdengar
"Bad girl is you, Eleasha Halim "
...----------------...
"Nggak usah mikirin perkataan si Kayden, lo maklum aja dia begitu karena ditinggal sama tunangannya. "
En terlihat berpikir kemudian melanjutkan " tunangannya nikah sama orang lain."
"Makasih udah coba bohongin gue, Ed. Tapi gue tahu tunangan pak direktur, itu Lana, yang jadi Korban meninggal waktu kejadian tabrakan itu"
"Lo tau darimana?"
"Dia yang ngasih tau"Jawab El singkat, sebenarnya dia sama sekali tidak berniat membahas hal ini. Demi Tuhan dia baru saja tidur nyenyak semalam, tanpa mimpi buruk.
Ed mencengkram setir kuat "brengsek" makinya sambil berusaha fokus pada jalanan didepan, pria itu kembali bertanya "dia ngomong apa aja sama lo?"
El menghela nafas panjang sebelum menjawab "dia bilang kalo gue nggak berniat mengubur fakta udah ngilangin nyawa orang kan?"
El meremas tangannya yang gemetar, fakta kalau dia memamg sudah merebut hidup seseorang dengan tangannya walau tidak dengan keinginannya, selalu membuatnya ketakutan setengah mati. memori terburuk dari semua memori buruk di hidupnya.
"Dia nggak mungkin kayak gitu ke gue kalo cuma tunangannya memilih nikah sama orang lain, tapi pasti karena gue memang terlibat dengan sesuatu yang terikat langsung sama dia"
El memberanikan diri untuk mengangkat wajah dan menatap pria disampingnya. "lo kok nggak bilang kalo kenal Kayden? Apa dia juga dekat sama Elisa? Kata-katanya tadi terkesan seperti itu"
Ed menghembuskan nafas "ceritanya panjang El. Maaf."
El tersenyum kecil "it's okey Ed. Gue juga setahun terakhir pas nikahan lo sampe kejadian beberapa bulan yang lalu sibuk sama kehidupan gue sendiri. Gue jadi nggak tahu banyak tentang lo, kehidupan lo yang sekarang. Tapi jahatnya gue minta lo untuk selalu terlibat sama gue. Gue yang seharusnya minta maaf Eduard Erasmus Santoso."
Ed mengulurkan tangan untuk menjitak gemas kepala El "apaan sih lo? Udah kayak orang lain aja. Kita kan udah janji untuk selalu ada satu sama lain kalo lagi butuh? Jangan-jangan lo lupa sama 10 poin persahabatan kita?"
Gadis ini menggeleng pelan "nggak kok, cuma kayaknya ada beberapa poin yang harus di revisi deh, soalnya lo udah jadi om-om sekarang" kata El kalem dengan nada godaan.
Entalah El merasa semua akan berbeda jika dengan pria ini. Ed mampu membuatnya merasa nyaman dan lupa dengan segala ketakutan apalagi rasa khawatir. Apa karena mereka telah bersama sejak kecil? sehingga perasaan aman itu selalu tercipta saat mereka bersama.
"Makanya cepetan nikah supaya status lo naik jadi tante-tante, sama kayak gue"
"Idihhh.... apaan. Ogah... gue masih mau sendiri kali. Kemanapun kagak ada yang harus diminta ijin" El memutar tubuhnya sedikit menghadap Ed "by the way, lo ijin kan tiap mau ketemu gue sama bini lo?"
"Hah? I..ijin kok gue...ijinlah masa nggak?" Jawab Ed tidak menyakinkan.
"Awas aja kalo gue dicap pelakor sama bini lo" ancam El, sungguh-sungguh.
Ed menelan ludah "nggaklah... nggak mungkin..." jawabnya, ragu-ragu.
Next Chapter>>>>>
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 113 Episodes
Comments
Rini
lanjutt
2021-11-01
0